Menjauh

568 86 10
                                    

Hai yeorobun
Maaf baru bisa up😔
Semoga kalian gak bosan yaa
Happy reading ~

--

Mereka telah selesai berlibur, walaupun dengan akhir yang tidak begitu bagus. Abi juga jadi pendiam, ia masih trauma ditinggalkan di tengah hutan yang gelap.

Vano meletakkan segelas minuman kesehatan di meja Abi. Sesekali ia mengusap kepala Abi. Abi memeluk Vano yang sedang berdiri, ia mendusel ke perut laki-laki itu.

"Masih takut? Besok mau izin? Gue izinin nanti," ucap Vano menepuk pelan surai Abi.

Laki-laki berparas manis itu menggeleng, "Gue cuma bingung, nanti harus bersikap gimana ke Dobby."

"Bersikaplah seakan tidak terjadi apa-apa. Gue tau berat, tapi mau gimana lagi. Gue sedang cari cara buat masalah ini. Karena gue juga ada sangkut pautnya."

Vano menatap jendela yang terbuka. Angin yang berhembus cukup dingin malam ini. Siho, gue harus membereskannya terlebih dahulu. Ah atau bokapnya Abi?

Sekelebat ia melihat bayangan hitam melintas. Vano mendekap erat Abi, berharap bayangan itu tidak mendekati mereka. Rehan sendiri sibuk berpikir, bagaimana cara melindungi Abi dan Dobby. Ia tidak mungkin menyakiti orang yang dicintai.

Namun, kalau Dobby bertindak nekat juga bahaya. Hah memikirkannya saja membuat pusing. Rehan mengechat Dobby untuk bertemu.

"Ngapain lo ngajak gue ke sini? Mau bales dendam karena gue ninggalin Abi waktu itu?" tanya Dobby sinis.

"Gue tau lo gak bermaksud buat nyelakain Abi. Kasih tau gue, apa alasannya," ucap Rehan dengan nada lembut.

Dobby mendengus, "Bukan urusan lo. Tujuan gue cuma satu, menyingkirkan Abi. Itu yang harus lo tau. Jadi hati-hati saja, siapa tau temen lo itu menghilang dari dunia."

Rehan menggenggam tangan Dobby, "Gue percaya sama lo. Apapun yang terjadi. Gue yakin lo gak berniat jahat."

Dobby segera menepisnya, "Cuma orang bodoh yang percaya setelah gue terang-terangan ngasih tau apa yang bakal dilakuin. Bodoh."

Dobby meninggalkan Rehan yang terdiam. Ia menjawab panggilan telepon. "Sebaiknya kita singkirkan Vano terlebih dahulu. Karena dia yang menjadi pelindung Abi selama ini."

Setelah mengatakan itu, Dobby meremas ponselnya lalu kembali melanjutkan langkahnya. Vano sedang membeli makanan untuk Abi, karena dia merengek kelaparan. Tiba-tiba, ada yang menyerempet dirinya hingga ia jatuh dengan kepala terbentur trotoar jalan.

Darah mengalir dari pelipisnya, pandangan Vano mulai kabur dan akhirnya semua gelap. Abi menangis, menggenggam tangan dingin milik Vano. Rehan hanya bisa menepuk pundak Abi untuk menenangkannya.

"Ini semua pasti gara-gara gue. Vano celaka karena beli makanan yang gue minta," raung Abi dengan air mata yang membanjiri wajahnya.

Rehan menghela napas, ia bingung bagaimana cara menenangkan Abi. Takut salah bicara malah semakin membuat dia menangis. Rehan keluar dari rawat inap, ia menelepon Dobby untuk menanyakan sesuatu.

"Gue mau nanya, gue harap kalo lo bukan pelakunya. Tolong, bukan lo kan yang nyelakain Vano?"

"Oh udah mati kah? Gue harap sih iya," jawab Dobby di seberang sana.

Rehan memejamkan matanya, "Bukan lo kan?"

"Kalo gue kenapa? Mau laporin gue? Lo kan gak ada bukti."

"Dobby, kenapa lo nekat?"

"Hm, karena kalau Vano masih hidup. Bakal susah buat gue nyingkirin Abi. Oh ya gue harap lo gak jadi penghalang rencana gue. Atau lo yang selanjutnya."

Dobby mematikan sambungan telepon sepihak. Rehan memijit pelipisnya, kenapa jadi tambah runyam. Abi memutuskan untuk menginap sambil menunggu Vano sadar. Ia ingin menjadi orang pertama yang dilihat Vano saat sadar.

Because of You || Harukyu ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang