Halo guys, sampai nih kita di part terakhir huhu.
Sedih banget yaa ;(
Selamat membaca--
Abi menatap sekolah yang sangat sepi. Hanya berbekal senter dari ponsel. Suasananya sangat tidak enak, bikin merinding. Ia nekat datang sendiri, kalau izin sama Vano mana boleh.
Ia pergi ke atap, tempat dimana Dobby telah menunggu. "Dobby," panggilnya ketika melihat Dobby duduk di pembatas rooftop.
"Gue pikir lo gak dateng," ucap Dobby turun, berjalan mendekati Abi.
Abi refleks mundur beberapa langkah. Dobby yang melihat itu, tersenyum tipis. "Gue gak ada niat buat nyelakain lo. Gue cuma mau minta maaf."
Tentu Abi tidak langsung percaya. Ia merasa ada yang aneh dengan Dobby saat ini. Dobby menyeringai, "Lo takut sama gue? Atau lo udah sadar siapa gue sebenernya."
Ternyata benar, dia bukan Dobby. Melainkan Siho, arwah yang mengincarnya. Abi tersudut ketakutan, tatapan mata Dobby semakin tajam. Tak lupa dengan seringainya.
Napas Abi tercekat, ketika Dobby mencekiknya. Ia mencoba memberontak, tetapi tenaganya kalah besar. "Lepasin Abi!" teriak Vano dengan napas terengah-engah, karena berlarian untuk sampai ke rooftop.
Abi menggeleng, ia tidak ingin Vano mendekat. Sungguh, rasanya Abi seakan akan mati. Pandangannya mulai kabur. Vano mencoba melepaskan cengkraman di leher Abi sambil menggumamkan sesuatu.
Cengkraman itu terlepas, Abi meraup napas sebanyak-banyaknya. Kakinya lemas, tidak kuat lagi untuk berdiri. Vano dan Dobby mulai saling menyerang. Beberapa kali Vano jatuh, darah mengalir dari sudut bibirnya.
"Siho!" Rehan datang dengan membawa guci abu yang ia ambil di ruang musik. Dobby menggeram marah, kenapa anak itu bisa menemukan abu miliknya.
Dengan terbatuk-batuk, Vano mendekati Abi. Rahangnya mengeras ketika melihat leher Abi yang memerah bekas cekikan. Vano mencekik leher Dobby, menggumamkan sesuatu, lalu arwah Siho keluar dari tubuh temannya.
Dobby terbatuk-batuk, dan tak sengaja menyenggol Abi yang tengah bersandar di pembatas rooftop. Abi terdorong dan hampir terjatuh sebelum Rehan menariknya. Kaki Rehan tergelincir, ia bergelantungan di pinggir rooftop.
Arwah Siho terbakar dan menghilang, guci abunya pecah karena Rehan menjatuhkannya. "Rehan!" Dobby mencoba menarik Rehan ke atas, tetapi sulit.
"Lepasin aja, percuma," ucap Rehan yang dibalas gelengan oleh Dobby.
"Gak akan. Gue gak mau kehilangan lo!"
"Sebelum gue pergi. Gue cinta sama lo, Dob."
Setelah mengatakan itu, pegangan tangan Rehan terlepas. Dobby berteriak histeris, kalau badannya tidak ditahan oleh Vano, mungkin akan ikut terjatuh. "Rehan." Tangis Dobby pecah, ia menyalahkan dirinya sendiri.
Abi mengusap-usap punggung Dobby, ini bukan salah dirinya. Ini kecelakaan, bukan kesengajaan. Setelah mengantar Dobby ke kamar asramanya, Abi dan Vano juga kembali ke kamar mereka.
Vano mengusap bekas cekikan di leher Abi, "Lo gak mau ke rumah sakit aja? Biar diobati. Takut kenapa-kenapa."
"Cuma perih doang, gapapa. Rehan beneran pergi?"
Vano menggeleng, "Sebenarnya, waktu Rehan jatuh. Udah ada pemadam kebakaran, jadi lukanya gak terlalu parah. Gue udah menduga hal ini bakal terjadi."
Abi menghela napas lega, kemungkinan Rehan masih hidup. Jadi, Dobby tidak akan menyalahkan dirinya sendiri. Walaupun sudah menyakiti, Dobby tetap teman pertama di sekolah ini. Tidak mungkin ia membenci temannya.
.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Because of You || Harukyu ✓
Fanfiction[END] Abian Sakra terpaksa harus pindah sekolah khusus laki-laki karena suatu alasan. Bahkan harus tinggal di asrama karena ayahnya sudah tidak mau lagi melihat dirinya. Awalnya Abi pikir akan baik-baik saja, tetapi teman sebangkunya Devano Karendra...