--
Seseorang memakai baju hitam pun kaget. Dengan cepat ia berlari. Vano berusaha untuk mengejar orang itu secepat mungkin. Vano meraih kerah baju orang itu dan mereka jatuh terguling di tangga.
"Fuck," umpat Vano ketika melihat orang itu telah berlari terlebih dahulu. Vano bangkit, meringis pelan kemudian kembali mengejar buruannya.
"Sial, gue kehilangan dia," geram Vano memeriksa lokasi sekitar. Ia memegang lengannya yang sakit, sepertinya ia harus kembali ke asrama.
.
.
.
.Pagi harinya, Abi datang dengan menggendong tasnya serta tas Vano. Sementara Vano membuntutinya dari belakang. "Kenapa lo bawa tasnya Vano?" tanya Rehan heran dengan kelakukan Abi.
"Tangan Vano sakit, jadi gue yang bawa."
"Dahal gue baik-baik aja," ujar Vano yang sudah duduk di tempatnya. Abi menatap sebal, mencubit lengan laki-laki itu. Vano meringis membuat Abi mencibir.
"Rasain lo. Sok kuat." Vano menghela napas, semalam saja ia sudah dimarahi oleh Abi karena pulang-pulang badan memar.
"Udah, Bi. Kesian tuh doi lo," kata Dobby tertawa melihat wajah kesakitan milik Vano. Kapan lagi bisa melihat ekspresi langka yang milik Vano. Biasanya hanya datar atau tersenyum tipis.
"Biarin aja. Salah siapa sok kuat. Gak sekalian salto dari lantai 4. Percuma cuma guling-guling dari tangga," ujar Abi dengan nada tidak santai alias ngegas.
"Lah lo ngapain guling-guling, Van?" tanya Dobby mengerutkan dahinya.
"Abis main tinju-tinjuan sama hantu katanya."
"Lah gabut amat."
Vano hanya diam, membiarkan Abi mengoceh sesukanya. Dari pada di sela, auto dimarahi nanti. Vano menatap ke luar jendela, ia masih menerka-nerka siapa yang semalam dia lihat.
Mungkin dia yang neror Abi? Suruhan bokapnya? Gue makin penasaran, batin Vano bertanya-tanya.
"Ngelamun mulu lo!" seru Abi menepuk pundak Vano. Vano menoleh, menaikkan alisnya sebelah seolah mengatakan 'apa?' Abi menggeleng, merapihkan poni Vano yang sedikit berantakan.
Dobby merasakan ada yang menepuk kepalanya, ia menoleh dan mendapati Rehan sedang menatapnya. "Ngapain lo liatin gue kayak gitu?"
"Kenapa? Gak boleh emang?"
"Gak biasanya aja."
"Cuma pengin liat masa depan gue aja kok."
"Masa depan? Emang ada?"
"Iya ada. Lo, lo masa depan gue."
Dobby terhenyak, ia menatap Rehan dalam kemudian menempelkan telapak tangannya di dahi laki-laki itu. "Gak panas kok. Lo salah minum obat? Atau duit transferan ortu lo kurang?"
Rehan berdecih, ia memang tipikal pria kaku, masa dia dikira sakit? Padahal dirinya mencoba untuk bersikap manis sekarang. "Gue sehat wal'afiat," ujar Rehan ketus membuat Dobby terkekeh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Because of You || Harukyu ✓
Fanfiction[END] Abian Sakra terpaksa harus pindah sekolah khusus laki-laki karena suatu alasan. Bahkan harus tinggal di asrama karena ayahnya sudah tidak mau lagi melihat dirinya. Awalnya Abi pikir akan baik-baik saja, tetapi teman sebangkunya Devano Karendra...