HADIAH : kedua

1K 40 0
                                    

.

.

.

Setidaknya disini sudah terasa cukup aman untuk sesaat sebelum mereka mencari tempat berlindung yang benar-benar aman, di balik tumpukan barang bekas disebuah gudang tak terpakai. Terlihat sedikit menyeramkan, tapi yang lebih menyeramkan adalah bagaimana mereka bisa keluar dari tempat ini tanpa terlihat orang lain. Tidak, bukan orang lain tapi kelompok anggota polisi yang terus berusaha mengejarnya. Sudah dipastikan mereka akan menjadi buronan yang sebentar lagi akan tersebar luas dikalangan masyarakat, dan sialnya seseorang yang tak tahu menahu tentang masalah ini harus ikut terseret kedalamnya.

"Biar aku ikat, hyung", Taehyung berusaha menghentikan pendarahan di kaki kakaknya dengan melilitkan baju luar nya yang ia kenakan, memperlihatkan tubuh kusrusnya dengan jelas dari balik kaos putih oblong yang tipis.

"Setelah ini apapun yang terjadi kamu harus bisa menjaga diri dengan baik"

Taehyung menatap obsidian sang kakak, menelisik rasa yang terpancar jelas.

"Ada atau tidak adanya aku bersamamu, kau harus tetap hidup dengan baik"

""Hyung, kau ini bicara apa? Aku tentu akan hidup dengan baik dan kita berdua akan hidup baik-baik saja". Taehyung meyakinkan, kata-kata tak mau dibantah.

"Aku tidak bisa" Lelehan air mata kakaknya membuatnya terhenyak, baru kali ini melihat sang kakak menangis begitu pilu setelah kepergian kedua orang tuanya.

"Aku tidak yakin, aku tidak yakin bisa terus bersama mu tae"

"Hyung"

"Percayalah, aku menyayangimu"

"Hyung!"

"Tolong dengarkan dulu sebentar"

Setelah beberapa saat hening, suara itu kembali terdengar ditelingan taehyung. Ada getaran tertahan di setiap kalimat yang terucap, ada rasa ketakutan dalam setiap kata yang keluar.

Taehyung bisa merasakannya, dia mulai dilanda ketakutan yang nyata. Kakaknya sudah terlihat putus asa dihadapannya, dan itu lebih menakutkan.

"Aku bisa bertahan sampai saat ini hanya karena mu tae, jadi tolong aku mohon,,, tolong jangan membenciku"

"Maksud mu hyung? Aku tidak mungkin membenci mu, kita hanya hidup berdua bagaimana bisa aku hidup sampai saat ini kalo bukan karena mu hyung"

"Aku ingin kau hidup lebih baik, hanya itu, raih mimpi mu ya dek, gapai masa depan yang cerah"

"Kau sudah gila, hyung! Apa tembakan polisi itu membuat otak mu bergeser?"

Sang kakak hanya menatap lamat adik kecilnya yang kini sudah mulai tumbuh menjadi remaja yang tampan, tersenyum bangga melihat adiknya sudah bisa berpikir dewasa dimasa remajanya yang kurang dalam kasih sayang bahkan kecukupan dalam hidupnya.

"Hyung menyimpan tabungan di bank, kau bisa mempergunakannya untuk keperluan mu beberapa waktu kedepan. Nanti kau ambil kartunya  dibelakang pintu kamar hyung di dalam tas ransel besar"

"Kau menyembunyikannya? Aishh! Tega sekali". Taehyung terlihat merajuk, tidak bukan itu. Tapi dia berusah menyikingkirkan perasaan-perasaan asing yang mulai bermunculan dihatinya.

"Itu semua untukmu, bodoh!"

"Aku tidak butuh!"

"Kau yakin?"

Bahkan disela-sela ketakutan mereka, mereka berusaha untuk menghibur satu sama lain. Mencari kehangatan dalam keadaan yang dingin penuh tekanan.

"Aku tidak butuh uang itu jika karena uang itu aku bisa saja kehilangan kakak ku!". Taehyung memalingkan wajahnya, enggan menatap sang kakak yang kini berada tepat dihadapannya.

Short Story (KIM TAEHYUNG) & all MemberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang