HADIAH : ke lima

466 29 5
                                    

.

.


.



Dunia tidak kejam. Hal itu sudah tertanam dalam diri taehyung, bukan dunia yang kejam tapi cara pandangnya pada dunia yang salah.

Merutuki takdir yang sudah jelas tertulis tidak bisa ia lakukan, pikirnya memang ini jalan terbaik untuk hidup yang kini dia lewati.

Tapi ternyata tetap saja, hatinya tak bisa selapang yang ada dalam pikirnya, sesekali pertanyaan "kenapa" selalu berlalu lalang menerobos masuk dalam lamunan sunyi yang tercipta.

Ingin hati meraung menangisi hidup yang begitu pantas dia kasihani atau kalau bisa bolehkah dia menyalahkan takdirnya untuk kali ini saja?.

.

.

.


Dua minggu sudah berlalu, waktu terus berjalan melewati setiap detik yang terasa menyesakan. Satu bulan sudah terlewat, masa waktu yang dulu dia sanggupi untuk sedikit menutupi kasus kakaknya berlalu begitu saja tanpa ada sepeserpun yang dia berikan. Bukan tidak ingin, tapi sungguh kesanggupannya tidak bisa ia taklukan begitu saja. Sudah banyak cara yang taehyung lakukan, mendatangi setiap kerabat atau bahkan beberapa rentenir yang dia harap bisa membantu malah ternyata memberikan jalan buntu.

Sudah hampir dua bulan pula taehyung tidak bertemu dengan orang yang biasa dia panggil dengan sebutan hyung itu, ada rasa rindu yang menyakitkan ketika mengingatnya. Dalam pejam yang dia paksakan ketika malam hanya berisi doa harapan semoga apa yang terjadi dalam dirinya hanya sebuah mimpi dan kemudian terbangun seperti biasa esok harinya. Tapi lagi-lagi dia sadar, kenyataan hidupnya tidak semanis itu.

Jam dinding mulai menunjukan pukul  sembilan lewat sebelas, sunyi malam melengkapi lamunan dingin yang membekukan diri.
Ketukan berirama dari jari telunjuk yang terus bertalu mengalun begitu saja tanpa dia sadari, tatapan mata kosong itu tidak semata-mata hilang arah begitu saja. Bayangan manis dan hangat berlalu lalang dalam ingatan, nampak jelas terlihat dimata. Ada peperangan yang mengacau indahnya kenangan, pemikiran dan kenyataan pahit kembali membawanya dalam kesadaran.




Puk


Tepukan itu sampai dibahu kurus taehyung, matanya beradu pandang dengan sorot teduh sang pemilik tepukan.

Lagi-lagi tak ada kata yang terucap setiap kali duduk berdampingan ketika diantara mereka masih sibuk meredam rasa dan pemikiran yang terus berperang.

"Besok kita besuk kakakmu, sidang pertamanya akan dilakukan tanggal lima".

Taehyung menoleh, menunggu kembali pernyataan yang akan terucap dari orang yang kini berada dekat disampingnya.



Diam


Tidak ada lagi kata yang keluar.

Sampai setelah beberapa waktu kalimat itu mengalun merdu di sunyi malam, meremukan hati dan mengacaukan pemikiran yang sejak tadi dia usahakan untuk tenang.

"Kita sudah berusaha. Tidak ada lagi yang bisa kita lakukan, semuanya sudah kita coba. Kita ikuti saja aturan hukum yang berlaku".

Mata taehyung terbuka lebar, sorot tajam dengan amarah yang terpancar jelas dalam pandangan.

"Maksudnya, Bang?"

Taehyung menuntut jawaban, mencoba meredam emosi yang mulai menyelimuti.

"Kalo emang abang udah ga bisa yaudah gapapa, aku bisa sendiri"

"Apa yang bisa kamu lakukan taehyung? Mengemis? Seperti itu?"

"Apapun akan aku lakukan selagi itu bisa menolong hyungku"

Short Story (KIM TAEHYUNG) & all MemberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang