PULANG

566 38 5
                                    

Sore ini pesawat pribadi keluarga Kim lepas landas, semua berjalan lancar dengan penumpang yang hanya berisi enam orang saja. Kim taehyung dan Kim jimin lalu para pekerja pribadinya.

Tidak ada suara atau keributan yang biasanya selalu saja terjadi ketika ada penerbangan, kini suasana didalam pesawat itu terasa dingin dan sedikit mencekam pasalnya salah seorang dari mereka kini sedang terlelap dengan kondisi yang sangat memprihatinkan.

Tubuh kurus itu berada didekapan hangat sang kakak, bersandar pada dada bidangnya yang kini berdetak tak karuan.

Kim taehyung pemuda itu hanya terpejam dengan sesekali ringisan mengalun dari bibir pucatnya, kerutan didahinya menandakan betapa sakitnya tubuh lemah itu.

Mulutnya sedikit terbuka seakan mencari pasokan oksigen yang hilang dari sekitarnya yang padahal hidung bangirnya sudah dihiasi nasal cannula.

"Hyu...nghh"

"Iya, hyung disini tae. Kenapa hmm?" Tangan jimin mengusap lembut dahi adiknya yang berkeringat lalu mengecupnya dengan lembut.

"Sabar, yaa. Sebentar lagi sampe, tae istirahat aja yaa? Hyung usap-usap", tangan jimin beralih pada dada adiknya yang naik turun dengan cepat namun dengan tarikan nafas yang berat.

"Pul..langh, tae mau pulangh", suara serak taehyung mengiris rungu kim jimin yang biasanya terdengar ocehan berkepanjangan kini terdengar lebih menyakitkan.

Taehyung mengeratkan rematannya pada baju sang kakak, wajahnya nampak lebih pucat dengar air mata yang terus mengalir disudut matanya.

Napasnya mulai tersenggal-senggal dengan bunyi yang terkadang terdengar mengik, mulutnya terbuka lebih lebar meraup oksigen yang tak didapatkannya sama sekali.

Jimin melepas rematan taehyung lalu menggenggam tangan adiknya dengan lembut, membisikan kata-kata penenang yang sebenarnya tidak ada ketenangan sama sekali dihatinya.

Seseorang mendekati tubuh taehyung, melakukan pemeriksaan dengan alat seadanya. Min yoongi, dokter pribadi yang menangani taehyung selama ini turut hadir disetiap waktu yang dibutuhkan.

Kini wajah tampannya berhiaskan masker oksigen, setelah beberapa obat yang disuntikan kedalam tubuhnya membuat kim taehyung terlihat sedikit tenang.

"Maaf, Tuan", Min yoongi menundukan kepala seakan memberi isyarat yang tidak ingin sama sekali jimin pahami sebenarnya.

"Tidak, adik ku kuat! Dia pasti bisa melewatinya"

"Kita tidak bisa memaksakannya. Itu akan membuat dia semakin menderita, maaf saya mengatakan ini.. tolong biarkan taehyung istirahat sekarang". Lirihan suara yoongi dengan mata yang berkaca-kaca membuat jimin bungkam, jimin tahu bahwa dokternya bukan lagi sekedar dokter bagi kim taehyung bahkan kedekatan mereka selayaknya adik dan kakak. Sama seperti dirinya.

"Heyy, katanya tae mau pulangkan? Tunggu sebentar lagi, yaa? Habis ini kita istirahat dirumah, tae tidur bareng hyung. Ahh sudah lamakan kita tidak tidur satu kasur lagi? Nanti kalo sudah baikan kita pergi ketaman, kita beli koleksimu yang baru, hyung traktir tae belanja sepuasnya pokoknya". Jimin terus berusah mengajak adiknya bercerita, menahan tangisnya dengan senyuman yang nampak jelas sangat menyakitkan.

"Atau nanti kita pergi berlibur, tae mau pergi kemana hmm?"

"Hyu..nghh. Sakk.. kit. Hhh hhh hhh". Rintihan kim taehyung kini mulai terdengar kembali, napasnya mulai memburu.

"Tahan, yaa. Tae bisa okay? Hyung disini, hyung temani tae, hyung sama tae disini okay?", Tangan jimin sibuk mengelus tubuh ringkih adiknya, berusaha memberi kenyamanan dan ketenangan.

"Pull..langhh, tae mau pull..langh. Sakk..kit, tidak kuat".

Jimin diam.

Wajah adiknya nampak berkeringat, bibirnya sedikit bergetar berusaha menarik napas yang dalam. Dilihatnya mata itu sedikit terbuka menampilkan tatapan sayu penuh pengharapan, air matanya terus berlomba-lomba keluar yang pastinya kini tubuh itu sedang kesakitan dan ketakutan.

Diusapnya lelehan air mata itu dengan lembut, jimin menarik napas perlahan memberi jeda pada kata yang akan terlontar.

Jimin berusaha menahan sekuat mungkin tangisnya, mencoba menerima pilihan yang akan diputuskannya dengan berat hati.

"Iya, tae boleh pulang". Senyuman jimin terbit dengan penuh kehangatan.

Tangan lemas dan bergetar taehyung terangkat melepas masker yang menutupi wajahnya itu, berguman kecil pada sang kakak.

"Ha..ushh,, min..num"

Yoongi dengat cepat mengoleskan kapas pada bibir kering taehyung yang sudah dibasahi dengan air sebelumnya, lalu ikut pengelus rambut yang sudah basah dengan keringat itu dengan lembut.

Jimin masih diam, tidak ada kata-kata yang terlontar lagi setelah apa yang dikatakannya tadi. Matanya terus menatap adiknya dengan lembut, menenangkan hatinya yang bergemuruh akan ketakutan yang sudah nampak didepan mata baginya.

"Ma..afh", baik jimin maupun yoongi tersenyum, mereka berdua berada dekat mendekap taehyung. "Terim..ma kassihh..". Anggukan jimin terlihat berat, matanya mulai berair menahan hawa panas yang terus menjalar.

Napas taehyung memberat, matanya mulai bergulir menjadi putih. Dadanya tersentak, tubuh itu melemas seiring dengan napas yang mulai mengalun lembut dan menghilang.

Mata sayu itu kini mulai terpejam meski nampak sedikit terbuka, terlihat seperti kim taehyung yang sedang tertidur dengan nyenyak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mata sayu itu kini mulai terpejam meski nampak sedikit terbuka, terlihat seperti kim taehyung yang sedang tertidur dengan nyenyak.

Yonggi memeriksa denyutan nadinya, berharap besar akan sebuah keajaiban namun takdir sudah jelas ditentukan dan dia tidak bisa melawan itu.

"Kim taehyung, 16 tahun dinyatakan", Yoongi menahan tangisnya, tubuhnya bergetar dengan meremat celana yang dikenakannya. Yoongi menarik napas, menenangkan dirinya sebagai seorang dokter. "Dinyatakan meninggal pada pukul 16.34".

Isakan jimin kini terdengar lebih keras, membawa tubuh adiknya kedalam pelukannya dengan penuh kehati-hatian. Tidak bisa ditahan lagi keadaan didalam pesawat itu kini terdengar begitu menyedihkan. Semua kata-katanya seakan hilang bersama kepergian adiknya, air matanya terus mengalir diceruk leher adik tercinta.

Tidak ada yang tidak bersedih, semuanya ikut menangisi kepergian seorang kim taehyung. Adik kim jimin. Anak ceria dan pintar, anak yang kuat dan hebat hingga dia bisa melewati waktunya sampai detik ini.

"Tae sekarang udah pulang lebih dulu, udah istirahat. Tidak apapa, berarti tae sekarang udah bahagiakan? Udah ketemu sama eoma dan appa disana, udah ga sakit lagi sekarang. Hyung ikhlas. Hyung ikhlas".

Hari ini kim taehyung pulang bersama senja yang akan mulai tenggelam, warna jingga yang terang diufuk barat seakan menyambut kehadirannya. Cahaya redup menenangkan pergi bersama senyuman cerah miliknya.

.


.


.

Bagaimana??

26/02/22*0103*



Short Story (KIM TAEHYUNG) & all MemberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang