HADIAH : ketiga

775 34 2
                                    

.

.

.

Setelah melihat kakaknya yang diringkus petugas kepolisian dengan cepat taehyung mencari jalan keluar, berlari secepat mungkin. Berusaha untuk menghindari orang-orang dan pergi dari tempat tersebut, memikirkan cara apa yang harus dia lakukan untuk bisa menolong kakaknya.

Taehyung memasuki rumah kecilnya, mengambil beberapa keperluan untuk beberapa waktu kedepan atau bisa jadi untuk waktu yang tidak akan pernah dia injakan kembali.

Brak

Dobrakan pintu kamar kakaknya terdengar keras karena ulah taehyung.

Tujuannya satu

Segera mengambil barang yang kakaknya simpan dibalik pintu kamarnya.

"Aku harus cepat ambil semuanya sebelum terlambat".

Taehyung cukup cerdas. Barang itu tidak bisa ia simpan diwaktu yang lama, bisa-bisa hangus karena akan menjadi incaran para polisi sebagai barang bukti. Mungkin saja.

Taehyung terdiam.

Kilasan tentang kejadian yang baru saja dialaminya menjadi bayangan menakutkan, menyesakan dada. Dalam renungnya taehyung sadar bahwa hidup kedepannya akan cukup sulit untuk dia lalui, rasa ketakutan yang semakin menghantui terus saja menjadi pusatnya.

Himpitan di dadanya sungguh menyesakan, ada amarah yang tertahan dalam setiap tarikan napasnya. Genangan air mata menghiasi kelopak sayu pemiliknya.

Taehyung menggeleng, menyadarkan diri dari keterpurukannya meratapi nasibnya sekarang. Tidak ada waktu untuk merutuki nasibnya, dia harus dengan cepat pergi dari sini. Membawa semua harta berharga yang dia punya dan milik kakaknya.

Setelah menemukan apa yang dicarinya taehyung dengan segera keluar dari rumah tersebut, membawa ransel hitam dipunggungnya.

Dengan langkah tergesa taehyung meninggalkan rumah itu, tujuan saat ini adalah mengambil tabungan milik kakaknya di ATM.

Tidak seberapa, tapi tidak terlalu kecil juga. Disimpannya dengan hati-hati uang tersebut didalam tasnya.

Taehyung terus berusaha berpikir keras untuk langkah yang harus dia ambil saat ini, tidak ada tujuan dan bantuan yang bisa dia andalkan.

Otaknya benar-benar sudah terasa pecah, putus asa. Merasa bodoh dan tidak berguna.

"Arrrggh, sial!"

Bunyi ponsel dari saku celana memberi getaran, menyadarkan dari kebodohan yang menggila di otaknya.

"Bang?!" Sapaan pertamanya saat panggilan telpon itu diangkat, rasa antusiasnya berubah menjadi penuh pengharapan.

"Bang, tolong. Aku gak tau harus gimana sekarang!"

"Cepet kerumah sekarang, abang tunggu"

.

.

.

Taehyung sudah mengira bahwa jalan kedepannya benar-benar akan terasa sulit dan rumit, tidak ada lagi jalan keluar yang bisa dia pilih. Hanya satu. Menebus kakaknya.

Itu yang dia dapat simpulkan dari pembahasan bersama teman kakaknya itu, bukan main-main apa yang bisa dia cerna saat ini. Terlalu jauh bahkan sangat jauh, pikirannya melayang mencari jalan dan kemungkinan yang bisa dia dapatkan namun tetap hasilnya tidak ada.

"Kau tau tae, ini bukan hal biasa yang akan mudah kita 'berikan' lalu selesai. Masih banyak yang harus di urus lagi, apa lagi dengan keadaan kita sekarang".

Tidak ada kata yang bisa taehyung keluarkan, semuanya seperti hilang.
Kebingungan yang merambat sisi kesadarannya ikut tenggelam.

Diam.

"Aku akan mewakili mu untuk kesana, menemui kakakmu. Mengurus masalah ini. Tidak. Bukan itu, mungkin aku hanya bisa menemui petugas disana untuk masalah ini".

"Apa semuanya akan baik-baik saja, bang?"

Taehyung menatap lawan bicaranya penuh harap, meminta jawaban baik dari orang yang berada dihadapannya saat ini.

Hanya anggukan dan senyuman keraguan yang taehyung lihat, tidak ada yang lain. Atau mungkin semua harapan baik sudah ikut lenyap bersama ketakutan hingga semua kemungkinan baik seakan tidak mungkin.

"Kita berusaha bersama, ya. Jangan khawatir, kamu nggak sendiri. Abang sama kamu".

Hanya senyuman tipis sebagai jawaban dari pernyataan tersebut tidak ada kata yang bisa taehyung keluarkan.

.

.

.

Benar. Semua tidak sesuai yang diharapkan tidak ada yang bisa dilakukan, setelah beberapa waktu lalu teman sang kakak yang menjadi wali sebagai penanggung jawab yang hadir ke kantor polisi setempat semuanya terasa semakin runyam dan tidak menemukan hasil untuk keluar dari keterpurukan yang mengejutkan.

Kalimat yang taehyung dengar kini semakin tenrngiang-ngiang, terasa berdengung ditelinganya membuat kepala itu semakin terasa pusing.

"Seseorang memberi waktu dua minggu untuk kita mencari uang tebusan untuk mempermudah jalan kedepannya"

Taehyung menatap lekat wajah itu, berusaha mencari jawaban dari setiap kalimatnya.

"Lima ratus juta. Dia meminta lima ratus juta untuk saat ini, untuk proses pertama".

"Berapa...?"

Taehyung tidak tuli tapi taehyung harap pendengarannya salah, apa yang baru saja didengarnya seakan menulikan setiap kalimat selanjutnya yang keluar dari lawan bicara.

"Apa kamu tau apa kesalahan kakakmu itu, Tae?"

Taehyung menggeleng.

"Barang buktinya sudah diamankan kepolisian dan itu sangat memberatkan kakakmu".

"Maksudnya?"

"Narkoba"


Hening


Hingga setelah beberapa lama suara isakan kecil terdengar dari bibir taehyung, setelah hati dan pikirannya yang hancur kini kewarasannya seakan ikut hancur.

Apa yang taehyung dengar bukan lagi ketidak mungkinan. Sulit untuk bisa taehyung terima, kakak yang taehyung lihat semourna dari segala kekurangan nya ikut terjun kedalam hal yang bagi taehyung sangat mengerikan.

Berlomba-lomba sisi munafik menekan segala rasa dalam dirinya. Apa yang harus taehyung lakukan? Meminta bantuan pada siapa? Apa masih ada orang yang mau membantunya selain teman abangnya yang satu ini? Apa masih ada orang lain lagi yang bisa taehyung andalkan?.
Tuhan. Apa taehyung harus meminta pada tuhan?. Tidak. Taehyung tahu diri siapa dirinya dan siapa kakaknya. Ada rasa malu untuk memohon, bahkan dia ragu untuk memohon. Apa doa nya akan dikabulkan sementara dia bukanlah orang yang baik, apa tuhan akan mendengarkannya?.

Dunia seakan ingin bermain-main dengan taehyung, meminta dan mengulur waktu yang taehyung miliki di usia muda nya.

Apa nasibnya seburuk ini, apa kakak hebatnya seburuk itu, apa tidak ada masalah lain saja.

Taehyung ingin menolak semua takdirnya. Tapi tidak mungkin.

"Aku tidak punya uang sebesar itu, bang".

"Jam delapan nanti kita temui seseorang, semoga saja dia bisa membantu kita".










.

.

.

21/01/22


Oke tidak jelas sekali 🙈
Maafkan kesalah setiap cerita dan kalimat yang ngaur ini 🤭

Short Story (KIM TAEHYUNG) & all MemberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang