"Sungguh, orang-orang yang menuduh perempuan-perempuan baik, yang lengah (dan) beriman (dengan tuduhan zina), mereka dilaknat di dunia dan di akhirat, dan mereka akan mendapat azab yang besar." (QS : An-Nur : 23).
-
-
-
"Jauhilah olehmu tujuh (perkara) yang membinasakan di neraka", Nabi ditanya : "Apa saja perkara itu, ya Rasulullah?" Rasul menjawab : "Menyekutukan Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan Allah kecuali dengan jalan yang sah menurut syara', memakan riba, memakan harta anak yatim, berpaling dari medan perang yang sedang berkecamuk, dan menuduh berzina terhadap wanita yang baik-baik yang tak pernah ingat berbuat keji, lagi beriman." (HR. Al-Bukhari dan Muslim).°°°°
"Apa kamu udah nggak perawan, Adzana?"
Pertanyaan yang keluar dari mulut Riyan barusan berhasil memporak-porandakan hati Adzana, perempuan yang sudah gagal menikah sebanyak sepuluh kali karena dianggap tidak suci oleh semua orang. Hatinya terasa sakit dan perih. Bagaimana tidak, semua orang dengan tega menyebutnya sebagai wanita pemuas nafsu para lelaki, padahal kenyataannya tidak demikian. Hanya karena ia terlahir dari rahim seorang pelacur, bukan berarti ia mengikuti jalan ibunya.
"Apa maksud kamu, Mas Riyan?" tanya balik Adzana, ia berusaha mati-matian agar tak menangis, meski matanya memang sudah berkaca-kaca.
"Nggak usah pura-pura polos. Aku tau kalau kamu sebenernya adalah wanita jalang!" Riyan menyeringai kecil. "Malam itu, aku ngeliat kamu pergi berdua bersama seorang laki-laki tua. Awalnya aku emang nggak percaya sama apa yang dikatakan orang-orang mengenai kamu, tapi karena aku ngeliat pake mata kepala aku sendiri, aku jadi percaya kalau desas-desus miring tentang kamu di luaran sana itu bener!"
"Aku sengaja nggak mutusin kamu waktu itu, dan nggak ngebatalin rencana pernikahan kita, karena aku berniat ngebatalin pernikahan kita tepat di hari ini, saat penghulu dan semua tamu undangan mendengar kata-kata yang aku ucapkan, agar mereka lebih berhati-hati dengan wanita murahan pemuas nafsu laki-laki macam kamu!"
Adzana menggelengkan kepala, air mata lolos begitu saja dari pelupuk matanya. "Mas, jaga mulut kamu! Kalau kamu nggak tau siapa laki-laki tua itu, kamu kan bisa tanya sama aku. Kenapa kamu langsung nyebut aku wanita murahan?!"
"Halah, udahlah! Sekarang juga aku batalin pernikahan ini! Aku nggak sudi menikah sama wanita bekas kayak kamu, Adzana. Rongsokan!!!" ucap Riyan penuh penegasan.
Hari ini, untuk ke sekian kalinya, ia dipermalukan di saat hari pernikahannya. Di depan penghulu, pun tamu-tamu undangan yang datang, Riyan berucap tanpa ada rasa bersalah sama sekali.
Tetapi bagi Adzana itu semua tidak masalah. Untuk permasalahan yang seperti ini, ia sudah kebal. Walau harus menahan malu, namun ia sudah terbiasa. Tak apa, mungkin Riyan bukanlah jodohnya.
"Tuh kan bener kalau Adzana bukan wanita baik-baik. Buktinya, dia udah gagal nikah sampe sebelas kali ini."
"Ih amit-amit deh anak aku nikah sama dia, udah jebol tuh pasti."
"Ck! Wanita penggoda!"
"Buah jatuh emang nggak jauh dari pohonnya."
"Kita harus hati-hati sama dia."
Dan masih banyak lagi ucapan para tamu undangan terutama ibu-ibu yang cenderung memojokkan Adzana.
Sudah cukup! Adzana tidak bisa diam saja direndahkan dan dihina oleh semua orang. Tatapan matanya menggelap, napasnya memburu tak beraturan, jantungnya berpacu dengan sangat cepat, juga kedua tangannya yang terkepal kuat.
"Pergi kalian dari rumah aku sekarang! PERGIII!!!" teriak Adzana begitu keras. "Iya! Aku emang wanita murahan! Aku emang wanita penggoda! Aku emang jalang! Kalau menurut kalian itu emang bener!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dianggap Sang Pendosa (Sudah Terbit)
General Fiction(TERSEDIA DI GRAMEDIA DAN TBO) Ini tentang kejujuran yang hanya berujung penghinaan. Tentang kesalahan di masa lalu yang menjerat sampai sekarang. Fitnah selalu terdengar setiap hari. Takdir seolah tidak pernah memihaknya. Kisah ini adalah kisah seo...