41. Berita Baik

36.3K 5.4K 1.3K
                                    

Meski nggak tembus komennya, aku tetep up. Baik kan aku?😭💔

Jangan lupa tinggalkan jejak berupa vote dan komen.

Komen di setiap paragraf ya, Bestie.

1k vote dan 1k komen untuk next part.

_______________________________________

"Aku hamil."

Dua kata itu berhasil membuat Gus Arfan yang mendengarnya membeku di tempat dengan mulut yang sedikit menganga, guratan kebahagiaan terlihat jelas di wajahnya.

Kedua matanya sampai tak berkedip, ingin mengatakan sesuatu namun suaranya seakan tercekat di tenggorokan.

Dalam hati ia bangga pada dirinya sendiri karena tidak sia-sia kerja kerasnya selama ini. Lihatlah, sekarang Adzana hamil lagi. Beberapa bulan yang lalu memang banyak cobaan yang menimpa keluarganya, tetapi dengan ikhtiar dan doa yang terus dipanjatkan, alhasil semuanya baik-baik saja dan tidak terjadi apa-apa.

"Mendekatlah, Humaira," ujar Gus Arfan setelah sekian lama diam. "Sini." Ia merentangkan kedua tangannya, bersiap memeluk erat tubuh sang istri.

Tanpa menunggu waktu lama, Adzana berlari kecil mendekati Gus Arfan kemudian merengkuh tubuh lelaki itu, menyalurkan rasa bahagianya.

"Aku bahagia, Mas. Aku sangat bahagia," ujar Adzana di sela-sela pelukan.

Gus Arfan mengangguk, ia menumpukkan dagunya di kepala Adzana. Kedua matanya terpejam, ia tak henti-hentinya mengucapkan terima kasih kepada Allah atas segala nikmat yang telah diberikan.

"Aku juga sangat bahagia." Gus Arfan melepas pelukannya, ia berjongkok di depan Adzana lalu mengelus lembut perut rata perempuan itu. "Semoga kamu kuat di dalam kandungan bunda-mu ya, Sayang."

Cup!

Lembut, amat lembut, Gus Arfan mencium perut istrinya dengan air mata yang ikut turun membasahi pipi.

"Bangun, Mas," ucap Adzana yang dituruti oleh Gus Arfan.

Netra mereka saling bersinggungan, Adzana bisa melihat tatapan teduh milik suaminya yang selalu ia damba. "Lebih baik sekarang kamu mandi, pasti kamu capek kan baru pulang dari kampus? Mau aku buatin teh atau kopi?" kata Adzana.

"Iya, aku mandi." Jeda beberapa detik sampai akhirnya Gus Arfan kembali berucap, "Aku nggak mau apa-apa, cukup kamu dan anak kita aja yang aku mau, Humaira." Senyum di wajahnya tak pernah pudar, ia mengecup singkat kening Adzana, lekas berlalu pergi menuju kamar mandi.

Setelah memastikan Gus Arfan sudah masuk ke dalam kamar mandi, Adzana mulai melangkahkan kaki keluar dari kamarnya.

"Adzana," panggil seseorang, sontak Adzana langsung menghentikan langkahnya dan menoleh ke sumber suara.

"Ummi. Ada apa, Ummi? Apa Ummi perlu bantuan Adzana?" tanya Adzana.

"Kamu menyembunyikan sesuatu ya dari Ummi?" Annisa menatap penuh selidik ke arah menantunya.

Kerutan di kening Adzana menandakan bahwa perempuan itu tampak kebingungan. "Adzana tidak menyembunyikan apa pun dari Ummi."

"Bohong. Ayo katakan yang sebenarnya, Adzana!" cecar Annisa.

"Tapi Adzana benar-benar tidak menyembunyikan apa pun, Ummi."

"Terus apa ini?" Annisa menunjukkan secarik kertas yang sudah ia baca beberapa menit yang lalu.

Kedua mata Adzana membulat sempurna. "Ummi sudah mengetahuinya? Padahal Adzana berniat memberitahu Ummi saat makan malam nanti."

Seketika senyum di wajah Annisa mengembang sempurna. "Selamat, menantuku. Ummi sangat senang mengetahui kalau kamu hamil lagi. Untung Ummi menemukan surat dari dokter ini di meja ruang tamu, jadi Ummi bisa tau lebih awal." Ia memeluk Adzana erat.

Dianggap Sang Pendosa (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang