5. Perlakuan yang Tidak Baik

53.3K 8K 1K
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak berupa vote dan komen. Terima kasih.
_______________________________________

Tatkala Adzana dan Aira sudah sampai di masjid, Adzana tak mampu menatap wajah Aira. Jujur, ia merasa malu atas semua kata-kata kasar yang dilontarkan Riyan kepadanya. Ia pun takut Aira tak akan mau lagi berteman dengannya.

"Adzana," panggil Aira setelah sekian lama terdiam, namun Adzana tak menjawab.

"Jadi kamu ... putri seorang pelacur?" tanya Aira sedikit ragu.

"Jawab, Adzana!"

Netra hazel milik Adzana mulai berkaca-kaca, rasa sesak di dalam dada semakin terasa, dan rasa takut menyelimut kalbu, menimbulkan isak tangis yang kian semakin terdengar jelas oleh pendengaran.

"Iya! Aku anak pelacur!" Dengan mata memerah Adzana menatap wajah Aira. "Mau usir aku dari pondok pesantren ini? Nggak mau lagi berteman sama aku? Silahkan! Silahkan lakukan apa pun yang kamu dan semua orang mau!!!"

Adzana menangis keras, ia terduduk di lantai masjid seraya berucap, "Kenapa semua orang memandang aku rendah, perempuan nggak suci, dan pemuas nafsu laki-laki? Padahal apa yang mereka ucapkan itu nggak bener!"

"Latar belakang aku emang jelek, tapi aku nggak akan pernah mau menjadi seperti ibuku!"

Belum sempat Aira berucap, Adzana sudah pergi terlebih dulu. Entahlah, rasanya ia tidak akan kuat mendengar ucapan yang akan dilontarkan oleh temannya itu.

"Adzana, tunggu!" teriak Aira, ia pun berlari mengejar Adzana.

"Aduh!" Adzana terjatuh saat seseorang sengaja menabrak tubuhnya.

"Sakit?" ujar orang itu yang tak lain adalah Rere.

"Aku nggak peduli! Cepetan kamu kemasin barang-barang kamu deh! Jangan bawa aib di pesantren ini!" tegas Rere, berkacak pinggang.

Tanpa disangka, Rere bersama kedua temannya menyeret Adzana sampai di tengah lapangan pesantren. Sungguh, Adzana sudah pasrah dengan semua yang akan terjadi.

Ia kira di pesantren ini ia akan bisa membuka lembaran baru tanpa adanya masa lalu yang menghantui, tetapi pada kenyataannya tidak.

Mengapa Riyan harus datang dan merusak semuanya?

"Temen-temen, cepet kumpul!!!" teriak Rere menggunakan megaphone.

Mendengar teriakan Rere, semua santriwan dan santriwati, termasuk para pengurus pondok pesantren lainnya berbondong-bondong ke arah lapangan untuk melihat apa yang terjadi.

Setelah semuanya sudah berkumpul, Rere dengan bangganya berucap, "Lihat! Adzana adalah pendosa! Jadi dia nggak pantes mondok di sini!!!"

Lalu, Rere melepas khimar yang dipakai Adzana dan membuangnya secara kasar ke sembarang tempat. Sungguh, hati Adzana sangat terluka. Surai indahnya dilihat oleh semua orang untuk yang kedua kalinya, itu adalah dosa.

"Pelacur nggak usah pakai khimar! Jangan kotori khimar yang kamu pakai, Adzana!!!" tutur Rere penuh penekanan.

Sementara di lain tempat, Gus Arfan tengah berbicara kepada sepupunya yaitu Riyan perihal Adzana di lapangan tadi. Tidak seharusnya Riyan berani menyentuh tangan apalagi membuka khimar seorang santriwati di pondok pesantren ini. Hal tersebut merupakan tindakan kurang ajar.

"Minta maaflah sama Adzana. Saya yakin Adzana akan memaafkanmu, Riyan."

"Jangan karena lo seorang gus muda berwibawa, lo jadi seenaknya sama gue, anjir! Gue tau pondok pesantren Nurul Huda milik bokap lo, tapi apa lo mau nerima santriwati yang latar belakangnya jelek kayak Adzana? Itu bisa merusak nama pondok pesantren ini!!!"

Dianggap Sang Pendosa (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang