2. Mencoba Berlari dari Masa Lalu

77.5K 9.2K 328
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak berupa vote dan komen. Terima kasih.
_______________________________________

Perlahan, Adzana mulai membuka mata. Ia mengerjap-ngerjapkan mata sebentar, menerka-nerka di mana sekarang ia berada. Ruangannya begitu gelap, pun kedua tangannya diikat. Sungguh, Adzana merasa sangat ketakutan.

"Tolong! Tolong! Tolong lepasin aku!" teriak Adzana dengan berderai air mata.

Adzana tidak tahu sekarang ia berada di mana. Mengapa satu per satu masalah datang menghampirinya?

Aku takut, Ya Allah, ucap Adzana dalam hati.

Tak berselang lama, tiga orang laki-laki datang dengan tawa yang mampu membuat Adzana bergidik ngeri. Untuk apa mereka menyekapnya? Adzana rasa, ia tidak memiliki masalah dengan siapa pun.

"Kamu udah sadar, Sayang?" ujar salah satu dari laki-laki itu yang bernama Reno. Ia mencolek dagu Adzana, namun sang empunya langsung membuang muka.

"Siapa kalian?! Lepasin aku!!!" Adzana berusaha untuk tetap berani, meski pada kenyataannya rasa takut terus menyelimutinya.

Lelaki yang bernama Aman mendekat, ia menghirup aroma tubuh Adzana dengan sangat erotis. Sontak, Adzana membulatkan kedua matanya sempurna.

"Jangan kurang ajar!!!" tutur Adzana penuh penegasan.

Lagi-lagi ketiga lelaki itu tertawa, tawa yang begitu memekakkan telinga Adzana. Aura jahat benar-benar terlihat dari manik mata ketiganya. Adzana bisa melihat hal tersebut.

"Wanita murahan seperti kamu nggak usah sok jual mahal!" ucap Egi. “Lagi pula, besok kami bertiga akan menjual kamu kepada seorang mucikari, dan kami yakin kami akan mendapat uang yang sangat banyak nantinya.”

Namun Adzana tak menanggapi, ia terus merapalkan doa di dalam hati sembari memejamkan mata, berharap keajaiban datang dan ia bisa kabur dari kungkungan mereka bertiga bagaimanapun caranya, ia tidak ingin dijual kepada seorang muncikari, ia tidak ingin manjadi pelacur. Ya Allah, hanya kepada Engkaulah aku meminta pertolongan. Aku mohon, tolonglah aku. Berikanlah jalan agar aku bisa kabur dari ketiga laki-laki itu.

Siang telah berganti malam, matahari sudah menyelesaikan tugasnya, dan kini tinggal sang rembulan yang bertugas. Akan tetapi Adzana masih dikurung di ruangan sepi nan kotor, kedua tangannya juga masih diikat kencang, membuatnya tidak bisa kabur dari tempat tersebut.

Tatkala ketiga laki-laki itu sudah tertidur pulas, Adzana memikirkan cara untuk kabur dari tempat ini. Tetapi bagaimana?

Ia melirik ke kanan dan ke kiri, ternyata di sebelah kanannya ada pecahan beling. Sedikit demi sedikit, pelan tapi pasti, ia bergeser ke kanan karena ingin mengambil pecahan beling untuk memutus tali yang mengikat di kedua pergelangan tangannya.

"Aakkhh." Adzana meringis kesakitan saat beling tersebut mengenai telapak tangan kanannya. Meskipun demikian, Adzana tetap mengambil beling tersebut dan mengarahkannya pada tali yang mengikat tangan gadis itu.

Susah memang, karena ikatannya sangat kencang. Namun bukan Adzana namanya jikalau harus menyerah begitu saja. Setelah lama bersusah payah, akhirnya ikatan itu terlepas.

"Alhamdulillah," gumam Adzana. Cepat-cepat ia berdiri dan berjalan mengendap-endap, memastikan bahwa ketiga laki-laki itu sudah tertidur nyenyak.

Ketika ia sudah sampai di depan pintu, dengan segera ia membuka pintu tersebut dan berlari sekuat tenaga, tetapi nahasnya tanpa sengaja ia menginjak botol kosong, membuat ketiga laki-laki yang tengah tertidur lelap menjadi terbangun.

"Hei! Mau lari ke mana kamu?!" teriak Egi.

"Ayo kita kejar dia!" ujar Reno, kemudian mereka bertiga pun akhirnya mengejar Adzana.

Dianggap Sang Pendosa (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang