Karena komennya beneran tembus 400 komen bahkan lebih. Sesuai janji, aku up lagi.
Makasih banyak atas antusias kalian terhadap cerita ini ❤️
Yang belum follow akun authornya, yuk follow Queen_Halu03
Jangan lupa vote dan komen. Terima kasih.
_______________________________________Gus Arfan terbangun dari tidurnya, ia melirik ke arah jam, ternyata jam sudah menunjukkan pukul empat pagi. Ia pun segera turun dari ranjang lalu berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
Beberapa menit berlalu, setelah selesai mandi, Gus Arfan mendekat ke arah Adzana. Tatkala dirinya berniat ingin membangunkan Adzana untuk mandi dan bersiap-siap melaksanakan shalat subuh, wajah damai perempuan itu saat tidur berhasil membuatnya mengurungkan niat.
Senyum di wajah Gus Arfan seketika mengembang sempurna. Bagaimana tidak, semalam adalah malam terpanjang bagi dirinya dan Adzana. Kini Adzana adalah milik Gus Arfan sepenuhnya.
Apa yang diucapkan orang-orang mengenai Adzana ternyata tidak benar, desas-desus miring itu hanyalah fitnah belaka. Buktinya, di saat melakukan hubungan suami istri, Adzana masih perawan.
Tangan Gus Arfan mengelus surai Adzana yang tak tertutupi khimar, ia pun mengecup kening istrinya penuh sayang. "Ana uhibbuki fillah, yaa Humaira. Al aan wailaa abadan."
"Andai aku datang lebih cepat di kehidupanmu, maka kamu tidak akan pernah merasakan hinaan dan cacian dari semua orang selama ini. Kamu wanita kuat, yang penyabar, dan pendiam. Arwa'ul qulub qolbuk, Humaira," ucap Gus Arfan. Matanya selalu menatap wajah sang istri.
Tanpa disangka, Adzana terbangun dari tidurnya. Perlahan, netra indahnya terbuka, dan pemandangan yang dilihatnya sekarang masya Allah luar biasa.
Wajah berseri suaminya terlihat jelas di depan mata, menyambut hari, mengawali pagi.
"Eh, udah bangun duluan. Padahal tadi niatnya Mas mau bangunin kamu, Humaira," ujar Gus Arfan sembari menampilkan deretan gigi putihnya.
"Yakin mau bangunin aku? Tapi kenapa Mas Arfan malah ngeliatin aku tidur?" papar Adzana.
Gus Arfan mendekatkan wajahnya ke wajah Adzana, lalu menggesekkan hidungnya di hidung perempuan itu dengan gemas.
"Karena aku teringat semalam. Semalam benar-benar malam yang indah, bukan? Apa kamu mau lagi? Jika iya, kita lakukan sekarang," goda Gus Arfan.
Sontak, kedua mata Adzana terbelalak sempurna. Apa-apaan suaminya ini? Setelah semalam bertempur habis-habisan, haruskah sekarang melakukannya lagi?
"Nggak. Aku mau mandi, terus shalat subuh." Cepat-cepat Adzana berlari kecil menuju kamar mandi.
Tetapi tiba-tiba Gus Arfan memeluknya dari belakang, ia menyembunyikan wajahnya di ceruk leher perempuan itu. "Mau Mas temenin nggak mandinya?"
"Lepas, Mas!" Adzana berusaha melepaskan diri dari Gus Arfan. Ketika ia berhasil terlepas, dengan sekuat tenaga ia berlari masuk ke dalam kamar mandi lalu menutup pintu kamar mandi tersebut.
Baru beberapa saat tertutup, Adzana membuka pintu kamar mandi kembali seraya menjulurkan lidahnya ke arah Gus Arfan. "Aku bisa lepas dari kamu, Mas."
Ketika Gus Arfan ingin berjalan mendekati Adzana, perempuan itu malah menutup pintu kamar mandinya kembali.
Melihat hal tersebut, Gus Arfan semakin tersenyum lebar sembari menggeleng-gelengkan kepalanya. "Nikmat sekali punya istri."
°°°°°°
KAMU SEDANG MEMBACA
Dianggap Sang Pendosa (Sudah Terbit)
General Fiction(TERSEDIA DI GRAMEDIA DAN TBO) Ini tentang kejujuran yang hanya berujung penghinaan. Tentang kesalahan di masa lalu yang menjerat sampai sekarang. Fitnah selalu terdengar setiap hari. Takdir seolah tidak pernah memihaknya. Kisah ini adalah kisah seo...