Part 11

7.4K 864 89
                                    

Satu detik sudah berlalu, masihlah tidak ada respons dari Abra perihal ciuman Keira. Dua detik kemudian, lelaki itu terdiam mematung dan sama sekali tak membalas ciuman sang istri. Keira hampir putus asa karena apa pun usaha yang dirinya lakukan tak akan pernah membuahkan hasil.

Abra memang kaku, dingin dan cuek. Sekeras apa pun Keira mencoba, ia tak akan berhasil membuat gunung es di diri lelaki itu mencair. Pada detik ketiga, akhirnya Keira menyerah. Ia memundurkan langkah dan melepas tautan bibirnya dari bibir Abra dengan perasaan lara. Demi Tuhan, sampai dicium di bibir pun, lelaki itu tak juga bereaksi.

Keira tertawa miris yang kemudian tawanya mendadak terhenti sebab suaminya langsung memeluk dan mencium bibirnya kembali pada detik ke empat. Ia hampir-hampir tidak dapat bernapas dengan benar untuk beberapa saat lantaran mencoba memahami situasi. Ketika tersadar, wajahnya sudah sangat memerah. Dadanya berdebar tidak karuan, dan jantung memompa lebih cepat.

Yang terjadi sekarang bagaikan mimpi manis di siang bolong. Astaga... Wajah Keira merona manakala memandang wajah suaminya yang berjarak sangat dekat. Terlebih, bibirnya kini berada dalam kuasa suaminya. Abra tidaklah menempelkan bibir semata, tapi melumatnya lembut.

Ugh, ciuman suaminya terasa ahli dan sangat menuntut. Keira merasa melumer dan hampir terjatuh jikalau pinggangnya tak dipeluk sang suami. Memejamkan mata, Keira membawa tangannya menuju leher Abra dan melingkar di sana seraya kian merapatkan diri.

Berciuman dengan Abra ternyata mempunyai efek yang dahsyat terhadap Keira. Tiba-tiba, tubuhnya terasa panas seolah mendambakan sentuhan yang lebih. Hingga dengan inisiatif sendiri, Keira meraih tangan kanan Abra dan membawa ke dadanya yang ranum. Menggigit bibir bawahnya karena Abra mulai meremas payudaranya—yang mana kemudian hal itu dipergunakan suaminya untuk menelusupkan lidah ke mulutnya.

Perasaan berdesir itu kian menjadi. Bibirnya sedang dilumat intens oleh sang suami. Lidah mereka pun telah beradu dan saling membelit bagaikan ular memangsa musuh. Sementara tangan Abra, bergerak makin aktif meremas payudara Keira yang kenyal dan padat sebab belum pernah terjamah sebelumnya.

Keira berhasil dibuat meremang ketika Abra melepas tautan bibir mereka dan berpindah mencumbu leher jenjangnya. Sekarang Abra sedang sibuk mencium dan mengecup agak kuat di kulit lehernya. Yang kemudian Keira yakini akan menimbulkan jejak kemerahan nantinya. Suaminya itu, meskipun cuek, kaku, dan dingin, tetapi nyatanya bisa sepanas ini kala sedang berhasrat. Ia bahkan seolah ikut terbakar bersamanya.

Ciuman sang suami kian turun menuju pundak Keira. Di sana, suaminya mengecup sembari menurunkan ritsleting pakaian yang melekat di tubuhnya. Ketika pakaian tersebut hampir luruh, Abra langsung membenamkan wajah di belahan dada Keira. Kelakuannya itu sukses membuat Keira meremang dan tanpa sadar mendesah tertahan.

Wajah Keira sudah sangat merona kala sang suami menyingkap bra—nya lantas mencium dan memasukkan puncak dadanya ke dalam mulut. Ia menggeliat geli manakala suaminya itu mengemut puting dadanya yang berwarna agak kecokelatan. Tanpa sadar, Keira malah menyentuh kepala Abra kemudian mengusap rambutnya.

Abra semakin bersemangat mencumbu sang istri lantaran respons positif yang Keira beri. Kepalanya bergerak ke kiri lantas ke kanan untuk memberi cumbuan yang adil terhadap kedua payudara istrinya. Ketika mengemut yang sebelah kanan, maka yang kiri akan ia permainkan dengan tangan. Abra remas dan sesekali cubit putingnya sehingga membuat Keira melenguh nikmat.

Kala gairah telah mendominasi dan membuat sesak celana di bagian selangkangan, segera saja Abra menggendong Keira dan membawa sang istri menuju kamarnya. Saat sudah tiba di sana, Abra langsung membaringkan wanita itu di tengah-tengah kasur king size miliknya. Kemudian, ia menindih Keira setelah melepas pakaian yang melekat di tubuh mereka.

Unpredictable DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang