Part 18

6.6K 629 10
                                    

Hai hai.. Akhirnya aku update lagi. Sebaiknya part ini di baca kalo lagi nggak puasa ya, alias malam hari wkwkwk 😂

Happy reading...

***

"Keira..."

Abra mengerutkan kening ketika mendapati Keira yang sedang melamun. Entah apa yang ada di pikiran istrinya itu, Abra sama sekali tidak tahu. Jelasnya sejak menaiki mobil tadi sang istri tampak tidak fokus.

"Kei..."

Sekali lagi, Keira masih tak menyahut. Abra memutuskan keluar dari mobil lalu mengitari pintu samping kemudi dan membukakannya untuk sang istri. Barulah kemudian ia sedikit menunduk dan menyentuh bahu Keira seraya memanggil nama istrinya lagi.

Kali ini panggilan Abra membuahkan hasil. Sang istri bereaksi dengan langsung menoleh ke arah sumber datangnya suara. Alhasil, tanpa sengaja bibir Keira malah mendarat mulus di pipi Abra. Mereka pun sama-sama terdiam lantaran terkejut hingga kemudian Keira berinisiatif melepaskan bibirnya dari pipi sang suami.

"Ma-af, Mas," cicitnya dengan wajah yang sudah memerah malu. Yang sekarang terjadi hanyalah ciuman sekilas tanpa maksud dan tak disengaja. Pun hanya di pipi. Seharusnya ia tidak perlu merasa malu karena mereka sudah pernah berciuman lebih intens dari itu pagi tadi. Bahkan sampai meninggalkan jejak agak kemerahan di lehernya.

"Kamu lagi mikirin apa sampai nggak fokus kayak gitu? Ada masalah sama kerjaan ya?" Abra bertanya dengan nada perhatian. Lelaki itu bahkan tidak begitu memedulikan ucapan maaf Keira karena kecupan tak sengajanya tadi. Lagi pula apa yang perlu dimaafkan? Toh mereka sah sebagai suami istri. Pun, sudah pernah berciuman lebih dari sekadar kecupan.

"Nggak ada masalah apa-apa kok, Mas. Aku cuma ngerasa sedikit capek aja," sahut Keira berkilah. Ia tidak tahu apakah harus berkata jujur pada sang suami mengenai peristiwa yang terjadi padanya di rumah sakit tadi.

"Bener?"

"Iya. Ayo kita masuk dulu," jawab Keira lagi sembari merangkul lengan kiri Abra. Mereka melangkah bersama menuju pintu utama dan masuk ke rumah.

Sesampainya di kamar, Abra segera melepas jas yang sebelumnya masih melekat di badannya. Usai itu, ia mendaratkan bokongnya di tepi kasur sambil melonggarkan dasi dan membuka satu per satu kancing kemejanya.

"Aku mau bikinin minum buat kamu dulu ya, Mas." Keira sudah ingin melangkah menuju dapur setelah meletakkan tas dan mengikat rambut yang semula terurai. Akan tetapi, langkah kakinya terhenti manakala Abra menahan pergelangan tangannya. Sontak saja Keira menoleh dan menatap Abra dengan kening berkerut.

"Nggak usah. Kamu istirahat dulu aja. Lagian saya belum haus. Saya mau mandi dulu aja," sahut Abra sambil melepaskan pergelangan tangan Keira. Lelaki itu segera beranjak ke kamar mandi dan meninggalkan Keira yang malah mengulum senyum karena secara tak langsung Abra peduli padanya.

Selagi Abra mandi, Keira memutuskan untuk beristirahat sebentar seperti yang dikatakan suaminya. Ia merebahkan tubuh penatnya di atas kasur sambil bermain ponsel.

Ngomong-ngomong, setelah semalam pulang dari acara makan malam mereka. Keira sudah memindahkan barang bawaannya ke kamar sang suami. Pada dasarnya ia tidak membawa banyak barang setelah menikah. Hanya beberapa pakaian dan keperluan lain yang bersifat pribadi. Sementara sisanya sudah tersedia di kamar yang sebelumnya dirinya tempati. Sehingga tidak memakan waktu lama untuknya bisa pindah kamar.

Bicara tentang tidur sekamar dengan Abra, awalnya Keira merasa sangat gugup ketika akan memasuki kamar yang sama dengan suaminya. Tetapi kemudian ia mencoba biasa sebagaimana yang Abra lakukan. Hingga akhirnya mereka sama-sama tidur tanpa melakukan apa pun. Barulah setelah terbangun dari tidur saling berciuman seperti yang sudah diketahui.

Unpredictable DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang