"Kamu hati-hati di jalan ya, Mas. Nggak usah ngebut, yang penting selamat sampai tujuan," pesan Keira pada sang suami. Ia memajukan wajahnya kemudian memberi sebuah ciuman di pipi suaminya. Setelah itu, Keira pun turun dari mobil Abra.
"Iya. Kamu masuk duluan sana," sahut Abra yang Keira balas anggukkan kepala.
Keira melambaikan tangan pada Abra seraya melangkah meninggalkan sang suami. Baru sempat beberapa langkah dirinya berjalan, sudah didengarnya suara Abra memanggil namanya. Ia pun berbalik badan dan dapat melihat suaminya yang sudah keluar dari mobil tengah melangkah menghampirinya.
"Kenapa, Mas?" tanyanya bingung.
"Ada yang ketinggalan," sahut Abra pendek. Kini ia sudah berada di depan istrinya yang tampak mengernyitkan kening. Abra yang melihatnya pun mengulas senyum tulus.
Jawaban singkat Abra itu membuat Keira masih tak mengerti. Ia ingin bertanya lagi, tetapi Abra sudah terlebih dahulu mencium keningnya mesra. "Saya lupa belum ngebales ciuman kamu tadi," ucap Abra yang sukses membuat Keira mematung dengan wajah bersemu.
"Kirain apa," ujarnya salah tingkah.
Abra ikut tersenyum kecil saat melihat rona merah di pipi Istrinya semakin nyata. Ia pun melepaskan bibirnya dari kening Keira dan memberi jarak di antara mereka. Kemudian, Abra mengacak gemas rambut istrinya lalu kembali merapikannya. "Saya berangkat ya."
"Heem," angguk Keira. Ia masih menunggu Abra memasuki mobil hingga kemudian pergi meninggalkan halaman rumah sakit tempatnya bekerja. Usai sang suami tak terlihat lagi, barulah Keira melangkah masuk menuju ruang praktiknya.
Tak henti-hentinya Keira mengukir senyuman manis kala teringat perlakuan Abra padanya. Mereka memang gagal melakukan hubungan suami istri untuk yang pertama, akan tetapi Abra menjadi semakin manis dan romantis kepadanya.
"Fake!"
Kening Keira berkerut manakala mendengar seseorang bersuara. Saat menoleh, ia dapat melihat kehadiran Mike di sebelahnya. Untuk apa lagi lelaki itu mengikutinya? Ia memilih tidak meladeni Mike dan lanjut melangkah.
"Interaksi kalian itu palsu."
Lagi, Keira tetap mengabaikan. Apa pun yang akan lelaki itu ucapkan, ia tak peduli. Yang jelas hubungannya dengan Abra sudah jauh lebih baik. Keira optimis jikalau pernikahan mereka bisa berlangsung harmonis setelah Abra sudah benar-benar mampu melepaskan bayangan masa lalu.
"Baru kemarin saya bilang tertarik sama kamu, dan sekarang kamu sudah mamerin kemesraan palsu kayak gitu. Kamu pikir saya bakal percaya kalian saling cinta?"
Terserah mau percaya atau tidak, tidak ada urusannya dengan Keira. Lagi pula, apa yang terjadi tadi sama sekali tidak dimaksudkan untuk membuat Mike percaya hubungannya dan Abra baik-baik saja.
"Selamanya, kamu nggak bakalan bisa masuk ke hati dia, Keira! Lebih baik nyerah aja dari sekarang. Saya bersedia ngegantiin posisi dia sebagai suami dan orang yang bisa bikin kamu bahagia," ujar Mike lagi yang sukses membuat Keira merasa muak.
"Yang bisa bikin gue bahagia cuma laki gue. Nggak ada hubungannya sama lo. Lagian kita nggak saling kenal sebelumnya. Jadi jangan ganggu gue, bisa?"
"Dia nggak bakalan bisa bikin kamu bahagia. Dia nggak normal, Keira. Dia sakit jiwa."
"Cukup! Jangan bicara sembarangan!" marah Keira. Ia tak suka dan tidak terima jika ada yang menjelek-jelekkan suaminya. Apalagi Abra tidak seperti yang Mike ucapkan. Abra hanya mengalami trauma karena kejadian pahit di masa lalu, bukan sakit jiwa.
"Kei, hei. Lo kenapa?" tanya Jihan yang baru saja datang bersama sang suami. Keduanya langsung menghampiri Keira dan Mike saat menyadari ada perdebatan sengit antara sahabat dan sepupunya itu. Keberadaan mereka yang masih di koridor rumah sakit tentunya sukses menjadi pusat perhatian petugas rumah sakit ataupun orang yang berlalu lalang. "Lo juga Mike, gue 'kan udah pernah bilang sama lo, jangan ngegangguin Keira karena dia udah punya suami. Lihat gara-gara kelakuan lo, kalian jadi tontonan. Lagian lo anak baru di sini, Mike. Harusnya lo nggak bikin masalah," cerca Jihan pada sepupunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unpredictable Destiny
RomanceKeira tersenyum getir saat tahu dirinya akan dijodohkan dengan seorang pemuda yang tak lain adalah anak dari rekan bisnis papanya. Ia paling tak suka diatur-atur, terlebih mengenai pasangan hidup. Namun anehnya, semua terasa berbeda kala Keira melih...