BAGIAN SATU

12.1K 625 14
                                    

🌼🌼🌼🌼🌼

"HAH? NIKAH?!" Demi apapun Rose begitu terkejut ketika dirinya pulang sekolah lalu Bram selaku Papih Rose dan Ambar selaku Mamih Rose mengajak dirinya berbicara tentang perjodohan dengan anak sahabat Papihnya.

Bram mengangguk menjawab pertanyaan sang putri yang terlihat sangat shock.

"Pih apaan sih, Papih lagi bercanda ya pasti?" Rose tertawa hambar berharap ini semua hanya lelucon orang tuanya saja.

Ambar mengelus lengan Rose dengan lembut. "Sayang, ini semua udah keputusan Papih kamu."

Rose menggeleng tidak percaya. Keputusan katanya? Keputusan sepihak maksudnya?

"Maksudnya apa sih Mih aku masih gak paham!" Tekan Rose.

"Papih sudah sepakat dengan Hartono untuk menjodohkan kamu dengan anaknya, Jeffry." Ucap Bram dengan raut wajah yang terlihat sangat santai berbeda dengan Ambar yang gelisah karena merasa kasihan dengan putrinya.

"Kenapa harus jodoh-jodohan? Papih fikir aku gak laku? Terus juga Papih lupa kalo aku masih sekolah? Umur aku aja belum genap dua puluh tahun Pih." Balas Rose kesal.

"Papih cuman mau kamu menikah dengan orang yang tepat, Papih juga mau kamu belajar bagaimana menjadi dewasa dengan peranan kamu sebagai istri. Papih melakukan semua ini karena Papih mengenal baik Hartono dan keluarganya, Papih percaya bahwa Jeffry bisa mendidik kamu menjadi lebih baik lagi." Jelas Bram seolah tak ingin dibantah.

"Enggak Pih, Rose tetep gak mau. Lagian aku bisa kok belajar dewasa tanpa harus menikah." Tegas Rose menolak keras.

"Papih gak suka di bantah Rose!" Gertak Bram.

"Gak. Pokoknya aku gak mau sampai kapanpun nikah sama Jeffry-Jeffry itu!"

"Oke, kalo gitu semua fasilitas Papih cabut." Ancam Bram.

Rose membulatkan bola matanya. "PIH! Papih tega ya liat aku kemana-mana jalan kaki?"

"Kenapa enggak? Bukannya kamu bilang mau belajar dewasa tanpa harus menikah?"

"PAPIH TEGA, PAPIH JAHAT!!!"

Rose berdiri lalu berjalan ke atas menuju kamarnya sambil menghentak-hentakkan kakinya dengan kesal.

"Rose sayang!" Panggil Ambar berdiri untuk menyusul Rose namun pergelangan tangannya ditahan oleh Bram.

"Udah Mih biarin aja gak usah di samperin."

Ambar pun mau tidak mau duduk kembali menuruti ucapan suaminya.

Bram yang melihat itu hanya bisa menghela nafasnya berat sambil memijat pangkal hidungnya. ia menyayangi Rose, sangat. Tapi Bram melakukan semua ini juga demi kebaikan Rose, ia tidak mau jika nanti dirinya sudah tiada Rose malah memilih lelaki yang salah.

"Pih, Papih yakin?" Tanya Ambar ragu, pasalnya Ambar pun sangat terkejut saat suaminya lebih dulu berbicara soal perjodohan ini kepada dirinya.

Bram tersenyum sambil mengelus punggung tangan Ambar. "Papih gak pernah seyakin ini Mih."

Ambar hanya bisa mengangguk pasrah.

My sweet Husband (SUDAH TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang