13. Love Letter

81 26 15
                                    

Hola aku ren😉

Masih ada yang nungguin Love Letter ga ya?

Jangan lupa tekan🌟yaa!

Happy reading:)

*

Anaya berhenti berjalan saat melihat Gibran menghentikan langkahnya setelah beberapa langkah lagi menuju arena Skating.

"Kenapa?" Tanya Anaya sambil menatap Gibran. Terlihat lelaki itu menghela nafas nya kemudian menggeleng pelan.

"Gua ga bisa main skating" ucap Gibran menatap Anaya, kemudian matanya beralih menatap skating rink yang berada tak jauh di depannya.

Di atas rink sana Gibran dapat melihat banyak orang yang tengah meluncur dengan sangat ahlinya membentuk berbagai pola di atas permukaan es, jika dirinya ikut bergabung maka itu sama saja dengan ia sengaja merusak sebuah pemandangan indah.

Anaya mengikuti arah pandang Gibran kemudian tertawa. Ia pun berjalan kemudian merangkul pundak Gibran lalu membawanya untuk berjalan bersamanya.

"Lo tenang aja gue bakalan ajarin lo, gini gini gue jago main skating" Ucap Anaya bangga. Dengan langkah berat Gibran pun berjalan dengan Anaya yang menyeret tangan nya

Kini mereka berdua telah siap dengan sepatu luncur dan perlengkapan lainnya, Gibran mencoba berjalan dengan bantuan Anaya yang memegang kedua tangannya.

Merasa Gibran sudah bisa berdiri dengan seimbang dengan perlahan Anaya melepaskan pegangan tangan nya pada Gibran.

"Wow wow Gibran" Seru Anaya senang saat melihat Gibran yang tak kunjung terjatuh. Kini bukan hanya Anaya yang memperhatikan Gibran namun orang orang di sekitar mereka pun mulai memperhatikan Gibran.

Anaya segera meluncur menyusul lelaki itu dengan beberapa gerakan nya yang membentuk sebuah pola di atas permukaan es.

Mereka berdua pun berseluncur bersamaan dengan suara tawa Anaya yang terus mengembang, gadis itu tertawa dengan riang melupakan jika saat ini ia sedang patah hati.

Tak terasa mereka berdua telah menghabiskan waktu selama 2 jam untuk berseluncur, setelah melepaskan sepatu dan peralatan lainnya mereka berdua pun segera berjalan meninggalkan ice rink skating.

"Gibran, lo laper gak?" Tanya Anaya membuat Gibran segera menoleh.

"Kenapa lo mau beliin gua makan?" Tanya balik Gibran membuat gadis itu mendengus.

"Ck bilang aja kalau lo laper" ledek Gibran membuat Anaya memalingkan wajah nya malu.

Gibran beralih untuk berjalan di belakang Anaya, kedua tangannya ia letakan di bahu gadis itu. "Gibran lo ngapain?" Tanya Anaya bingung.

"Mau makan apa?" Tanya Gibran dengan suara halus nya membuat Anaya mengerjapkan kedua matanya terkejut.

"Mie"

"Mie?" Tanya Gibran kembali masih dengan suara halus nya.

"Ya Mi—mie ayam" balas Anaya yang tiba tiba saja merasa gugup.

"Gak usah banyak tingkah, disini mana ada mie ayam" ucap Gibran kembali dengan suara menjengkelkan nya.

Anaya menoleh pada Gibrab cepat. "Emang siapa bilang gue mau makan disini?"

"Terus lo mau makan dimana?"

"Tadi kan lo udah nunjukin tempat favorite lo, sekarang gantian gue pengen nunjukin tempat favorite gue"

"Ya ya ayo terserah lo, gue ikut aja" balas Gibran pasrah mengikuti langkah Anaya.

>>>>>>>>>

Love LetterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang