Wendy menggeleng dengan sopan. "Maaf pak, saya tidak minum," balasnya saat di tawari minuman beralkohol.
Alam masih betah duduk di samping Wendy yang kaku dan tidak biasa itu. Wajah judes itu kini berubah seperti kucing manis, mungkin karena saking takut dan gugup dengan tempat baru yang dia kunjungi.
"Minum dikit ga akan terjadi apa-apa, kecuali satu botol baru mabuk," Alam meraih gelas itu lalu memberikannya pada Wendy. Tanpa sedikit berniat apapun. Sungguh. Hanya demi kesopanan juga.
Wendy yang galak berubah tidak bernyali. "Takut, apa bisa pulang sekarang?" suaranya sedikit mencicit.
Alam menggigit bibirnya, pesona Wendy yang tidak galak dan membencinya sungguh membuat Jantungnya tidak normal.
Ini gila. Alam merasa terbius.
Alam berdehem pelan. "Minum dulu dikit ga sopan nolak, abis itu gue anter pulang." bisiknya.
Wendy dengan percaya meminumnya hingga habis lalu terbatuk, minuman apa ini?
Alam mengerjap, padahal dia menyuruhnya sedikit. Dasar gemes!
Alam pun menyesap sedikit minumannya dan menjawab beberapa pertanyaan mengenai pekerjaan.
***
Keesokan harinya...
Wendy terbangun dengan kepala pening, bibir meringis saat merasakan tubuhnya terasa remuk.
Wendy mengamati kamarnya yang entah sejak kapan sudah berubah itu. Wangi kamarnya pun berubah.
"Argh! Sial!"
Wendy sontak menoleh kaget ke arah pintu yang tertutup. Suara laki-laki? Oh astaga! Wendy mengamati lagi sekitarnya, ternyata dia tidak di kamarnya.
Wendy mengamati tubuhnya yang hanya terbalut kemeja laki-laki berwarna hitam.
Wendy meringis saat merasakan ngilu dan tidak nyaman di intinya. Wajah Wendy berubah pucat.
Pikiran-pikiran negatif mulai menyerangnya.
Wendy turun, mengabaikan rasa tak biasa di selangkangannya. Wendy membuka pintu kamar.
Wendy terus membawa langkahnya keluar dengan kedua mata sudah basah, dadanya mulai sesak menahan rasa tidak percaya.
Alam yang tengah duduk di sofa dengan kepala menunduk itu kini mendongak saat mendengar langkah kaki menghampirinya.
"Lo brengsek! LO PUAS SEKARANG HA?!" bentaknya dengan tangisan yang tidak terkendali.
Wendy kini tidak ada bedanya dengan Alam. Dia kotor! Wendy benci dirinya sendiri.
Alam berdiri. "Tenang Wen, semalem kita ga sadar sepenuhnya. Gue juga minum lo tahu itu, kita di bawah pengaruh alkohol," terangnya panik.
Sungguh di luar kendali. Demi apapun Alam tidak memiliki niat untuk membawa Wendy ke ranjang. Tapi suasana dan keadaannya malah berbanding terbalik.
"Tenang? Gue cewek! Sesuatu yang udah pecah ga akan balik sempurna!" teriaknya dengan berderai air mata. Suaranya sampai serak saking berteriak sekuat tenaga.