Wendy mengurus beberapa hal untuk keperluan dia yang akan mengundurkan diri sesuai dengan keinginan Alam. Setelah semua selesai, barulah dia pulang dengan di antar Alam.
"Apart ada yang mau beli,"
Wendy melirik Alam. "Secepet itu? Di murahin atau sesuai harga?" diraihnya botol air mineral yang pastinya milik Alam itu.
"Sesuai harga beli sekarang, malah di kasih diskon," Alam meraih botol di tangan Wendy yang masih terbuka itu.
Alam juga haus, apalagi cuaca hari ini begitu terik.
"Hm, tapi kalau ayah, bunda atau nenek dateng ke apart gimana? Takut mereka dateng tiba-tiba," Wendy gelisah, meraih botol di tangan Alam lalu menutupnya dengan tatapan yang tidak fokus.
"Mungkin mereka udah seharusnya tahu," balas Alam dengan begitu tenangnya.
Pemikiran pria dan wanita memang selalu beda. Wendy memberengut kesal.
"Gimana kalau mereka usir atau bahkan ngeluarin gue dari kartu keluarga?" Wendy bertanya dengan senewen.
"Masuk ke kartu keluarga guelah, wife," Alam mengedipkan sebelah matanya genit.
Wendy menggeliat merinding, geli dengan tindakan Alam yang seperti buaya darat itu. Ah dia memang mantan buaya daratkan.
"Serius!" Wendy terlihat marah.
"Udah dari lama gue serius kali, lo aja yang nolak,"
Tahu ah, Wendy lelah. Lebih baik dia diam, menatap jalanan yang macet itu.
Alam melirik Wendy yang tidak merespon, wajahnya di tekuk bete. Alam tersenyum geli, meraih dagu Wendy lalu mengecup bibirnya dengan cepat.
***
"Udah bereskan? Ga ada yang ketinggalan?" Alam mengamati apartemennya yang kini kosong itu.
"Di sini kosong, di tempat gue penuh!" Wendy mengusap perutnya yang sepertinya anak mereka sedang aktif.
"Nanti yang ga butuh di jual, mama," gemas Alam seraya mengunyel sekilas pipi Wendy yang semakin tembem.
Alam jadi suka memeluk Wendy, memainkan pipinya yang dulu tirus itu. Keinginan Alam akhirnya tercapai soal membuat Wendy gemuk.
"Gue ga suka kasur lo, jadi yang punya lo yang di jual terus lo pake kasur gue," Wendy masih terlihat menekuk wajahnya bete namun di mata Alam lucu dan seksi.
"Iya, mama. Jangan lo-gue yuk, aku kamu dong. Mau ada bayi juga," Alam merapatkan perutnya ke perut Wendy.
"Apaan sih, udah sana beresin barang, gue cape jadi ga bantuin!"
"Iya, ga usah bantuin. Aku-kamu, Wen!" desaknya.
Wendy berdecak. "Iya, papa." gemasnya plus kesal lalu berlalu untuk menuju ke apartemennya.
Alam terkekeh. "Nah itu lebih bagus, mama." balasnya dengan perasaan yang meluap bahagia. Rasanya banyak kupu-kupu beterbangan di perutnya. Menggelitik membuatnya merinding bahagia.
Ketika playboy jatuh cinta.
***
Alam merebahkan tubuhnya yang cukup remuk karena sibuk menata semua barangnya.
"Pijitin dong," Alam meraih pinggang Wendy saat wanita itu duduk di sampingnya.
"Apanya?" Wendy menyeka peluh di pelipis Alam.