26. Perjuangan

76.4K 4.7K 76
                                    

Wendy terlihat tidak percaya diri, sebelah jemari tangan yang digenggam Alam mulai berkeringat. Hati Wendy mencelos.

Sebelum kejadian dia hamil, dialah yang sering membandingkan, menatap risih, hina, orang-orang bebas kecuali Dini.

Kini, bagai karma. Orang-orang ramah di kantor bahkan ikut memandangnya remeh, hina dan risih karena kehadirannya.

"Wen.."

Wendy tersentak dari lamunannya, menatap bu Faridah yang berbeda lantai namun ramah pada siapa pun.

Mungkin hanya dia yang menyapanya.

"Ya-ya, bu?" sahut Wendy gelagapan.

Alam sontak mengusap jemari yang berkeringat namun mulai mendingin itu.

"Berapa bulan?" diusanya sekilas perut besar Wendy. "Udah lama ya kita ga tegur sapa.." lanjutnya dengan keramahan yang khas.

"Iya, bu. 8 bulan," jawab Wendy disertai senyuman.

"Udah besar ya? Jadi waktu masih kerja di sini kamu udah hamil, pantes gendutan. Sehat-sehat ya.." diusap lagi perut Wendy.

"Mm.. Iya, makasih, bu."

Faridah tersenyum dengan anggukan samar, perbincangan pun berhenti dan mereka memisahkan diri.

Alam dan Wendy sudah ditelan oleh lift, detik itu juga semua yang kepo langsung berkerumun di meja bu Faridah.

"Ternyata hamilnya pas masih kerja di sini," jelas bu Faridah, keramahannya berubah seketika menjadi bagai ratu gosip.

Lagi-lagi sampul menipu. Entah pada manusia seperti apa kita harus percaya.

***

Wendy terdiam, kembali larut dalam pikiran. Lift terus membawanya turun hingga lantai satu.

"Kenapa?" tanya Alam saat keluar dari lift dan terus menuntun Wendy menuju mobilnya yang terparkir.

Wendy menggeleng samar lalu kembali diam.

Alam tahu, ada yang masih mengganggu Wendy. Tapi, Alam mencoba mengerti dan tidak lagi bertanya. Nanti juga cerita sendiri.

Alam membukakan pintu mobil untuk Wendy, melindungi kepalanya agar tidak terpentok. Setelah Wendy duduk nyaman, barulah dia tutup dan berjalan ke pintu mobil sebrangnya.

"Mau beli sesuatu dulu ga?" Alam menarik sabuk pengaman lalu memakainya.

"Ngantuk, pulang aja." jawab Wendy sekenanya dan terkesan malas.

Alam mencoba sabar, melirik Wendy yang belum memakai sabuk pengaman.

Alam melepas sabuknya, meraih sabuk pengaman Wendy lalu memasangkannya dengan menatap dekat Wendy.

"Cium dulu.." pintanya setelah suara klik terdengar.

Wendy balik menatap lalu mengecup kilas pipi Alam.

"Ga terasa,"

"Nanti ada yang liat," tolak Wendy halus, padahal alasannya karena moodnya hancur.

"Ck! Udah sah, sayang." gemas Alam.

"Tetep aja, belum resepsi. Kan jadinya udah lahiran,"

Apartemen (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang