Pagi yang cerah. Secerah pemandangannya saat terbangun.
Wait a minute... WHAT?!
Jannah sontak menutup wajahnya dengan bantal saat dirinya menyadari ini bukanlah mimpi. Punggung berotot yang menjadi awal di harinya itu bukanlah milik Chris Evans yang semalam menjadi pacarnya, tetapi milik Candra Purnomo yang telah resmi menjadi suaminya.
"I see you have awakened."
Jannah berdecak saat suara serak nan berat Candra semakin terasa mengusik paginya. "Kenapa ganti baju di sini sih?!"
Candra yang tengah mengancing kemejanya pun mengernyit mendengar nada sewot dari Jannah. "Saya selalu ganti baju di kamar. Bukannya itu fungsi lain dari punya kamar pribadi?"
Jannah segera menyingkirkan bantalnya dan menatap Candra dengan tatapan tajam. "Tapi sekarang kamu bukan bujangan lagi! Di kamar ini ada aku."
Salah! Salah besar Jannah bicara seperti itu. Seharusnya yang ia katakan adalah "ganti baju di kamar mandi atau bikin walk in closet sekalian!" agar tidak dibalas Candra dengan...
"Dan kamu istri aku, Jannah." Kemudian Candra tersenyum miring. "Lagian, bukannya kita tetap hidup masing-masing? Why are you so bothered?"
Merasa kalah, Jannah pun terdiam. Tidak ingin permulaan harinya semakin buruk, perempuan itu pun bangkit dan berniat bersiap-siap ke butik sebagaimana Candra sudah siap untuk pergi ke rumah sakit. Namun, baru kaki jenjang Jannah melangkah ke arah kamar mandi pribadi yang tersedia di kamar mereka, ucapan Candra lagi-lagi membuat ia kesal.
"Jannah, soal honeymoon, kayaknya harus tetap ada."
Jannah menoleh tidak senang pada Candra. "Kenapa? Kamu nggak lupa sama kesepakatan kita, kan? Aku nggak mau," tegasnya, tidak terbantah.
Candra manggut-manggut. Ia sudah yakin jika Jannah pasti akan menolak. "Mama pengin kalau kita rehat sebentar dari kerjaan."
"Kamu nggak berusaha cari alasan biar Mama kamu nggak maksa?"
"Mama kamu, Jannah. Mama Ermina, bukan Mama Irma." Candra tersenyum saat Jannah tertegun mendengarnya. "Dia pengin kamu liburan, keluar dari kerjaan dulu sementara karena sejak kamu pegang butik, kamu mendedikasikan hidup kamu ke sana terus. Mama kamu pengin lihat kamu having fun sejenak."
Jannah hanya bergeming. Entah harus merespons apa. Ia tahu, Candra tidak berbohong. Ermina memang sempat menampilkan raut kecewa saat Jannah mengatakan bahwa dirinya dan Candra memutuskan untuk tidak berbulan madu. Jannah mengerti jika Ermina ingin anaknya tersebut bisa memiliki waktu untuk lebih mengenal lelaki yang sudah menjadi teman hidupnya.
Yang Ermina tidak sadari, bukan itu tujuan Jannah. Masuk ke kehidupan seorang Candra Purnomo lebih dalam tidak pernah terlintas di dalam benaknya.
Merasa Jannah enggan menjawab, Candra pun berusaha memahaminya. "Nggak perlu jawab sekarang dan nggak perlu terlalu dipikirin. Kalau kamu emang benar-benar nggak mau, aku bakal cari cara biar semua pihak sama-sama enak dengan keputusan kita." Kemudian Candra meraih tas dan kunci mobilnya. "Di bawah udah disiapin sarapan sama Bibi. Aku berangkat duluan."
Begitu Candra berlalu, Jannah hanya mematung. Menatap pintu kamar mereka yang telah tertutup rapat. Memikirkan bagaimana bisa ia membuat keputusan semudah "menikah dengan Candra" waktu itu? Ini baru hari pertama, tapi Jannah sudah tidak siap menghadapi hari-hari berikutnya. Selalu saja ada sesuatu yang membuat ia "harus" berdekatan dengan Candra.
Jannah jadi ragu jika mereka akan memiliki kehidupan masing-masing seperti apa yang sebelumnya ia bayangkan. Karena itulah, Jannah bertekad untuk menemui Ermina langsung dan mencari alasan yang tepat untuk menolak ide bulan madu tersebut tanpa menyakiti perasaan sang mama.
KAMU SEDANG MEMBACA
House of Cards #2
Romance(Cerita ini akan kembali GRATIS pada 24 Juni 2024) Al Jannah Salim perlahan mengulik rahasia gelap suaminya berdasarkan perjodohan yang ternyata telah dirancang sedemikian rupa agar tidak mengulang kesalahan yang sama. **** Pernah dikecewakan membua...