Hamish tidak berbohong. Lelaki itu sungguh-sungguh menepati janjinya. Sebuah janji yang membuat Jannah frustrasi.
Langit sudah gelap gulita ketika Jannah sampai di istana barunya. Everest putih Candra bahkan sudah terparkir sempurna di halaman alih-alih garasi. Candra memang pernah mengatakan jika ia sengaja melakukannya agar bisa langsung keluar rumah tanpa repot ketika mendapat panggilan darurat dari rumah sakit.
Jannah memasuki rumah dengan langkah terseret. Menghadapi Hamish hari ini membuat energinya terkuras dua kali lipat. Biasanya, Jannah selalu memeluk Azka jika sedang lelah. Kali ini ia hanya berharap untuk bisa segera menghempaskan diri ke ranjang dan melepas beban di hati serta pikiran.
Begitu Jannah membuka pintu kamar, ia langsung disambut oleh pemandangan Candra yang sedang duduk di pinggir ranjang seraya memainkan ponsel. Penampilannya malam ini lebih santai. Dengan kaus putih lengan pendek yang menampilkan biceps-nya.
Yang ternyata tidak ramah untuk jantung Jannah!
Bergegas, Jannah meletakkan tas sekaligus mengambil pakaian ganti dan membuang masker—usai terlebih dulu menggunting talinya, guna meminimalisir risiko hewan terlilit di luar sana—sebelum akhirnya memanjakan diri di bawah pancuran air hangat.
Kalau biasanya ia mandi setelah bepergian hanya demi membasmi virus yang menempel sebagaimana protokol kesehatan, khusus hari ini dirinya berharap segala keraguan dan perasaan tidak nyaman di dada ikut hanyut bersamaan dengan air yang mengalir ke saluran pembuangan.
Namun, hal tersebut tidaklah berguna. Jannah hanya merasa segar sesaat begitu ia selesai membersihkan diri dari ujung rambut hingga jemari kakinya. Kedua bahu perempuan itu masih tampak lesu begitu keluar dari kamar mandi.
Hal tersebut ternyata mengusik rasa penasaran seseorang.
Candra yang sejak tadi berusaha untuk tidak menyapa Jannah, menganggap seolah-olah mereka saling peduli—seperti yang perempuan itu inginkan, mau tidak mau jadi tergelitik untuk bertanya, "Rough day?"
Jannah sudah siap terpejam di atas ranjang saat suara berat Candra mengenyah kesunyian. Ia sampai tidak tahu harus menjawab apa karena segala tentang Hamish membuatnya bimbang.
Mendapati Jannah hanya terdiam, Candra mengembuskan napas. Berusaha memahami jika memang pernikahan ini hanyalah sebuah status. "Maaf. Aku bukan mau ganggu kehidupan kamu. Cuma—"
"Aku mau honeymoon."
Sebelah alis tebal Candra sontak terangkat. "All of a sudden?"
Jannah memejamkan kedua matanya sejenak sebelum memberanikan diri menoleh pada Candra. "Bisa nggak turutin aja tanpa pertanyaan?"
Mau tidak mau, Candra terkekeh. Ia nyaris lupa rasanya diperlakukan sebagaimana Jannah padanya. "Seenggaknya, kasih tahu aku, apa yang ngebuat kamu tiba-tiba berubah pikiran. Apa itu rumit?"
Candra tidak menduga jika kepala Jannah akan mengangguk. "Iya. Rumit."
"Are you okay, Jannah?"
Dada Jannah terasa disiram air dingin. Adem sekali rasanya mendengar pertanyaan bernada lembut dan bermakna perhatian seperti itu dalam keadaan hati yang sedang tak menentu. Tanpa sadar, sudut bibir Jannah pun tertarik. Membentuk senyum yang sangat samar.
Tindakan yang membuat jantung Candra bertingkah aneh.
"A bit tired," balas Jannah, apa adanya.
Jannah siap untuk ditanya lebih lanjut oleh si Mr. Want to Know, saat ia justru merasakan Candra berpindah tempat. Duduk di pinggir ranjang pada sisi di mana Jannah terbaring, lantas meletakkan kedua kaki Jannah di atas pangkuannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
House of Cards #2
Romance(Cerita ini akan kembali GRATIS pada 24 Juni 2024) Al Jannah Salim perlahan mengulik rahasia gelap suaminya berdasarkan perjodohan yang ternyata telah dirancang sedemikian rupa agar tidak mengulang kesalahan yang sama. **** Pernah dikecewakan membua...