Jannah menarik napas dalam-dalam dan mengembuskan perlahan lewat mulut. Udara pagi di Bali memang terasa jauh lebih segar dibanding Jakarta. Entah itu fakta atau perasaannya saja karena belakangan memang tengah penat akan permasalahan hati.
Jannah selalu yakin jika dirinya telah sepenuhnya mengubur Hamish dalam kenangan. Ia bahkan tidak sudi berdamai dengan lelaki itu apa pun alasannya. Kalau mampu, Jannah akan menghapus memorinya khusus tentang Hamish Adnan. Akan tetapi, mengapa sosoknya masih memengaruhi Jannah? Apa karena Jannah masih membencinya?
Tiba-tiba perkataan orang akan "benci dan cinta itu beda tipis" terlintas di benak. Jannah pun menggeleng kuat. Mengenyahkan pemikiran tersebut.
Ermina benar, Jannah sepertinya memang butuh liburan.
Samar-samar, perempuan itu mendengar suara Candra yang tengah berbicara dengan petugas villa di luar ruang kamar. Jannah lantas memanfaatkan kesempatan tersebut untuk ber-selfie ria. Benar, alih-alih hotel maupun resort, mereka memilih villa yang memiliki satu kamar tidur, dua kamar mandi di dalam kamar tidur dan dekat dapur, hingga kolam renang serta gazebo di halaman belakang.
Puas akan hasilnya, Jannah mengunggah foto tersebut ke Instagram story tanpa caption apa pun. Kalau dipikir-pikir, sudah lama sekali Jannah tidak melakukannya. Dan ia berjanji, selama di Bali, selama honeymoon ini, Jannah akan fokus menyenangkan diri sendiri demi diri sendiri.
"Udah selesai?"
Ponsel di tangan Jannah nyaris tergelincir saat sosok Candra tiba-tiba muncul di layar benda pipih tersebut. Sepertinya lelaki itu memiliki hobi mengejutkan orang. "Kenapa?" Jannah bertanya balik. Gengsi untuk menjawab dan secara tidak langsung mengakui jika ia baru saja bersikap narsis.
"Mau sarapan apa?"
Ini kenapa jadi pada lempar pertanyaan sih? Batin Jannah, heran. "Apa aja."
Candra mengernyit mendengar kata "terserah" dari kaum Hawa dalam bentuk kalimat berbeda. "Beneran apa aja?" Lelaki itu meyakinkan. Sedikit khawatir jika dugaannya akan "semua perempuan sama saja" terbukti.
Jannah manggut-manggut. "Tapi nggak mau jauh-jauh. Kalau bisa malah beli online aja," jawabnya, melegakan perasaan Candra. Al Jannah Salim memang selalu tahu apa yang ia mau. Selalu tahu apa yang ia inginkan. Terkecuali tentang hati.
"Oke. Kalau gitu aku pesan ya." Candra mulai mengeluarkan ponsel dari saku celananya. "Nanti siang, baru kita eksplor—"
"Siang sama malam biar aku yang masak. Sehabis sarapan, temanin aku belanja sebentar."
Sebelah alis Candra menukik mendengar ucapan Jannah. "Kamu mau masak aja?"
"Kamu ragu aku bisa masak?"
Candra lantas mengembuskan napas. "Aku nanyanya mau, Jannah. Bukan bisa. Aku tanya begitu karena aku nggak mau ngerepotin kamu," jelasnya, telaten.
"Nggak repot." Jannah menyilangkan tangan di bawah dada. "Hari pertama di sini, aku pengin seharian di villa. Kalau kamu nggak setuju, kamu boleh pergi ke mana pun tanpa aku."
Candra tersenyum mendengarnya. "Aku ada di mana kamu ada, Jannah."
Di tempat lain, di waktu yang sama, seseorang dengan akun keduanya mengamati Instagram story Jannah—berhubung akun aslinya diblokir sejak lama oleh perempuan itu. Tangannya yang terbebas dari ponsel pun terkepal hingga buku-buku jemarinya memutih. Mereka memang sedang bulan madu di Bali. Satpam di butik Jannah tidak berbohong.
Hamish meletakkan ponselnya dan memijit pelipis dengan kedua ibu jarinya. Penat, sungguh penat. Apakah dirinya benar-benar terlambat?
Saat ini Hamish hanya bisa berharap semoga honeymoon tersebut segera berakhir. Ia harus menemui Jannah. Ia harus membujuk Jannah agar mau berdamai dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
House of Cards #2
Romance(Cerita ini akan kembali GRATIS pada 24 Juni 2024) Al Jannah Salim perlahan mengulik rahasia gelap suaminya berdasarkan perjodohan yang ternyata telah dirancang sedemikian rupa agar tidak mengulang kesalahan yang sama. **** Pernah dikecewakan membua...