26 - bintang sirius b

127 12 7
                                    

"Jadi yang kupercaya sebagai hal yang tidak berarti bagiku sebenarnya adalah seluruh kehidupanku. Betapa acuhnya seseorang terhadap dirinya sendiri."

(Marcel Proust)

𓆰.

Ghia dan Sirius tengah berbaring di atas rumput, di antara bunga-bunga hyacinth biru yang masih berupa kuncup. Ghia meletakkan kedua tangannya di atas perut dengan sorot mata tertuju pada bentangan langit maha luas yang berwarna biru tua dan bertabur bintang.

Kala melihat langit dan bintang, entah kenapa, Ghia merasa ada sesuatu yang terbang di otaknya. Seolah menyuruh Ghia untuk berpikir, atau mungkin berimajinasi, bahwa Ghia bisa terbang dan menyusup ke dunia lain di balik langit maha luas itu.

Sirius tau-tau mengangkat sebelah tangannya ke langit, menunjuk satu bintang di arah jam dua.

"Kamu tahu itu bintang apa?"

Ghia menggeleng. "Enggak. Memangnya apa?"

"Itu bintang sirius."

"Bintang yang paling terang di angkasa itu?"

"Iya, tapi itu hanya sirius A. Kalau kamu turunkan pandanganmu agak sedikit ke bawah, kamu akan melihat bintang sirius B."

"Mana? enggak kelihatan tuh," balas Ghia.

"Yaa karena bintang Sirius B adalah titik kecil yang mengelilingi Sirius A ke mana-mana. Dia memang enggak terlihat, tapi dia ada." Sirius menjelaskan.

"Konon, bintang Sirius A dan B dikenal sebagai bintang kembar di rasi bintang canis major. Sebagian besar orang, kurasa, menyalahartikan bahwa bintang sirius itu hanya ada satu bintang, yang mereka maksudkan adalah sirius A. Memang sih, bintang sirius itu bintang paling istimewa di angkasa, tapi menurutku, Sirius B juga sama istimewanya. Bahkan lebih."

Ghia menoleh pada Sirius. "Kenapa?"

"Sirius disebut bintang merah oleh orang-orang zaman dulu, tapi sirius B punya sebutan lain, yaitu kalau bahasa pintarnya sih, bintang katai putih, tapi kalau bahasa imutnya, disebut bintang kurcaci putih."

"Aku enggak melihat keistimewaan bintang sirius B, tuh. Dia kan kecil, kerjanya cuma mengitari bintang sirius B aja."

"Dengerin aku dulu," keluh sirius. "Bintang-bintang seperti sirius A bisa menyala karena mereka menyimpan dan memancarkan energi dari tubuhnya. Sementara, bintang kurcaci putih enggak punya energi seperti itu. Mereka tetap bertahan di langit sana. Meskipun mereka akan mati, butuh waktu yang saaaangat sangat sangat lama bagi kurcaci putih untuk padam."

"Selama apa?" tanya Ghia.

"Jauh dari bumi belum tercipta sampai kamu disebut neneng moyang dari para nenek moyang. Itu pun masih terbilang sangat sebentar. Sampai saat ini, belum ada bintang kurcaci putih yang mati. Mereka semua masih hidup. Masih menyala."

"Kok bisa begitu? Kan, mereka enggak punya energi?"

"Mereka terlahir dengan temperatur sangat tinggi dan baru akan padam ketika temperaturnya akan turun, Ghia." Sirius terdiam sejenak. "Atau ... boleh jadi, karena ada seorang malaikat yang duduk di atasnya."

Ghia memicingkan mata. "Kamu mulai sinting."

Sirius terkekeh. "Nanti, aku akan cerita tentang malaikat yang duduk di atas bintang sirius B."

Ghia tidak menggubrisnya karena ucapan Sirius itu hanya membuat dia berkhayal semakin jauh. Bintang dan malaikat. Kedua hal itu terdengar seperti mimpi.

Terjadi keheningan sejenak sebelum Ghia kembali membuka suaranya.

"Menurutmu ... bintang jatuh itu ada enggak sih?" tanya Ghia pada Sirius. 

IstirahatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang