Bab 5

1.2K 140 10
                                    

Bima yang masih kebingungan dengan perkataannya tadi mondar mandir seperti setrikaan di hadapan Anggara. Angga yang merasa risih melihat sahabatnya itu pun berbicara. "Kau kenapa?"

"Eng anu itu, anu... Tidak ada, aku toilet dulu." Sahut Bima.

Anggara bengong melihat tingkah sahabatnya itu. Lalu ia kembali Fokus dengan pekerjaannya. Tidak lama kemudian Ayah dan ibu Anggara tiba di kantor. "Loh Mama sama papa kok gak ngabarin aku dulu kalau mau kesini?"

"Loh mau mengunjungi anak sendiri dan ke kantor sendiri mesti ngabarin, hah kamu ini." ujar Ibunya Anggara bernama Merry.

Anggara mempersilahkan duduk lalu ia menelpon Dara. "Halo, Dara... Keruangan saya sebentar."

"Baik..." sahut Andara malas.

Andara mengetuk pintu, lalu Anggara menjawab. "Masuk..."

Saat Andara masuk, Merry dan Diego Jhonson terperangah melihat gadis cantik dan imut masuk diruangan itu. Andara berbicara. "Maaf pak, bapak memanggil saya?"

"Mnp... Ada kedua orang tua saya, kamu tolong buatkan minum." Sahut Anggara cuek.

Andara yang mendengar ada kedua orang tuanya Anggara, langsung membungkuk memberi hormat. "Oh, halo... Ibu sama bapak mau minum apa? Teh, kopi, susu, atau..."

"Teh saja, oh iya siapa namamu nak?" Sahut Merry.

"S-saya Dara bu, kalau begitu saya permisi dulu." sahut Andara.

Merry mengangguk, Sementara Diego muncul tanda tanya besar di kepalanya. "Angga, ini penyakitmu tidak kambuh di dekat wanita secantik itu?"

"Nah, mama juga mau menanyakan hal sama." Sahut Merry.

Angga berpikir keras juga, kenapa tidak kambuh Alerginya? "Angga juga heran, padahal semua wanita setiap kali dekat denganku, aku akan kambuh."

"Jangan-jangan dia jodohmu," sahut Diego.

"Apa? Mana mungkin anak magang itu jodohku. Aku gak sudi," sahut Angga.

Merry tersenyum kecil lalu berbicara. "Dia wanita kedua yang tidak membuatmu kambuh, wanita pertama adalah mama yang melahirkanmu. Yang kedua sekretaris magang itu,"

Anggara tersenyum kecut, kemudian tidak lama setelah Andara mengambil minum untuk ibu dan ayahnya Anggara, And kembali dan memberikan teh itu. "Silahkan ibu, pak diminum tehnya."

"Terimakasih," sahut Merry.

Andara ijin pamit ke ruangannya kembali, karena ia tau obrolan dan pertanyaan apa yang akan di lontarkan ibunya Anggara. Jadi Andara buru buru kembali ke ruangannya dan mengerjakan semua tugasnya. Setelah orang tua Anggara mengobrol dengan Angga, mereka pun pamit pergi dari sana. Bima yang dari toiletpun masuk ke ruangan Anggara lagi.

"Angga, Makan siang yok." Ajak Bima.

"Oke, aku juga sudah selesai ini." sahut Anggara.

Bima mengangguk, lalu ia berjalan dan mengetuk dinding kaca untuk memanggil Andara. And membuka pintu lalu berbicara. "Ada apa pak?"

"Dara, Sudah waktunya makan siang, ikut dengan kami saja makan siangnya." ujar  Bima.

"Oh saya diet, saya makannya nanti aja."  sahut Andara.

"Apa? Heh, tubuhmu sudah sekurus lidi masih diet?" celetuk Anggara.

"Diam! Kalau mau makan ya makan aja sana berdua. Emang aku gadis apaan makan sama pria lajang tua seperti kalian? Udah sana pergi, aku kerjain tugas dulu." Ujar Andara sambil menutup pintu.

BL- SAVE ME MR. PERFECTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang