Bab 3

1.4K 166 9
                                    

Andara dan Roy sampai dirumah, And langsung pergi menuju kekamarnya karena kedua orang tuanya belum ada dirumah di siang hari. Roy dan pembantu yang lain menatap Andara penuh tanda tanya. Lalu kepala pembantu Pak Douglas berbicara. "Ada apa dengan tuan And? Kenapa murung?"

"Saya juga tidak tau pak, dari tadi di mobil juga gak banyak ngobrol, biasanya cerewet." ujar Roy.

Tidak lama kemudian Andara keluar dengan membawa dua koper besar miliknya. "Kak Roy, Anterin And kerumah yang itu ya."

"Loh Tuan And ada apa?" Tanya Roy.

"Besok aku ada penempatan magang di Jhon Group," ujar Andara.

"Tapi sudah bicara dengan Tuan besar dan Nyonya?" ujar Pak Douglas.

"Belum, nanti aja aku telpon mereka. Mnp, atau gak usah di anter deh. Aku pinjam mobil kak Roy ya, Aku sewa saja. Soalnya kalau bawa mobil ini terlalu mencolok. Aku mau terlihat sederhana saja," ujar Andara.

Roy sedikit ragu, bagaimana mungkin anak orang terkaya itu memakai mobil biasa saja. Kalau di Indonesia kayak Avanza gitu lah.

Roy menyerahkan kunci mobil dan Surat kendaraan penting lainnya. Meski mobil murah tapi mobil itu sangat bersih dan terawat. Andara pergi sendirian kerumah yang ia beli waktu itu, kebetulan jaraknya juga tidak jauh dari kantornya Anggara. Setelah memakan waktu dua Jam lamanya, Andara akhirnya sampai di rumah itu. Tidak ada pembantu disana, Andara lebih suka tinggal sendirian dirumah yang nyaman dan dekat dengan pantai. Lebih tepatnya nemang di pinggir pantai yang indah.

Andara mulai merapihkan pakaiannya sambil menelpon ibunya. "Halo Ma, And besok sudah penempatan magang di Jhon Group, And ngekost dekat dengan kantor magang."

"Kamu serius nak mau ngekost? Kenapa tidak beli rumah saja? Biar Mama dan Papa belikan di daerah sana." Sahut Sischa.

"Gak usahlah, And ingin belajar hidup mandiri dan merasakan susahnya mencari uang. Mau lebih menghargai dan mensyukuri hasil jeri payah sendiri." sahut And.

"Ya sudah, kamu sudah beritahu papa nak?" tanya Sischa.

"Belum Ma, mama aja ya yang kasih tau papa, nanti kalau Andara yang kasih tau papa pasti ngotot beliin rumah," sahut Andara.

"Ya sudah nanti mama yang kasih tau ya, jangan lupa kirim alamat kost kamu, oke." Sahut Sischa.

"Oke..." balas Andara.

Percakapan itu usai, padahal Andara tidak ngekost. Itu adalah rumah milik pribadinya yang ia beli dua tahun silam. Soal uang Andara memang berkecukupan bahkan berlebih, dari hasil usahanya yang di berbagai negara, dan uang tabungan dari orang tuanya. Andara selesai membereskan semuanya, ia menuju kedapur dan melihat isi kulkas ternyata ia harus menstok bahan makanan untuk beberapa hari atau satu bulan.

"Ke supermarket dulu aja ah, belanja stok satu bulan? Eh nanti busuk, dua minggu aja." Ujar Andara pada dirinya sendiri.

Andara pergi keluar rumah, ia memutuskan berjalan kaki karena supermarketnya dekat dari rumah itu. Andara menyapa beberapa tetangga yang tinggal disana, semua terlihat ramah. Andara berjalan sambil menikmati semilir angin pantai, tidak memakan waktu lama ia pun tiba di supermarket yang lengkap itu. Tak sengaja Andara bertemu dengan Bima, tapi Andara langsung menghindar.

Bima yang melihat langsung menghampiri. "Hai, kamu tinggal di daerah sini?"

"Oh, hai... eng iya, baru pindah..." sahut Andara.

"Oh iya, maafkan saya atas kejadian tadi. Perkenalkan saya Bima," ujar Bima sambil memperkenalkan diri.

"Saya Andara, tidak perlu minta maaf, lagian saya juga salah kok. Kalau begitu saya lanjut belanja dulu ya tuan, permisi." sahut Andara.

Andara buru-buru pergi saat melihat ada Anggara di kejauhan. Bima mengangguk dan melanjutkan belanjanya lagi. Lalu Anggara berbicara. "Haih, kau ini aku suruh belanja minum lama sekali."

"Hahahha, maaf tadi aku bertemu anak imut itu lagi." ujar Bima.

"Oh..." sahut Anggara cuek.

Bima hanya menggelengkan kepalanya saja, ia tau betul sifat sahabatnya itu. Kaku, monoton, dan yah sok perfect gitu padahal itu berlebihan. Bagaimana mungkin ada wanita yang mau dekat dengan Anggara kalau bukan karena harta dan mau memanfaatkannya saja, kalau dia tidak kaya Author rasa tidak akan ada yang betah hidup dengan manusia sombong itu. Bima selalu memperhatikan Andara dari kejauhan, ia berpikir dan pernah mendengar ada laki-laki yang terlahir begitu cantik. Bahkan perawakan tubuh Andara seperti wanita, Bima memiliki ide cemerlang. Ia menghampiri Andara dan berbicara. "Andara, bisa saya minta nomor ponselmu?"

"Oh, untuk apa ya tuan?" Sahut Andara.

"Nanti saya jelaskan di telpon." ujar Bima.

Andara memberikan kontak palsu pada Bima, dirinya tidak mau memberikan kontaknya kepada sembarang orang. Andara langsung segera pergi menuju kasir dan disana ia harus berhadapan dengan Anggara. Andara menghela napas malas saat tau dihadapannya adalah orang yang sangat sombong. Saat akan membayar Anggara lama sekali, ia kesusahan mengambil dompet di sakunya karena ia memakai sarung tangan. Andara yang melihat itu gemas dan akhirnya ia merogoh saku celana Anggara dan mengambil dompet Anggara dan menyerahkannya.

"Ini, saya sarankan anda membayar dengan segera karena di belakang saya banyak orang mengantri." Seru Andara.

Anggara akan marah, tapi melihat di belakang Andara ibu-ibu pada melototi dirinya, ia mengurungkan niatnya untuk marah kepada And. Setelah selesai membayar Anggara langsung pergi begitu saja tanpa membawa barang belanjaannya. Andara yang melihat itu menepuk jidatnya. Andara menyelesaikan belanjaannya dulu, setelah selesai semuanya Andara mengejar Angga.

And melihat Anggara diparkiran, lalu berteriak. "Heh kau Mr. Perfect, ini belanjaanmu ketinggalan."

Anggara menoleh dan melihat And sambil membawa dua tentengan, satunya milik And sendiri, dan satunya milik Anggara. Bima yang melihat langsung mengambil barang itu. "Oh, terimakasih Andara,"

"Ya sudah, saya mau permisi dulu." ujar Andara.

Andara buru-buru pergi meinggalkan parkiran, And terus berjalan dan sampai dirumah. Sesampainya di rumah, ia mulai menyusun semua belanjaannya. Kulkas yang besar dua pintu seperti lemari pakaian itu penuh dengan berbagai macam bahan makanan dan sayuran. Andara tipikal pria yang suka masak, jadi wajar saja jika makanan yang ia buat akan sangat enak. Kali ini Andara akan membuat salad sayuran, diantara semuanya tidak ada ikan, Ayam, dan daging sapi. Andara Vegetarian, tapi masih makan nasi dari beras merah saja. Tidak heran jika kulitnya sangat bagus dan mulus, meski Vegetarian tubuh Andara tetap bugar karena ia melalukan olahraga rutin.

Setelah selesai membuat Salad, Andara langsung membagi dua, Untuk ia makan malam ini dan untuk sarapan besok paginya. Andara memakan saladnya sambil menonton televisi. Di acara berita itu muncul informasi mengenai perusahaan Jhon Group. Dan terlihat ada Anggara sebagai pewaris perusahaan itu.

"Apa? Hadeh, jadi besok aky harus berhadapan dengan bos gila itu?" Keluh Andara.

And berkali-kali menghela napas, lalu ia ke dapur untuk membersihkan semua peralatan makan yang ia pakai barusan. Andara selesai, ia pun bergegas untuk pergi tidur karena dirinya tidak mau terlambat ke kantor, karena jika terlambat tau sendiri Anggara akan murka.

Pagi hari pun tiba, matahari masih enggak menunjukkan sinarnya. Andara bangun tepat pukul lima subuh, ia menyiapkan segalanya. Berkas dan sarapannya, And pergi mandi dan setelah semuanya rapih Andara pun pergi sarapan, setelah selesai sarapan Andara bergegas kekantor. Andara megendarai mobilnya, jarak tempuh ke Jhon Group tidak sampai satu jam, hanya setengah jam saja dari rumah itu. Andara sampai di kantor, lalu saat ia keluar dari mobil, Bima menghampirinYa.

"Yooo, kamu merindukan saya ya? Sampai-sampai kamu datang kemari." seru Bima kepedean.

"Hehehe, maaf pak. Saya anak magang dari Dragons University." ujar Andara.

"Oh, kebetulan... Ikut saya," seru Bima sambil menarik tangan Andara dan membawanya ke mobilnya dan pergi dari kantor itu. Andara hanya bengong keheranan, lantas mau kemana Bima membawa Andara?







Bersambung...



Kyaaaaaaaaa jan lupa Vote dan komennya ya

🤛🤛🤛




BL- SAVE ME MR. PERFECTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang