Bab 10

1K 121 16
                                    

Setelah selesai memperbaiki masakan itu dan rasanya sudah enak. Mereka makan malam bersama, lalu Anggara berbicara. "Kamu tidak Vegetarian lagi?"

"Tidak, Akan sangat menyusahkan jika harus masak dua masakan. Tidak masalah kok, Oh iya... Apakah aku harus melakukan penyamaran Lagi besok?" sahut Andara.

"Iya, lakukan saja. Aku tidak mau ayah dan ibu memisahkan kita lagi." ujar Anggara begitu saja.

Andara yang mendengarnya kaget dan tersedak. "Uhuuuk uhuuuk... Apa barusan yang Mr bilang?"

Anggara sudah menyadarinya, lalu ia berbicara. "Aku tau kamu adalah Gu,"

Ya dulu Andara menggunakan nama belakangnya saat berkenalan dengan Angga. "Mr mengenaliku?"

"Awalnya aku tidak yakin, tapi dua hari aku bersamamu aku semakin yakin kalau itu kamu. Senyummu tidak pernah berubah, meski kamu menipuku dengan merubah namamu. Aku akan tetap mengenalimu." ujar Angga.

"Soal nama, Namaku memang Andara Gueterez, aku menggunakan nama belakangku saat itu." sahut Andara.

Angga mengangguk, ia masih gengsi dengan perasaannya. Tapi meski begitu And akan tetap bersikap cuek pada Angga, ia juga tidak mau berharap kalau Angga mencintainya. Mengingat apa yang ia dengar saat percakapan ayah dan ibu Angga soal perjodohan itu.
Andara menghela napas, lalu ia kembalu fokus pada makanannya.

"Kamu ingin kabur dan lari denganku?" seru Angga membuat Andara kaget.

"Untuk apa?" sahut Andara.

"Agar kita bisa hidup berdua, tanpa gangguan mama dan papaku." Sahut Angga.

"Aku tidak mau, lagi pula untuk apa kabur dan lari dari kenyataan? Jika mereka ingin anaknya bahagia, lambat laun pasti akan menerima bagaimanapum keadaan anaknya. Menerima siapa yang anaknya cintai, dan itu bukan aku." sahut Andara.

"MAKSUDMU BUKAN KAMU, APA?" ujar Anggara Nyolot.

Andara menghela napas, ia bangkit dari duduknya dan berbisik. "Tentu saja orang yang kau cintai bukan aku!"

Andara pergi begitu saja, ia sangat pandai memainkan emosi Anggara. Hanya Andara yang tau kapan ia harus membujuk dan kapan ia harus membuat Anggara emosi. Tapi lebih sering Andara membuat emosi, lama-lama Anggara mati karena darah tinggi. Bagaiman tidak, Andara menunggu kepastian pengungkapan perasaan itu. Tapi sampai sekarang bahkan mereka sudah lama berpisah, masih saja Angga tidak mengungkapkannya.

Andara melihat Angga yang kesal sendirian di meja makan. And masa bodoh dengan Me. Perfectnya itu, ia langsung mengunci pintu dan tidur. Tapi Andara mendengar suara mobil dan ia mengintip. Itu adalah Anggara yang pergi dengan membawa semua pakaiannya. "Oh dia pergi, baguslah. Si bujang lapuk gak waras, sinting."

Andara melanjutkan tidurnya, ia tidur nyenyak sekali. Pagi hari pun tiba, Andara bangun dan bergegas siap-siap, ia akan kembali ke rutinitas yang memuakkan itu selama lima hari, senin sampai jumat. Ya, berdandan ala wanita. Andara selesai, kini ia berubah menjadi Dara. Andara mengunci gerbang rumahnya, tapi saat ia menoleh ke belakang sudah ada Arlan disana.

"Pagi And, Wow kamu cantik sekali." Seru Arlan.

"Om Arlan, kan And suruh jemputnya pas pulang." seru Andara dengan suara yang sudah berubah.

"Gak apa-apa, Om sekalian lewat." sahut Arlan.

"Ya sudah, Yuk Om anterin aku ke kantor." ujar And.

Arlan mengangguk, mereka masuk kedalam mobil mewah itu. Tapi dari kejauhan Anggara memperhatikan dari dalam mobil, sebenarnya Arlan melihatnya tadi. Tapi Arlan cuek dan malah membuat Anggara semakin panas saja. Andara sampai di kantor, ia melambaikan tangannya saat mobil Arlan mejauh. Setelah Arlan jauh, Angga pun memarkirkan mobilnya, Andara yang melihat mobil Angga merasa malas dan langsung masuk kedalam kantor. Bima menyusul Anggara yang terburu-buru, saat berada di dalam Lift Bima berbicara. "Dara, kenapa kamu tidak berangkat bareng Angga?"

BL- SAVE ME MR. PERFECTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang