Pasutri

32 0 0
                                    


****

Kebahagiaan itu datang tidak selalu dari arah yang berlawanan dan tidak selalu datang dari arah yang sama. Kebahagiaan hadir karena terisi dengan rasa suka dan cita. Sama seperti kedua insan ini.

Aren dan Axel, masih menikmati angin-angin di atas motor sport milik Axel. Suasananya tampak hening tidak ada yang berani memulai berbicara. Mereka asik dengan batin mereka sendiri entah apa yang sedang mereka gelutkan.

Setelah mempertimbangkan dengan matang. Akhirnya Aren memulai percakapan dengan mengumpulkan keberaniannya yang sebanyak-banyaknya.

"Xel," ucapnya menyebutkan Nama Axel.

"Kenapa?" balas Axel seadanya saja karena ia juga masih merasa gugup.

"Bahagia gak sama Aren?" pertanyaan itu lolos dari bibir mungilnya.

"Bahagia." Axel menjawab dengan pasti terdengar dari intonasi saat ia mengatakannya begitu terdengar bersemangat.

"Yakin? Kok Axel bisa bahagia sama Aren?" tanya Aren lagi.

"Karena takdir, takdir mengatakan kalau aku pantas bahagia sama kamu. Memulai kisah hidup berdua sama kamu. Bergengaman tangan saling erat di kala situasi susah dan tertawa bersama ketika berbahagia. Dan poin terpentingnya Aku mencintai kamu," ucap Axel yang membuat Aren senang mendengar jawaban darinya.

"Aren bahagia sama Axel?" Axel balik bertanya.

"Sangat bahagia." Aren sangat antusias saat menjawab dengan menahan gejolak bahagia di dadanya. Bukan cuma Aren tetapi Axel juga merasakan hal yang sama. Ia merasakan seperti ada kupu-kupu yang beterbangan di perutnya.

"Perlu di jelaskan?" tanya Aren.

"Gak, aku tau kejelasannya." Axel berkata demikian.

Aren mengeratkan pelukannya di pinggang Axel. Mereka membela jalan sore dengan perasaan yang saling berbunga-bunga. Inilah rasanya mencintai orang yang tepat.

Aren berterimakasih kepada Mama dan Papanya karena telah menjodohkan ia dengan Axel dan begity pula Axel yang berterimakasih kepada Ma dan Papanya. Bukan hanya mereka, tetapi sahabat-sahabat Aren dan Axel.

Axel mengelus tangan Aren yang melingkar di perutnya, mengunakan tangan kiri. Dan tangan kanan di gunakan untuk mengambil alih sepeda motor.

Mereka tidak kembali ke rumah mereka tetapi kembali ke rumah Mama Maura. Setelah sampai, Aren berlari kecil memasuki rumah meninggalkan Axel yang memarkirkan motornya.

"Mama.... Aren datang!!!" suaranya melengking dan menggelegar di dalam rumah.

"Hei, putri papa." Bariton berat itu membuat Aren tersenyum bahagia. Ia sangat merindukan papanya.

"Papa, apa kabar? Aren kangen banget sama kalian." Aren memeluk sang Papa dengan sangat erat menyalurkan kerinduan.

"Kami baik, dimana Axel?" tanya Papa.

Aren lupa, ia meninggalkan suaminya akibat terlalu rindu. Ia mengedarkan pandangan mencari Axel. "Nah itu dia." tunjuk Aren di ambang pintu.
Axel mendekat dan bersalaman lalu memeluk Papa juga.

"Papa apa kabar?" tanya Axel.  "Baik nak, sangat baik. Kalian bagaimana kabarnya?" jawab dan tanya Papa.

"Kami sangat baik." kompak mereka membuat Papa tersenyum senang. Ia tau jika kedua anak ini telah menemukan arti hubungan mereka.

"Bang Acel mana?" tanya Aren.

"Acel lagi di kamarnya lagi telepon sama Teman kata dia." Papa melirikan matanya ke kamar Acel.

"Mama?" tanya Aren.

"Biasa mama lagi mandi habis beresin kebun bunganya." jawab Papa lagi.

"Pa, Aren mau ke bang Acel dulu ya," ujar Aren.
Papa mengangguk mengiyakan.

"Axel ikut gak?" tanya Aren.

"Ikut!" jawabnya menggenggam tangan Aren.
Papa yang memperhatikan mereka jadi mengingat masa-masa ia dulu bersama Mama. Dengan tersenyum geli ia mengingat masa lalu itu. Setelahnya, papa memasuki kamar.

"Abang!!!!" teriak Aren langsung masuk ke kamar Acel yang tidak terkunci.

"Kangennn." rengek Aren manja ia memeluk Kakaknya yang sedang berdiri dengan rasa terkejut akibat teriakan Adiknya.

"Abang juga kangen," ucapnya membalas pelukan hangat dari sang adik.

"Lo apa kabar, xel?" tanya Acel melerai pelukanya pada Aren dan memeluk Axel singkat.

"Baik bang," balasnya.

Setelah itu, Axel dan Acel berbincang membahas kuliah Acel dan ia juga bercerita tentang kedekatannya dengan salah satu teman kampus yang akhir-akhir ini membuatnya tertarik.

Aren memasuki kamarnya dengan senang hati. Merindukan semua barang-barangnya yang kurang lebih telah ia tinggalkan selama dua bulan ini. Kasur, bantal, selimut dan baju-bajunya yang lain.

"Arenn..." panggil Mama maura lembut.

"Mama... Kangenn bangett." rengek Aren memeluk sang Mama.

"Mama juga nak, Axel mana?" tanya Mama maura.

"Axel lagi sama bang Acel, mereka lagi ghibah." Aduh Aren membuat Mama maura tertawa.

"Biarkan saja, Ganti baju dulu gih. Kita makan bareng." suruh Mama maura.

"Iya ma, Aren juga kangen baju-baju Aren disini." Ia memeluk bajunya erat.

"Iya mama tau," ucap Mama maura.

****

MY DILAPIDATED WIFE (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang