Tak percaya?

179 10 4
                                    

"Gue, masih nggak percaya kalo ini Laura." Lirih Axel pada Aren.

"Terserah lo mau percaya atau nggak, intinya kita bertiga tadi ngeliat dengan mata kita sendiri," ujar Aren sedikit cuek.

"Ayo balik Ren, gak betah gue di sini. Di sini dingin." Ajak Lula pada Aren.

"kalian pulang aja, Aren pulang sama gue!" Ucap Axel dengan cepat.

"Apaan sih lo Xel! Lo kan masih peduli sama Laura si nyai loreng!" Kesal Lula.

"Nggak! Pokoknya Aren pulang bareng gue, Ayo ren!" Axel menarik paksa tangan Aren sedangkan Deva dan Lula juga menyusul Aren dan Axel.

"Woi! Xel, balikin Aren" Bentak Deva pada Axel.
Axel tidak menggubris ia malah semakin mengeratkan pegangan nya pada Aren takut jika nanti Aren ikutan kabur.

***

Axel melajukan mobilnya dengan kecepatan di atas Rata-rata, satu tangan masih menggenggam jemari Aren dan satunya lagi Fokus pada setir mobil.

"Xel, gue boleh nanya gak?" ucap Aren dengan sedikit pelan alih-alih agar Axel tidak mendengar jelas tapi ia salah, pendengaran Axel masih sangat jelas.

"Apa?" tanya Axel tanpa mau menunggu lagi.

"Lo, masih suka sama Laura? Dan Lo masih mau balik lagi sama Laura?" tanya Aren to the point, ia masih menunggu jawaban dari Axel.

"Kenapa diam Xel? Apa benar dugaan gue, kalo emang lo masih suka dan cinta sama Laura. Huft... Gue gpp xel, tapi gue minta kita pisah aja." ucap Aren cepat.

Citttttttt

Seketika Axel memberhentikan mobilnya secara mendadak, untung jalanan terlihat sepi jadi ia tidak akan menabrak mobil jika ada di depannya.

"Xel!" kaget Aren karena ulah Axel ini.

"Pisah?!" ulang Axel sembari menatap manik mata Aren lekat.

"I-iya! Pisah, dari pada gue terus-terusan lo bikin begini.. Ini hati Xel, bukan warung kopi!" ucap Aren sedikit terbatah karena tatapan Axel yang dalam menusuk matanya.

"Gue, manusia yang punya batas kesabaran.. Gue bukan malaikat yang mampu dan tahan lo bikin begini, lagian juga gue masih muda. Hubungan yang seperti ini sebelum belum terpikir di otak gue, hiks.." satu isak tangis keluar dari bibir mungil itu.

"Ren, dengar gue! Lo, milik gue! Gak ada kata pisah paham? Hubungan kita bukan cuma sebatas teman berbagi untuk sekarang, tapi juga teman dalam suka mau pun duka. Gue.. Gue gak mau jauh dari Lo, Ren." ucap Axel sambil menunduk. Aren menggigit bawah bibirnya mendengar penuturan Axel .

"Lo, nggak mau kehilangan gue Xel? Tapi sikap Lo, bikin gue merasa pengin jauh dari Lo." ucap Aren ia tidak tahan dengan situasi ini.

"Gue gak mau kehilangan Lo untuk yang kedua kalianya Ren! Lo nggak tau usaha gue buat cari Lo, gue merasa saat Lo jauh, hidup gue kosong! Gue suka sama lo! " ucap Axel dengan intonasi yang kuat, Aren terkesip mendengar penuturan Axel.

"Lo suka sama gue? Tapi kenapa sikap Lo bikin gue gak nyaman Xel dekat-dekat sama Lo, gue yang dari awal belajar menerima kenyataan kalo gue udah berstatus sebagai istri orang! Gue yang belajar jadi istri yang baik, tapi Elo! Bikin gue makan hati," balas Aren tak kalah sengit, susana menjadi panas saat ini.

"Lo bikin gue nyerah sama keadaan, gue juga suk-"

Cup

Ucapan Aren terpotong saat Axel mengecup bibirnya tanpa sepengetahuan Aren. Axel dengan ganas melumat bibir ranum itu, Aren mencoba berontak tapi Axel menahan nya dengan kedua tangan kekarnya. Satu tangan menahan tengkuk Aren dan satunya lagi memeluk pinggang Aren agar gadis itu tidak lepas darinya.

Ciuman Axel semakin dalam dan menuntut, terlebih lagi ia sangat merindukan Aren.

"hmpp.... Le-pass!" Aren mendorong Axel sekuat tenaga dan alhasil Axel mengalah. Ia menepas ciumannya. Wajah Aren bersemu merah dan bibirnya sedikit membengkak.

"Pulang!" ucap Aren dingin sambil menetralkan debaran jantungnya. Axel masih menatap Aren dari samping. Lalu ia perlahan melajukan mobil dengan kecepatan sedang.

***

Kedua insan itu sudah tiba di rumah mereka, sejak kejadian di mobil tadi Aren dan Axel tidak saling bertatap dan menegur satu sama lain. Mereka layaknya orang biasa yang tidak saling mengenal.

Aren langsung masuk ke kamarnya tapi ia lupa untuk mengunci pintu karena sudah terlalu lelah. Begitu juga dengan Axel ia masuk ke dalam kamar, tapi kamar milik Aren.

Aren merebahkan dirinya di kasur di susul oleh Axel yang ikut berbaring di samping Aren. Aren yang sadar jika Axel berada di sampingnya pun menegur Axel.

"Ngapain lo di sini? Balik sana ke kamar Lo! " ucap Aren jutek dengan wajah datar.

Diam, Axel tidak menjawab ia malah semakin merapatkan dirinya pada Aren.

"Nggak usah dekat-dekat!" ucap Aren sebal.

"Axel! Pergi gak?! " bentak Aren tapi Axel merasa bodoamat dengan bentakan itu, toh itu bentakan dari istri bukan orang lain.

"Mau tidur disini, plis" ucap Axel memohon dengan mata berbinar.

Apa ini?pikir Aren.

Tanpa menjawab Aren langsung berbaring dan tidur membelakangi Axel.

Axel mengulum senyum melihat tingkah Aren sekarang, Jujur Axel merindukan Aren yang suka marah-marah padanya.

Axel beringsut menatap wajah Aren yang sudah terlelap, "capek ya?" tanya Axel pelan sambil memindahkan anak rambut dari wajah Aren. "Maaf, gue belum bisa jadi suami yang baik buat Lo," Axel merasa bersalah atas semuanya.

Cup.

Axel mengecup pelipis Aren, "Selamat tidur," ucap Axel dan ia perlahan ikut memejamkan matanya.
Ingat, satu tangan axel memeluk pingggang Aren sambil terlelap.

***

Selama beberapa hari hiatus.. Akhirnya bucin kalian up lagi!!

VOTE AND COMMENT BABE!
JANGAN PELIT-PELIT LAH, HIKS...

NEXT GAK NIH?!

MY DILAPIDATED WIFE (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang