#jawaban

9 1 0
                                    

Pov Alif.

"Ada tujuan apa datang kemari abi,?" Tanya Alif kebingungan.

Ummi khadijah yang mendengar percakapan anak dan suaminya dari ujung dapur, datang menghampiri dan duduk di samping suaminya.

"Alif, kamu sudah dewasa, umur kamu sebentar lagi mau nginjak dua puluh lima tahun, apa kamu tidak malu dengan teman sebaya mu yang sudah menikah dan mempunyai anak,? Bahkan, sebentar lagi ada yang mempunyai anak kedua nya,?" Jelas khadijah dengan lembut, seraya sembari memandang anak nya penuh harapan.

"Alif masih bingung dengan perkataan ummi sama Abi," sahut Alif masih kebingungan dengan ucapan kedua orang tuanya.

"Huff,,," tarikan nafas Abdul membuat Alif melirik kepadanya.

"Begini nak,!" Abdul menggantungkan ucapan nya.

"Tujuan Hj kholid dan ummi Nafisah datang kemari, mereka ingin menjodohkan kamu sama putri tunggal nya." Jelas Abdul.

"Ummi, hanya ingin ikatan persahabatan keluarga kita dengan keluarga Hj kholid makin membaik nak, maka dari itu, mereka berinisiatif untuk menjodohkan putri nya dengan kamu," lanjut khadijah.

Aku tersentak, saat mendengar kata PERJODOHAN ya, bukan aku tidak terbiasa dengan kata - kata tersebut, banyak sekali para sahabat - sahabat Abi yang datang ke rumah sambil memperkenalkan putri - putri kesayangan mereka, untuk di jodohkan denganku.

Hanya saja, Aku tidak mau terus - terusan di kenalkan dengan putri - putri sahabat nya abi, Aku hanya ingin memilih pasangan ku sendiri, Aku hanya ingin menjalani hidup ku sesuai keinginanku sendiri, Aku hanya ingin bersanding dengan bidadari pilihanku sendiri tanpa adanya perjodohan.

"Alif,?" Tanya ummi lembut.

Spontan aku melirik kepadanya.

"Ummi,!" Ucapan ku tergantung.

"Bagaimana nak,? Kamu mau kan,?" Tanya ummi lagi.

"Biar nanti Alif jawab sendiri ketika mereka sudah sampai di sini ummi, abi," jawabku.

Mereka tersenyum dan saling bertatapan, rasa sumringah mereka yang aku ketahui terlukis jelas di raut wajah mereka.

"Abi harap, kamu bisa menerimanya nak,!" Ucap Abi.

Pandangan Abi sangat menaruh harapan besar terhadapku, agar aku bisa menerima perjodohan itu, dan aku tidak menolak akan perjodohan yang kesekian kalinya.

Ya, seperti yang ku katakan tadi, banyak para sahabat Abi, maupun para ustadz- ustadz di kotaku yang mengharapkan aku sebagai mantunya, dan tak sedikit pula para putri - putri mereka menyukaiku, bahkan sampai aku menolak mereka untuk di jadikan mantunya, putri dari salah satu anak mereka ada yang masih ngebet suka, agar aku bisa balik menyukainya.

"Abi, ummi, mohon izin, Alif mau ngajar lagi ke madrasah," izin ku.

Mereka hanya mengangguk, Abi ikut berdiri dan langsung mendekat padaku.

"Bismillah ya nak,!"

Abi mengelus pundakku dengan lembut, Aku hanya tersenyum tipis dan langsung menghampiri para santri yang fokus menghafal.
.
.
.
.
Selesai mengajar, Aku segera masuk kamar pribadi ku, dan kuraih kitab suci Al - Qur'an untuk ku muroja'ah.

Fikiran ku tak fokus ketika membaca kitab suci ini, Aku terus menerus membayangkan nasib ku jika ku terima perjodohan ini, lalu bagaimana dengan bidadari yang selalu ku kagumi setiap saat, walaupun kami belum pernah bertemu dan bertatap muka, namun hatiku sudah terpaut olehnya.

Ku tutup kitab suciku setelah selesai membacanya, walaupun dengan keadaan berkecamuk tak karuan.

Ku sandarkan tubuhku ke dinding tembok, sambil melihat langit - langit kamar,
Di luar, air hujan terus menerus bergemericik tanpa henti, mungkin hujan tahu akan isi hatiku saat ini.

"Ya allah, tolong sampaikan salam rinduku padanya, bahwa aku sangat menyayanginya, tolong sampaikan rasa sayangku ini lewat aliran air yang mengalir di setiap titisan hujan mu.
Sungguh! Rinduku tak bisa tersimpan, Aku sangat menyayanginya,"

Tak terasa air mataku membasahi pipi, tetesan demi tetesan terus saja berjatuhan.

"Raina Az - zakkiyah" batinku.
Sembari memegang ujung dadaku yang terasa sesak ku rasakan.

.
.
.
.
Tibalah kedatangan keluarga Hj kholid beserta ummi Nafisah dan putri tunggalnya.

Aku yang sedari tadi menunggu di ruang tamu hanya terdiam diri, tak sedikitpun kata - kata yang ku keluarkan, kecuali mereka bertanya kepadaku.

"Jadi, bagaimana,?" Tanya Hj kholid kepadaku yang selesai mengutarakan apa maksud dan tujuan nya datang kemari.

Aku masih terdiam tak mau angkat bicara.

Abi menyenggol tangan ku, supaya aku bisa menjawab pertanyaan Hj kholid.

Aku menatap putri nya yang sedari tadi menundukkan pandangan nya malu

di waktu yang bersamaan, tatapan kami saling beradu, ia tersenyum tersipu malu sambil menundukkan pandangan nya lagi,
Sedangkan aku, Hanya bersikap biasa kepadanya.

"Huff,," Aku menarik nafas panjang.

Berat rasanya jika aku menerima perjodohan ini, Aku tidak mau menikahi perempuan yang sama sekali tidak kucintai.

"Mohon maaf bila ucapan saya lancang dan tidak mengenakan di hati Hj kholid dan ummi Nafisah,"

"Mohon maaf sebesar - besarnya atas ketidak sopanan saya,"

Aku menunduk dan memejamkan mata sejenak.

"Saya-, saya tidak bisa menerima perjodohan ini, dan mohon maaf, saya tidak bisa menjadi menantu Hj kholid.
Saya tahu, dan saya mengerti dengan perasaan Hj bagaiman?, bukannya saya tidak mau mempererat tali persahabatan antara Hj kholid dengan Abi saya. Namun, apakah bisa dengan cara lain?, dengan cara tidak seperti ini?.
Sebelumnya, alasan saya menolak perjodohan ini, karna saya sudah mempunyai pilihan saya sendiri, saya sudah mempunyai bidadari untuk di jadikan pendamping hidup saya, jodoh atau tidak kedepan nya, yang jelas saya sangat menyayanginya, dan saya ingin berjuang untuk menghalalkan nya." Jelas ku pada mereka.

Walaupun nyata nya hati ku masih ragu, akankah orang yang selama ini ku kagumi dari kejauhan sama mengagumiku,?
Atau, dia mempunyai perasaan yang tidak sama denganku?
Ahh,,,dia membalas atau tidak itu urusan nanti, yang jelas aku hanya ingin memperjuangkan cintaku untuknya.

Hanya alloh yang tahu rencana terbaik untuk ku dan masa depanku kelak, kita sebagai hambanya hanya bisa pasrah dan berdoa bermunajat kepada alloh agar urusan kita di permudah.

Seketika suasana menjadi hening, ketegangan pun mulai terasa di benakku.

"Itu jawaban Alif, Abi," jujurku.

Lagi - lagi, Abi mengelus pundakku dengan lembut.
Abi menatap Hj kholid dengan bersalah.

" jadi begitu nak,?" Tanya Hj kholid padaku.

Aku mengangguk pasti.

Ku lihat wajah perempuan itu penuh kecewa, namun dia bisa mengendalikan perasaannya itu.

"Berjodoh atau tidak nya nanti nak Alif dengan perempuan yang sedang kamu sukai sekarang, saya hanya bisa mendo'akan semoga dapat ridho alloh dan restu dari kedua orang tuamu," tutur nya.

"Tapi, jikalau nanti kamu berubah fikiran, dan tertarik pada putriku, ketahuilah pintu rumahku selalu terbuka lebar untuk mu nak,! Jangan sungkan untuk bersilaturahmi, dan jangan sungkan jika dirimu ingin melamar putriku jika kamu berubah fikiran," lanjutnya.

Aku hanya terdiam.

Ummi hanya bisa pasrah mendengar jawaban dariku tadi, tak tahu kelanjutan nya nanti seperti apa, aku hanya bisa berdo'a, semoga ummi faham betul apa yang ada di pikiranku saat ini, dan maksudku menolak akan tawaran perjodohan nya.

.
.
.
.

Wah,,,penasaran juga nih, siapa ya kira² Perempuan yang bernama Raina itu?.

#Hanya_Alloh_Yang_Tahu 🤍Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang