#Sebuah Nasehat

0 0 0
                                    

Bismillahirrohmanirrohim
Allahumma inni as aluka, bi haibati adhamatika, wabi sathwati fii qalbii (...) wa aqil mahabbataka wal mawad, Data fii qalbihi wa aththifhu Ala wabi fadlika yaa karim.

Allahumma jawizni jauzan Sholihan, Jamilan, Ghoniyan, Nashiban, A'liman, tu'i nuni ilaa umurid dunya wal akhiroth.

Do'a itulah yang sering Aina lantunkan ketika selepas sholat sunnah Tahajud.

Tiada tempat berlindung dan memohon segala sesuatu terkecuali kepada sang maha kuasa yakni Sang Khalik.

[_ Ku pendamkan perasaan ini,, ku rasiakan rasa hati ini,,, melindungkan kasih yang berputik,,, tersembunyi di dasar hati--]

[_ Ku po--]

"Teteh, jangan nyanyi - nyanyi gak jelas gitu," Teriak Rahma dari balik kamar sebelah.

"Astaghfirulloh, ini kan masih subuh," gumamnya.

"Harusnya lanjut baca Qur'an, jangan malah nyanyi Aina..." pekik nya pada diri sendiri.

Ia tertawa sendiri akan tingkah nya itu.

Awal hari yang membuatnya berbeda dari hari - hari sebelumnya.

Selesai membaca Al-Qur'an, Aina segera mengambil tasbih kecil yang ia simpan di atas nakas, bukan langsung berdzikir, ia malah terus memainkan tasbih di tangannya dan teringat kejadian dua hari yang lalu.

"Kalo kangen, dzikiran, terus sebutin namanya, haha konyol banget si ustadz," gumam Aina sambil terkekeh.

Ia berguling ke sana ke mari di atas ranjang tempat tidur. saking senangnya, Aina sampai terguling ke lantai dengan posisi tengkurap.

Brukh.

"Aw,," Rengeknya, kesakitan sudah pasti, ia langsung membenahkan tubuhnya dan bersandar di dinding.

"Emang bener, kalo cinta di dasari dengan nafsu bisa mengubah segalanya, yang tadinya mau baca Qur'an malah nyanyi, yang tadinya mu dzikiran malah guling - gulingan gak jelas, Astaghfirulloh, kenapa jadi kaya gini? Kan belum tentu juga ustadz Alif bener mau datang ke sini," gerutunya sambil fokus memandang langit - langit kamar.

"Assalamualaikum,"

"Waalaikumsalam," jawab Aina dan langsung menoleh.

"Ibu, ngagetin teteh aja," ujarnya.

"Hmm,"

"Udah sholat nya?" Tanya Rahma.

Aina mengangguk.

"Baca Qur'an?"

Mengangguk lagi.

Rahma melihat tasbih kecil yang di pegang oleh Aina.

"Kenapa nggak di lanjutin dzikir nya?"

"Ibu--" Aina ragu ingin menceritakan semua kepada ibunya.

"Ada apa?" Tanya Rahma.

"Bu, teteh boleh cerita nggak sama ibu?"

"Lho, ko harus minta izin dulu, ya boleh dong teh, masa ibu larang teteh buat cerita sama ibu," ujarnya.

Hufft, Aina menarik nafas berat.

"Bu, Aina--" ia memotong pembicaraannya lagi.

"Bicara! Jangan membuat ibu khawatir sama teteh," serunya.

Aina memandang Rahma dengan rasa takut, Takut jika Aina menceritakan semuanya, Aina malah mendapat omelan atau suatu ucapan yang tidak mengenakan di hati Aina.
Namun, jika terus ia pendam, akan berakibat buruk juga untuk dirinya sendiri.

#Hanya_Alloh_Yang_Tahu 🤍Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang