#Ungkapan

0 0 0
                                    


Hari berganti hari, acara pernikahan Aina dengan Ustadz Alif akan di adakan satu hari lagi, persiapan yang sungguh mendadak, namun semua di jalani dengan ikhlas.

"Bu," sapa Aina pada Rahma yang tengah sibuk membereskan baju.

"Apa teh," jawabnya.

"Teteh mau nanya bu," ucap Aina.

"Apa,,"

"Ibu kok waktu ustadz Alif datang ke sini nyambut hangat banget, padahal kan, ibu udah tau kalo sebelumnya teteh nangis gara-gara dia," tutur Aina.

Rahma menoleh, dan berhenti melipat bajunya.

"Tamu itu bagaikan raja, jadi harus di sambut dengan ramah,"

"Lagipula, teteh sakit hati bukan karna nak ustadz, tapi salah teteh sendiri yang terlalu berharap," jawab ibu sambil terkekeh.

Aina yang mendengar jawaban Rahma langsung mengernyit sedikit aneh.

"Ih, ibu mah, teteh kan jadi malu," tukas Aina.

Rahma masih terkekeh.

"Ibu udah tau semuanya," ucap Rahma dan berlanjut melipat baju.

"Maksud ibu?" Tanya Aina penasaran.

"Nak ustadz sudah menceritakan semuanya pada ibu, sehari sebelum ia datang ke sini, dan perkenalan mereka waktu itu sebenarnya supaya kamu tidak terlalu kaget kalo ibu sudah mengenalinya," papar Rahma.

"Hah?"

"Nggak usah kaget, sekarang kamu ngajar dulu, nanti kalo udah sah jadi suami nak ustadz kan nggak bisa ngajar lagi di sini," ucap Rahma.

"Emang Aina mau di bawa ke--" ucapannya tergantung karna tersela Rahma.

"Sstt, kamu sekarang ngajar, kasian anak-anak sudah menunggu," sela Rahma.

"Iya bu,"

Aina pun segera bersiap-siap dan menuju madrasah.

Tak butuh waktu lama, hanya butuh lima menit saja, Aina sudah sampai di tempat untuk mengasuh dan mendidik anak usia dini.

"Assalamualaikum," salam seseorang.

Belum sempat Aina ingin masuk, sudah ada saja yang mengganggunya.

"Waalaikumsalam," jawab Aina.

Saat membalikkan arah, ternyata itu adalah ustadz ilham. Ya, teman mengajar sekaligus ustadz terpandang di kampungnya.

"Selesai ngajar, jangan dulu pulang yah, masuk kantor dulu," pintanya.

"Ada apa?" Tanya Aina walaupun enggan untuk menjawab.

"Ada yang mau saya bicarakan,"

"Sekarang aja ustadz,"

"Sekarang saya harus ngajar, dan kamu juga sama," timpalnya.

Aina mengangguk dan segera memasuki madrasah.

Satu jam pun berlalu, seusai mengajar, kini Aina tengah menunggu pria yang kerap di panggil ustadz Ilham, padahal dalam hati nya, ia sangat enggan bertemu lagi dengan pria itu. terlebih besok dirinya akan menikah dan seharusnya Aina tak keluar rumah selama satu hari sebelum acara pernikahan.

Bukannya ia ingin mengambil kesempatan untuk bertemu terakhir kalinya dengan ilham, melainkan ia hanya sedikit menghargai dan berempati karena ilham adalah ustadz terpandang dan selama ini ia selalu membantu Aina dalam kesulitan kerap kali mengajari anak-anak.

"Assalamualaikum," salam ilham dari luar yang langsung masuk menuju kantor madrasah.

"Waalaikumsalam,"

#Hanya_Alloh_Yang_Tahu 🤍Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang