#Pacar Halalku

0 0 0
                                    


Rombongan keluarga besar dari mempelai pria  sudah tiba satu jam sebelum akad di mulai, sedangkan mempelai wanita masih setia menunggu di dalam kamar sebelum mempelai pria mengucapkan janji suci untuk menghalalkannya.

Balutan gamis putih sederhana, dengan riasan jilbab yang tak terlalu mewah, Aina terduduk di depan kaca dengan menatap wajahnya sendiri.
Make up yang sangat natural, itu pintanya saat sehari sebelum akad di mulai, Aina tidak ingin terlalu menor, cukup dengan hiasan biasa namun bisa mempesona, dan masih terlihat wajah alami bersih terpancar darinya.

"Penghulu nya kok lama si bi?" Tanya Alif pada Abdul.

"Sabar," bisik Abdul.

"Udah satu jam loh bi," rengek Alif.

Abdul hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah anaknya itu.

"Assalamualaikum, mohon maaf baru datang, perjalan sangat macet," salam pak penghulu dan langsung duduk di depan mempelai pria.

"Waalaikumsalam," jawab serempak.

Tak berselang lama. setelah semua siap, Alif menjabat tangan Shodiq di depan penghulu dan semua para tamu menyaksikan akad itu.

"Qobiltu nikaahahaa wa tazwiijaha bil mahri madzkuur"

Dengan satu tarikan nafas Alif mengucapkan dengan suara lantang dan lancar, setelah ucapan dari shodiq.

Deg.

Terdengar jelas, sangat jelas di telinga Aina.
Tangis bahagia saat ia tahu, laki-laki yang selama ini ia idamkan mengucapkan janji suci untuknya.

"Bagaimana para hadirin? Sah?" Kata penghulu.

"Sah"

"Sah"

Ucap para tamu saksi, dan kedua orang tua insan itu.

"Alhamdulillah,"

Di usapnya cairan yang keluar dari pelupuk matanya yang sayu itu, saat mengetahui ia telah sah menjadi seorang istri dari ustadz muda.

"Alhamdulillah," batinnya.

Tok tok tok

Suara ketukan dari balik pintu, perlahan Aina mulai membukakan pintunya.

Sreeet.

Terlihat sosok pria yang sudah setia berdiri dengan baju pengantin putih beserta peci hitam dan bunga melati yang tergantung di lehernya.

"Assalamualaikum, ya jauzaty,"

"Waalaikumsalam," jawab Aina malu.

Ia kikuk, terlihat lesung pipinya mulai memerah merona, senyuman manis terpancar dari mulut mungilnya itu.

Alif memegang pucuk kepala Aina sambil berucap.

"Allahumma inni as'aluka min khoiriha wa khoirima jabaltahaa a'laih, wa a'udzubika min syarrihaa wa syarrimaa jabaltaha a'laih,"

Lalu di kecuplah kening Aina dengan lembut, dan membelai kepalanya.

Aina terpaku, terdiam tak bisa berbuat apa-apa, sendi-sendi nya serasa tak berfungsi sama sekali, sesaat ia menatap wajah alif yang sudah selesai mengecupnya dan berpaling lagi ke arah lain.

"Tak usah malu," bisik Alif di telinga Aina.

Aina hanya tersenyum, tak berucap sama sekali, kebahagian yang tak bisa ia gambarkan, kebahagiaan yang tak bisa ia ucapkan, hanya senyuman indah yang terlukis di wajahnya.

Alif menggandeng Aina ke tepi ranjang, keduanya duduk bersebelahan.

Lima detik, tak ada satu pun yang bersuara.

"Ekhem," deheman Alif yang membuat Aina menoleh padanya.

"Ustadz," Aina membuka keheningan.

"Ya?" Jawaban singkat.

Alif membenarkan posisinya untuk menghadap ke arah Aina.

"Kita harus keluar," ajak Aina.

Alif kikuk, ia celingukan sendiri, dia kira Aina ingin bicara yang aneh-aneh padanya.

"Para tamu undangan mungkin sudah menunggu," ujar Aina.

"Kirain mau--" ucapan Alif tergantung.

"Mau apa ustadz?" Tanya Aina.

"Eh, enggak, mari keluar," ajak alif dan menggandeng tangan Aina.

Hilir mudik silih berganti datang nya para tamu undangan, mereka pun menyambutnya dengan senyum bahagia, semoga kaberkahan selalu ada untuknya.
Aamiin.

"Cape nggak?" Tanya Alif, yang melihat wajah Aina sedikit memucat.

Aina hanya menggeleng dan tersenyum, seraya membuktikan jika dirinya baik-baik saja.

"Ana kira, bakal terus jadi ustadz virtual," bisik Aina tersenyum malu.

Alif yang mendengar itu, langsung membalas bisikan Aina.

"Ustadz virtual nya, sekarang udah jadi suamimu," balas Alif dengan bisikan lagi.

Aina hanya diam, senyuman manis terus saja ia pancarkan dari wajahnya, ia enggan sekali sedikit saja untuk cemberut, karna menurutnya, hari itu adalah hari yang teramat berarti dalam hidupnya. Ya, kebahagiaan yang sangat tidak di sangka oleh Aina.

Saat suasana mulai agak sepi, Alif memegang lembut tangan Aina dan berbisik di telinga kirinya.

"Pacar halalku, kamu bahagiakan?"

Ahhh yang jomblo jangan bersedih yah 🤧🥺nanti juga bakaln kaya gtu kan..
Aamiin.

Maaf bila ceritanya memang ngawur,,,
"Salam ukhuwah semuanya 🤝🏻🙏🏻








#Hanya_Alloh_Yang_Tahu 🤍Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang