Gerumuh tepuk tangan para hadirin sangat menggema, para wargapun ikut menonton menghadiri acara perlombaan itu.
Selepas acara selesai, semua perserta menyibukkan dirinya masing - masing, ada yang berfoto - foto di panggung, ada yang masih berkerumun di lapangan, dan lain sebagainya.
Terlihat sosok gadis memakai gamis serba hitam berjalan menuju arah mushola, untuk sejenak beristirahat di sana.
Langkah nya terhenti saat seorang pria muda menghalangi jalannya."Astaghfirulloh," ucapnya kaget dan langsung mengangkat kepalanya.
Pria itu hanya tersenyum, pertemuan kedua kalinya yang tak di duga oleh sang gadis itu, keduanya masih terdiam saling menatap satu sama lain.
"Astaghfirulloh," ucap mereka barengan, sambil mengusap wajahnya masing - masing.
"Raina!" Lirih pria itu.
"Kita bertemu ya ustadz, sedari awal juga ana udah tahu kalo panitia nya adalah ustadz, cuman ana pura - pura gak tau aja, sampai ustadz kaget pas tadi denger nama ana di sebut," cerocos gadis itu, pipinya mulai memerah malu.
Alif hanya terkekeh mendengar ucapan yang di lontarkan aina.
Sempat beberapa kali mereka melakukan video call, bukan untuk macam - macam, melainkan aina meminta untuk sorogan kitab kuning pada Alif, karna dia menganggap Alif masih dengan sebutan Ustadz virtual.
"Kenapa kamu tidak memberitahu saya lewat pesan, kalo kamu ikut mengunjungi perlombaan ini?" Tanya Alif langsung.
"Pentingkah ana memberi tahu ustadz?"
Sret,, jawaban itu membuat hati Alif tergores, sungguh jawaban singkat namun sangat menyayat hati.
Aina masih tersenyum dan tetap menundukkan pandangan di setiap percakapan.
"Maaf, bila kata - kata ana ada yang salah," lirinya.
"Aina,"
"Maaf, ustadz, ana mau ke mushola dulu," pamitnya dan langsung meninggalkan Alif yang berada tepat di hadapannya.
Dengan sigap, Alif menghalangi jalannya lagi. "Tunggu!"
"Ada yang mau saya bicarakan penting sama kamu!" Serunya.
"Bicaralah, ana tidak banyak waktu ustad,"
"Kamu yang asli sama yang virtual beda yah," guraunya.
"Cuma mau bilang itu?" Tanya Aina.
"Bu- bukan, bukan soal itu aina,"
"Lalu?"
"Bolehkah saya mengenal mu lebih jauh lagi?"
Pertanyaan itu pernah ia ucapkan dulu padanya.
"Ana kan sudah jawab ustadz,"
"Maksdunya--" ucapannya tergantung karna terlebih dahulu di potong oleh aina.
"Apa setelah mengetahui jauh tentang ana ustadz akan menjauh begitu saja?" Tanyaku polos.
"Hah, maksudnya?"
"Iya, Apa tujuan ustadz ingin lebih jauh mengenal ana?"
Keramaian di sana membuat mereka tak sadar, bahwa ada salah seorang yang sedari tadi memperhatikan mereka berdua.
"Aina,"
"Aku menyukaimu,"
Ucapan Alif berhasil membuat Aina gelagapan tak karuan, ia sesekali memandang sekitar supaya kegugupannya hilang.
"Ustadz pengecut,"
Sret, hatinya tergores untuk yang kedua kalinya saat mendengar jawaban dari Aina.
"Pengecut?" Ulang Alif.
"Ya, ustadz pengecut, yang hanya bisa mengungkapkan perasaan ustadz pada seseorang, tanpa berani mengungkapkan pada yang berhak atas ana,"
"Saya tidak main - main denganmu," lirihnya.
"Jawaban ana ada pada diri ustadz sendiri,"
Alif mengernyitkan alisnya seolah tak percaya.
"Ana hanya memberi ustadz dua pilihan,"
"Apa pilihannya?" Tanya Alif tak sabar.
"halalkan atau tinggalkan," jawab aina dan langsung pergi meninggalkan Alif menuju mushola.
Tatapan Alif terus tertuju padanya, hingga sosok gadis itu menghilang dari pandangannya karna masuk menuju bangunan sederhana itu.
______
Malam pun tiba, sosok Alif yang sedari tadi terdiam di atas ranjang nya hanya terus memandang langit - langit tanpa henti memikirkan ucapan gadis yang ia kaguminya.
Kini, waktunya ia beristirahat mengumpulkan tenaganya lagi untuk kegiatan esok hari.
"Aina, kamu adalah gadis pertama yang telah meluluhkan hatiku," gumamnya.
Tak lama kemudian, Alif memejamkan mata, dan langsung tertidur pulas karna penat seusai kegiatan tadi.
#afwan klo ceritanya ga nyambung,
Salam ukhuwah semuanya 🤝🏻
Semoga suka dengan cerita ini🤗🙏🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
#Hanya_Alloh_Yang_Tahu 🤍
Teen FictionBerawal dari ketidak sengajaan. Dan semoga allah satukan...! ~~~~~~ Bismillah dengan izin allah semoga kita selalu dalam lindungan nya Aamiin. Sesuatu yang mustahil apa bisa kita raih? Semacam ingin menghilang dalam kesendirian begitu berat nya coba...