#Tamu Istimewa

0 0 0
                                    


Pagi hari yang cerah, namun tak dapat mewarnai hati yang kelabu, udara pagi yang sejuk, tapi tak bisa menyejukkan hati.
Suara gerimis hujan menemani suasana hati yang tak baik.

Aina menatap ke luar jendela kamar, hanya ada guyuran hujan yang mengalir dari sisi genting, namun ia sangat asyik melihatnya, seakan air hujan tau akan dirinya, mungkin seperti itulah saat ini.

"Teh," panggil Rahma yang mengagetkan Lamunan Aina.

Aina menoleh, dan memposisikan duduknya.

"Keluar dulu," titah Rahma.

"Ada apa bu?" Tanya nya tanpa daya.

"Keluar dulu teh, ada tamu,"

"Siapa bu?" Tanyanya lagi sedikit malas.

"Teh, tamunya orang penting," ucap Rahma sembari memegang bahu Aina.

Dengan terpaksa, Aina keluar dan menemui tamu yang kata Rahma itu orang penting.

"Bentar," cegah Rahma menahan Aina.

"Hufft,"

"Bismillah ya teh," ucap Rahma.

Aina hanya mengernyitkan alis karna aneh atas sikap ibunya.

"Siapa si bu? Orang tua murid yah yang protes anaknya gara - gara ngaji?" Ujar Aina sedikit penasaran.

"Sutt, ko malah bilang gitu,"

Aina mulai sedikit tersenyum. "Emang kan bu? Setiap yang datang ke rumah, pasti orang tua murid mau omelin teteh," ucapnya sedikit terkekeh.

Saat melihat Aina tertawa walaupun hanya sekedar ocehan biasa, namun, hati Rahma mulai tak khawatir lagi atas sikap Aina yang sudah satu minggu selalu murung atas kejadian kala itu.

"Teruslah tersenyum di depan tamu nanti yah," ucap Rahma dan membelai lembut kepala Aina.

"Ibu, kalo orang tua muridnya gak sopan sama ibu mana mungkin teteh bakalan senyum," ujar Aina lagi.

"Sutt, jangan suudzon," sela Rahma

"Yuk, bismillah," ajak Rahma.

"Bismillah," ucap Aina dan mengikuti ibunya dari belakang.

Dengan wajah yang malas, Aina mengucapkan salam.

"Ass--" ucapannya terpotong saat mengetahui yang datang ke rumah bukanlah orang tua murid, melainkan orang tua yang pernah ia jumpai satu minggu lalu.

"Duduk teh," ucap Rahma.

Aina celingukan, perasaannya mulai tak karuan, hatinya sangat berdegup kencang, mungkin, jika di ibaratkan jantungnya kini kian menari ke sana ke mari tak tau arah.

"Eh, Assalamualaikum," ucap Aina yang sadar dari lamunannya.

"Waalaikumsalam," ucap sang tamu.

Tak di percaya, kini, yang ada di hadapannya adalah sosok pria dan seorang pria paruh baya yang pernah Aina temui di acara Haul Akbar.

Ya, sosok pria yang telah mengisi ruang hati Aina, walaupun itu hanya mungkin sekedar angan - angan belaka jika terjadi.

"Teteh," panggil Rahma pada putri keduanya.

Aina menoleh, sedikit tak percaya dengan beribu - ribu pertanyaan di fikirannya.

"Mohon maaf ganggu waktunya, perkenalkan, saya Abdul Zulfakar, dan ini putra kedua saya, Muhammad Khalif shaka," ucap pria paruh baya itu. Ya, dia adalah bapak dari laki - laki tersebut.

#Hanya_Alloh_Yang_Tahu 🤍Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang