06| Mengsalting Brutal

169 69 319
                                        

Bel pulang sudah berbunyi sekitar setengah jam yang lalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bel pulang sudah berbunyi sekitar setengah jam yang lalu. Sekolah pun berangsur sepi, menyisakan warganya yang masih memiliki kepentingan. Begitupun dengan Kinara, gadis itu beserta keempat temannya baru saja meninggalkan kelas setelah bersama-sama mengerjakan tugas yang dirasa cukup sulit. Jadi daripada dibawa ke rumah namun tidak dikerjakan karena tidak mengerti, mereka memilih berusaha memecahkan tugas tersebut bersama-sama hingga selesai di kelas.

"Ra, tadi ada apa di ruang BK? Gue lupa nanya, keburu sibuk ngerjain tugas," tanya Ressa pada Kinara yang berjalan di sampingnya, sedangkan Tasya dan Zia berjalan di belakang mereka. 

"Oh, iya bener! Ada apa ra?" imbuh Tasya yang juga sama-sama lupa. Sedangkan Zia hanya mengangguk saja, toh pertanyaan kedua sahabatnya sudah cukup mewakili.

"Jadi tadi, tuh, gue dipanggil buat bantuin Bu Yuyun ngobatin anak Thunderous yang keciduk tawuran,"

"Loh? Bukannya itu tugas PMR? Kenapa Bu Yuyun manggil kamu, harusnya kan manggil anggota PMR," sela Zia polos. Padahal Kinara masih belum selesai berbicara.

"Dengerin dulu, dong, cinta. Gue belum selesai ngomongnya," protes Kinara sembari memutar tubuhnya ke belakang, memandang sinis Zia yang hanya menyengir lebar.

"Lanjooot," ujar Ressa setelah menarik Kinara untuk kembali menghadap depan, takutnya cewek itu menabrak tong sampah yang ada di depan sana.

"Iya, kayak yang dibilang sama si Zia kalo ngobatin murid itu tugasnya anak PMR. Tapi tadi kebetulan anak-anak PMR lagi ada acara di luar, makanya yang nyisa, tuh, cuma anak kelas sepuluhnya doang. Dan itu nggak cukup buat ngobatin yang luka-luka. Jadilah Bu Yuyun manggil gue, karena nama yang saat itu terlintas di pikiran Bu Yuyun cuma gue."

"Nggak heran, sih, soalnya lo kan 'anak emas' sekolah." celetuk Tasya yang langsung disetujui yang lain, kecuali Kinara sendiri.

"Mana ada anjir, yang sering ikut olimpiade sama perlombaan non-akademik bukan cuma gue doang kali. Kalian juga pernah, harus banget nih gue sebutin? Si Zia sering menang lomba di ekskul paskibra, si Tasya di modern dance, lo juga anjir di marching band," jelasnya sembari menoyor pundak Ressa di beberapa kata terakhir.

"Tapi yang namanya sering nangkring di mading sebagai murid peraih nilai tertinggi dari satu angkatan IPS itu siapa? Yang namanya dipanggil buat speache setelah menang olimpiade pas upacara, siapa? Yang kalo ada acara selalu ditarik buat nyanyi siapa?"

Pertanyaan beruntun yang dilayangkan Ressa sukses membungkam Kinara. Ingin mengelak pun tak bisa, toh jelas-jelas jawaban dari semua pertanyaan itu adalah Kinara Audinasty Atmadja. Dirinya sendiri.

"Tapi kan kemaren yang ikut olimpiade bukan gue, tapi Andien anak IPS 2." Namun rupanya Kinara masih mencari celah, tak ingin diberi sebutan seperti itu. Bukan apa-apa, Kinara hanya merasa belum pantas.

"Itu kan terpaksa gara-gara kamu sakit sebulan. Kalo nggak salah kamu sakit parah gara-gara makan kepikiting punya aku pas kita camping!"seru Zia sedikit emosi.

No LongerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang