Seperti yang sudah dikatakan Kinara kemarin, hari ini adik serta kedua orangtuanya akan kembali dari Bandung. Mereka bahkan sudah tiba sejak pagi tadi, membuat rumah yang biasanya sepi kini kembali ramai. Apalagi ditambah keluarga kecil Dirgantara yang ikut menyambut kedatangan Surya, Yasmin dan Aksa.Di dapur, Yasmin, Sinta dan Kinara sedang sibuk membuat hidangan yang rencananya akan dimakan bersama di taman belakang rumah. Lalu para bapak-bapak—Surya dan Jaka— sedang mempersiapkan tikar untuk alas mereka makan nanti.
Sementara Leo dan Haikal bertugas untuk memetik daun pisang yang akan mereka gunakan sebagai pengganti piring. Sedangkan Aksa dan Hazel sibuk berlarian kesana-kemari sambil membawa mainan dikedua tangan masing-masing.
"Ma, ini ikan asinnya digoreng semua?" tanya Kinara pada Yasmin yang berada di meja makan. Wanita paruh baya itu sedang asik mengobrol dengan Sinta sembari memotong tahu dan tempe.
"Semua aja, Kak. Nanti temen-temennya Bang Jo pasti kesini juga soalnya, biar nggak masak dua kali," jawabnya sambil menoleh ke arah putrinya.
Kinara lantas mengangguk lalu melanjutkan tugasnya untuk menggoreng ikan asin yang wajib hukumnya ada pada hidangan khas Sunda. Apalagi judul kegiatan mereka sekarang adalah ngaliweut, acara makan-makan khas Sunda yang menghidangkan lauk pauk sederhana dengan cara makan yang khas pula. Yaitu duduk lesehan di atas tikar, lalu makan langsung dari atas daun pisang yang dibiarkan utuh memanjang.
"Selama Teteh di Bandung, Nara nakal nggak, Ta?" tanya Yasmin pada Sinta seraya melirik Kinara yang mempoutkan bibirnya.
Yasmin memang dipanggil Teteh yang berarti kakak perempuan dalam bahasa Sunda. Mengingat dua keluarga itu memang berasal dari Bandung.
"Nggak, kok. Yang ada si Haikal yang nakalin Nara, itu anak satu kalo nggak ganggu Nara sehari, kayaknya resah banget." Sinta menjawab sambil terkekeh, mengingat bagaimana jahilnya si sulung, membuatnya beberapa kali mendapatkan aduan dari Kinara yang sudah kepalang kesal.
"Syukur, deh, soalnya Teteh khawatir banget. Takutnya Nara nggak diperhatikan kakak-kakaknya."
Mendengar itu Kinara lantas berjalan mendekat dengan sebelumnya memastikan kompor sudah dia matikan. Gadis yang hanya mengenakan daster seperti biasanya itu mengambil duduk di samping Sinta.
"Nara nggak pernah nakal, ya, Bun? Lagian gimana mau nakal kalo yang jagain modelan Bang Jo, Bang Je, Bang Leo sama si Haikal. Yang ada nakalnya udah keburu takut duluan," tuturnya seraya menyederkan kepala pada bahu Sinta.
"Betul, Teh. Mana aku sering minta tolong Nara buat jagain Zel kalo aku mau pergi-pergian. Soalnya kalo ngandelin Haikal, yang ada aku bangkrut. Dia kalo minta upah jagain adiknya suka ngitung perjam. Mana satu jamnya lima puluh ribu." Sinta memijit pangkal hidungnya saat mengingat begitu astagfirullahnya kelakuan si sulung.
KAMU SEDANG MEMBACA
No Longer
Teen Fiction❝Pada akhirnya, lo cuma bisa milih satu orang, Ra. Haikal atau Jevan?❞ Dalam hidup Kinara, Haikal dan Jevan adalah bagian yang tak akan pernah bisa tergantikan oleh siapapun. Mereka memiliki porsi masing-masing di hatinya. Haikal si tetangga rese ya...