16| Terserah Haikal

132 24 221
                                    

Bel istirahat milik SMA Kencana baru berbunyi sepuluh menit yang lalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bel istirahat milik SMA Kencana baru berbunyi sepuluh menit yang lalu. Namun, Haikal dan ketiga temannya sudah asik duduk di kantin sejak setengah jam yang lalu.

Tak perlu heran kenapa mereka bisa berada di sana padahal kegiatan belajar mengajar belum selesai. Terlalu banyak alasan yang memungkinkan mereka untuk melakukan hal tersebut. Namun untuk kali ini, mereka diusir dari kelas karena menolak diberi tugas dan memilih mabar game online.

Haikal menghela nafas berat seraya menggullir layar ponselnya menggunakan ibu jari. Bibir berisi itu tak hentinya berdecak kala netranya melihat keseruan event perekrutan yang sedang di gelar SMA Cakrawala-dari instagram stories beberapa murid sana yang dia kenal.

"Kenapa lo, Kal? Kek orang lagi banyak pikiran aja ngedecak mulu," tanya Rendi julid, lengkap dengan lemparan keripik kentang yang sedang dia makan.

"Salah nanya lo, Ren. Si Haikal mana mungkin banyak pikiran, otak aja nggak punya," koreksi Caesar tanpa dosa.

"Ish, nggak boleh gitu sama temen, Caes. Si Haikal punya otak, kok. Cuma emang jarang dipake aja, keknya udah karatan juga." Aji pun ikut angkat bicara.

"Terus, terus aja terus ngehujat gue. Daritadi diem perasaan sama, masih aja dihujat. Otak gue yang nggak keliatan wujudnya aja pake segala dibawa-bawa. Kurang sabar apa coba gue?"

Rendi, Caesar dan Aji lantas menoleh ke arah Haikal yang merajuk. Raut wajah mereka tidak sama sekali menunjukkan rasa bersalah atau menyesal.

"Ya lagian gue cuma nanya, Kal," ujar Rendi malas.

"Gue juga cuma mengoreksi," imbuh Caesar.

"Nah gue negur si Caesar, soalnya dia ngatain lo nggak punya otak. Gue sebagai teman, nggak terima, dong," Aji ikut menjelaskan maksud dan tujuannya.

"Tapi lo ikutan ngatain gue juga, goblok!" seru Haikal emosi.

"Yaudah kalo nggak mau dikatain, coba cerita kenapa lo dari tadi ngedecak mulu?"

"Gue kesel aja ngeliat sg anak Cakrawala, kayaknya seru banget ada event perekrutan ekskul," jelas Haikal seraya menunjukkan ponselnya ke arah ketiga temannya.

Benda datar tersebut memperlihatkan bagaimana meriahnya perekrutan ekskul sekolah tetangga itu.

"Yaudin, lo ngusulin aja ke anak OSIS biar bikin event kek gitu juga," ujar Aji memberi saran. Secara kan Haikal ini anak pemilik yayasan, jadi usulannya mungkin akan lebih didengar ketimbang usulan murid lainnya.

"Ogah, gue mau langsung pindah ke Cakrawala aja," balas Haikal dengan senyum lebar yang mengembang.

"Tolol, tanggung banget kita bentar lagi juga lulus," komen Rendi seraya menoyor kepala Haikal.

"Tau lo, Kal. Lagian emangnya lo udah sanggup nurutin syarat yang dibuat bokap lo?" tanya Caesar sambil menahan tawa.

Raut wajah Haikal mendadak cemberut. Perkataan Caesar mengingatkannya pada satu tahun lalu dimana dirinya yang saat itu baru naik ke kelas XI merengek ingin pindah ke SMA Cakrawala.

No LongerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang