11| Kesepakatan

165 44 491
                                    

Jevan menghembuskan nafas bersamaan dengan keluarnya asap rokok dari mulut dan hidungnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jevan menghembuskan nafas bersamaan dengan keluarnya asap rokok dari mulut dan hidungnya. Cowok itu saat ini sedang duduk santai di salah satu sofa yang ada di markas Thunderous, ditemani oleh beberapa botol minuman beralkohol yang berserakan di atas meja.

Sebetulnya Jevan tidak sendiri. Banyak anggota Thunderous juga di dalam ruangan ini. Namun, Jevan adalah Jevan. Tak suka waktunya diganggu oleh orang lain, kesendirian seperti sebuah keharusan. Dan jika sudah seperti ini, tidak ada yang berani mengganggu. Kecuali satu orang, siapa lagi jika bukan sahabatnya. Nathaniel.

Nathan datang dengan terburu-buru, tak peduli dengan dentingan suara botol yang saling beradu kala lututnya tak sengaja menyenggol meja. Tujuannya hanya satu, menginterogasi Jevan.

"Daripada lo bengong, mending jelasin ini ke gue," ujar Nathan sembari memperlihatkan layar ponselnya yang menampilkan foto Jevan yang membonceng Andien. Foto yang tiga hari ini membuat nama Jevan dan cewek itu menjadi buah bibir di sekolah.

Jevan menolehkan kepalanya, menepis kasar ponsel Nathan hingga hampir terjatuh. Beruntung refleks yang dimilki Nathan cukup bagus, sehingga ponsel itu tidak sampai jatuh menghantam lantai.

"Nggak ada yang perlu dijelasin," tangkas Jevan datar.

"Jelas ada. Gue perlu tau maksud lo ngelakuin hal tolol ini,"desis Nathan menahan emosi.

Menghisap rokoknya dalam, Jevan menghembuskan asap nikotin itu perlahan. Tetap tenang meskipun tahu sahabatnya ini sedang menahan kesal.

"Bukan urusan lo,"

Mendengar itu, Nathan lantas tersenyum miring. Cowok itu melipat tangan di depan dada, memandangi Jevan dengan pandangan mengejek. Ternyata keras kepala Jevan tak berkurang sedikitpun, masih sama seperti Jevan tiga tahun yang lalu.

"Denger. Lo, boleh mainin perasaan cewek manapun, siapapun itu, gue nggak peduli. Tapi jangan Kinara. Dia bukan orang yang tepat buat lo jadiin mainan." Nathan menekan setiap kata yang terucap pada bibirnya. Berharap Jevan mengerti bila Kinara bukanlah perempuan yang mudah dia permainkan.

Kini giliran Jevan yang tersenyum miring. "Sepeduli itu lo sama Kinara?" decihnya menyindir.

"Nggak. Gue bilang kayak gini karena gue peduli sama lo, Jev. Mau percaya atau nggak itu urusan lo, gue cuma mau ngingetin."

Setelah mengatakan itu Nathan melangkah pergi, meninggalkan Jevan yang sedang bergulat dengan pikirannya. Berusaha mencerna apa yang dikatakan Nathan walaupun pada akhirnya dia tak menemukan jawaban.

"Nggak gabung sama yang lain?" tanya seseorang tiba-tiba saja mengambil duduk di samping Jevan.

"Nggak minat," jawab Jevan sekenanya.

Cowok bernama Christopher itu terkekeh, mengambil sebotol minuman beralkohol bermerk luar negeri lalu meminumnya beberapa tenggak langsung dari botolnya. Sedangkan Jevan masih betah pada posisinya, tak berniat melakukan sesuatu yang lain.

No LongerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang