"Mati gue."
Kinara mengerahkan segala sisa tenaganya untuk menuruni tangga secepat yang dia bisa. Jangan sampai cowok yang dimaksud Leo adalah Jevan. Jika pun benar itu adalah Jevan, maka Kinara harus mempersiapkan lahir dan batinnya untuk peperangan dunia ke-3.
Sampai di ruang keluarga, Kinara menemukan Leo sedang sibuk dengan ponselnya. Cowok itu tampak mengetikan sesuatu di benda datar tersebut. Raut wajahnya yang serius menambah kepanikan Kinara. Takut-takut Leo sedang mengirimkan pesan kepada Jordan atau Jefran.
Mata Kinara melirik ke arah tangga, dia mendengar suara derap langkah kaki yang mulai mendekat. Gawat! Jordan dan Jefran akan segera turun, Kinara harus segera mengamankan Jevan dari amukan macan.
Dengan gerakan cepat, Kinara berlari ke ruang tamu. Wajahnya sudah dipenuhi keringat dingin, belum lagi jantugnya yang terus berdebar cepat. Ah, mungkin benar jika kisah percintaan Kinara hanya akan sampai disini. Langkahnya tiba-tiba berhenti saat melihat sosok lain di ruang tamu rumahnya. Seseorang yang akan menambah kerusuhan jika benar Jevan berkunjung.
"Mana? Mana tadi temen gue?" tanya Kinara pada Haikal yang sedang rebahan di sofa ruang tamu sembari memijit pelipisnya sendiri. Cowok itu menoleh lalu mengernyitkan dahi. Memandang bingung Kinara yang terlihat panik sekali.
"Mana apaan? Gaje lo!" dengus Haikal malas.
"Cepet bilang, Kal! Mana temen gue?" Kinara menarik-narik tangan Haikal, memaksa si tengil untuk angkat bicara.
"Mana apaan, sih, Ra? Lo kenapa?" Haikal melepas paksa cekalan tangan Kinara pada tangannya lalu merubah posisi menjadi duduk. Kegiatan rebahan yang sedang dia nikmati itu harus terhenti akibat kerusuhan Kinara. Tak tahu saja jika kepala Haikal pusing, belum lagi pinggangnya yang pegal.
"Kata Bang Leo tadi ada temen gue, lo liat nggak?"
"Nggak ada anjir, yang dimaksud sama Bang Leo, tuh, gue. Tadi gue nanyain lo," jawab Haikal sekenanya. Sedikit terkekeh juga melihat wajah panik gadis dihadapannya ini. Kinara lantas mengela nafas lega, dugaanya ternyata salah, dan itu berhasil mengangkat seluruh beban yang tadi terus menghimpit dadanya.
Kinara berjalan menuju teras, menyapukan pandangannya ke sekeliling. Memastikan bahwa tidak ada jejak Jevan menyambangi rumahnya, juga berharap jika apa yang dikatakan Haikal adalah sebuah kebenaran.
Setelah kembali, Kinara langsung menjatuhkan tubuh lemasnya ke samping Haikal. Menyandarkan kepalanya yang tadi dilanda pening pada bahu tegap tetangganya. Si empunya bahu pun tak menolak, dia justru menyambut Kinara dengan merangkul bahu sempit Kinara.
"Emang lo berharap siapa, sih, yang dateng? Pake segala panik, kayak yang punya pacar aja."
"Dih, gue punya pacar! Lo aja yang nggak tau!" jawab Kinara sewot.
Memang benar, kan? Hanya belum waktunya saja semesta tahu. Kinara masih ingin menata hatinya, dan memastikan bahwa Jevan tidaklah main-main. Dan itu semua butuh waktu, Kinara butuh waktu untuk membantunya menjawab semua pertanyaan yang ada di dalam kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
No Longer
Teen Fiction❝Pada akhirnya, lo cuma bisa milih satu orang, Ra. Haikal atau Jevan?❞ Dalam hidup Kinara, Haikal dan Jevan adalah bagian yang tak akan pernah bisa tergantikan oleh siapapun. Mereka memiliki porsi masing-masing di hatinya. Haikal si tetangga rese ya...