"33 Masuk!" ujar Pak Lutfi pada pesawat radio di dashbor mobil. Ia berusaha menghubungi markas Posramil Curahwangi. 33 adalah nomor satuan pos tersebut.
"33 Masuk!" sahut seseorang dari radio.
"Modulasi, 8-4, ganti!" rupanya Pak Lutfi sedang mengecek kualitas saluran komunikasi.
"5-5, modulasi bagus. Ganti!" jawab posramil.
"Unit meluncur ke lokasi. Mohon pantauan, ganti"
"8-6" balas posramil. "Selamat bertugas."
"8-6, out!"Begitu keluar dari pintu perbatasan desa, jalanan aspal berganti jalan tanah berkerikil. Kebun- kebun sayur milik warga membentang luas, diselingi pepohonan sengon dan jati. Awan mendung membuat cuaca hari itu tak terasa terik. Mobil hijau melaju perlahan menyusuri jalan yang mulai menanjak tipis.
"Berapa lama perjalanan ke lokasi, Pak Slamet?" tanya Putri sambil mengecek jumlah inventori obat- obatan di buku notes nya. Di sebelahnya, Ajeng nampak antusias memandangi luar jendela.
"Sebenernya jaraknya nggak terlalu jauh, Mbak," Pak Slamet menjawab santai. "Cuman setelah memasuki area lereng jalannya makadam. Batunya gede- gede jadi gak bisa cepet. Udah gitu naik turun juga."
Di bak terbuka belakang, ketiga pemuda itu terlihat santai menikmati semilir angin yang menerpa wajah mereka.
"Semoga nanti pas sampe di atas gak hujan" Ronggo menyalakan rokok di mulutnya. Sejenak kemudian, ia menawarkan pada Triyo dan Bagus. "Biasanya mulai tengah hari udah rintik- rintik.
"Iya, kemarin hujan nya mulai siang sampe tengah malem," Triyo menyambut tawaran rokok dengan senyum.
"Tapi kenapa bisa ada longsor ya?" Bagus nampak berpikir. "Setauku dari peta bencana, daerah itu vegetasinya bagus. Lawangkrajan itu zona hijau kok."
"Bukannya beberapa titik sempat dibuka lahan ya?" Triyo mengisap rokoknya nikmat. "Kan kalo ga salah ada GM di sana?"
GM adalah PT GoldMiner yang telah membeli sebagian hak guna lahan di lereng Raung. Beberapa waktu lalu mereka menemukan deposit bijih emas di sana. Sempat melakukan pembukaan lahan, namun ramai penolakan oleh WALHI, para aktivis lingkungan dan warga LawangKrajan.
Terutama karena lahan itu adalah lahan adat tempat penghidupan warga sekitar."Nggak, proyek itu mandeg," sanggah Bagus. "Warga sana memblokade jalan dan sempat turun lereng untuk berdemo."
"Kelihatannya saja mandeg. Rumornya GM melakukan intimidasi pada warga, dan diam- diam tetap melanjutkan pembukaan lahan dengan alat ringan." Ronggo mengisap rokoknya sambil menerawang ke arah lereng.
"Ya itu soal lain, yang penting sekarang apa yang bisa kita lakukan untuk membantu warga LawangKrajan," ujar Bagus. "Tanah longsor bukan perkara main- main."
Tiba- tiba saja Triyo teringat sesuatu.
"Tapi semalam ada yang aneh," Triyo mengernyitkan dahi berpikir. "Pas tengah malam kemarin, pas tanah longsor tuh-""
"-kamu piket jaga kemarin malam?" Bagus nampak tertarik.
"Iya, jadi semalam itu..."
KAMU SEDANG MEMBACA
SEMALAM DI LAWANG KRAJAN [complete]
Horror[Horor- petualangan] Story #1 Not for Youtube. Lawangkrajan, sebuah desa kecil yang terletak di punggung gunung tertimpa bencana longsor. Sekelompok petugas dari desa terdekat, memutuskan untuk membentuk tim survey. Menjadi tim pertama yang akan ber...