LawangKrajan - 01:45

2.2K 319 13
                                    

"JANCUK!" umpat Triyo.

"KOK KITA BALIK KE SINI??" Ajeng nampak panik ketika akhirnya menyadari mereka ada di mana.

"Ya Tuhan, ya Tuhan," Putri menutupi wajahnya dengan kedua tangan.

Tanpa menunggu lama, tangan Triyo menggeser tuas perseneling ke posisi R. Dengan cepat ia menjejak pedal gas dan memutar setir. Matanya sigap melihat berganti rear mirror dan spion.

Pak Slamet nampak tegang dengan manuver yang dilakukan Triyo.

Kali ini Triyo tak mau bersantai- santai. Ia melibas jalanan lereng dengan kecepatan agak tinggi.

Mesin mobil menderu kencang oleh RPM atas. Suaranya membelah kesunyian hutan di malam itu. Burung- burung malam dan kelelawar beterbangan panik saat mesin 2400cc melaju kencang di bawah mereka.

"Pelan- pelan, Yo!" Putri berteriak ngeri saat mobil harus berkelok dengan ban setengah selip di jalanan tanah.

Triyo tak peduli.

Mobil terus melaju menembus kabut tipis. Suara kerikil dan batu- batu kecil yang menghantam bagian bawah mobil terdengar berulang kali.

Lalu di kejauhan, sorot lampu menyinari sebuah obyek yang tak asing.

Tugu putih di pertigaan.

Triyo memutar setir ke kanan, membuat jejak panjang ban di tanah sebelum akhirnya melaju melewati jalur yang sudah mereka lalui sebelumnya.

Mobil berguncang keras menghantam jalanan rusak sepanjang jalur alternatif itu. Bumper pipa besi di depan tanpa ampun menerabas dahan dan tanaman yang menghalangi.

"Mas Triyo!!" Ajeng menutupi mulut dengan tisu. Ia mulai merasa mual dengan cara mengemudi Triyo yang serampangan.

Namun Triyo tak peduli.

Ia hanya ingin memastikan satu hal.

-BRUUUUMMM!!!

Mobil melompat tinggi dan mendarat di sebuah genangan besar. Membuat cipratan lumpur yang menyebar seperti kipas. Kaki Triyo stabil menjejak pedal gas.

Lalu kecepatan mobil melambat, sebelum akhirnya berhenti di bawah sebuah pohon besar.

Mereka kembali ke ujung desa LawangKrajan.

Lagi.

-----

-BRAAAAKKK!!!

Triyo membanting pintu mobil keras- keras. Nafasnya memburu oleh emosi. Matanya tajam melihat sekelilingnya. Lalu ia meninju keras kaca samping mobil membuat retakan besar.

"AAAAARRGGGGGHG!!!!" Triyo berteriak kencang meluapkan emosinya.

Darah menetes dari kepalan tangannya. Ia berjalan menjauh dari mobil, menendang batu, memukuli tanah.

Ia sudah muak. Muak dengan tempat ini.

Putri keluar dari mobil menyusul, membelai bahu Triyo mencoba menenangkannya.

"Sudah, Yo," Putri tak banyak bicara. Sebab ia sendiri juga tak tahu harus bagaimana.

Ajeng juga keluar dari mobil. Di tangannya nampak gulungan kecil kasa yang diambilnya dari dalam tas medis.

"..."

"Bentar Mas."

Triyo tak bereaksi apa- apa. Ia hanya diam tak bergerak saat Ajeng dan Putri membebat luka di tangannya.

Lalu tiba- tiba, sesuatu membuat ketiganya tersentak.

-OOOORRRRGGHHH!!! OOOORGHHHH!!!

Suara raungan hewan bersahut- sahutan.

Triyo sangat familiar dengan suara ini.

Ini adalah suara yang di dengarnya pada malam hujan itu. Malam sebelum semua kegilaan ini terjadi.

"Mas Yo," Ajeng terbelalak ketakutan. Ia mendekat ke bahu Triyo.

Putri tak berkata apa- apa. Namun ketakutan yang tak kalah hebat menyergap dirinya.

"Ayo kembali ke mobil!" Triyo setengah berbisik.

Ketiganya berjalan bersama menuju mobil yang masih menyala. Lalu sesuatu yang di luar perkiraan mereka terjadi.

-----

Pak Slamet menggeser tuas perseneling ke posisi satu, lalu menjejak kakinya ke pedal gas.

Mobil seketika melaju, meninggalkan pintu desa LawangKrajan.

Pak Slamet melirik ke arah rear mirror, memandangi sosok tiga orang yang terlihat semakin kecil saat mobil semakin jauh.

Sebuah senyum tipis terlihat di wajah tua itu ketika samar- samar terdengar suara dari balakang.

"BANGSAT!!"

SEMALAM DI LAWANG KRAJAN [complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang