Triyo menyandarkan tangannya di sebuah pohon dengan bahu yang naik turun dengan cepat. Nafasnya benar- benar memburu. Dadanya begitu panas serasa terbakar.
Sesaat Ia tertawa.
Akhirnya ia tiba di pintu desa.
Dengan langkah gontai tak bertenaga, Triyo memaksa kakinya untuk lanjut berjalan. Dari sini ia bisa melihat rumah yang paling ujung, rumah yang ia tempati tidur tadi sore.
Semangat berangsur- angsur memenuhi dirinya.
Saat ia hendak berjalan menuju desa, tanpa sengaja ujung matanya menangkap sesuatu di tengah jalan di kejauhan. Ia memicingkan matanya, mencoba memfokuskan pandangan dalam gelap.
"Tunggu, itu kan.."
Sosok seseorang, mengenakan pakaian coklat yang sangat dikenalnya.
Bagus.
-----
-BRAAKKK!!
Putri membanting pintu mobil dengan nafas terengah. "Pak Slamet! Ayo Pak! Cepetan kita pergi dari sini!" serunya sambil menepuk- nepuk pundak pria di depannya dengan panik.
"Iya Pak, aku nggak mau di sini!!" setengah menangis Ajeng menggigiti bibir sambil menoleh kanan dan kiri.
"Baik Mbak, sebentar!" sahut Pak Slamet tak kalah panik. Berkali- kali ia gagal menancapkan kunci mobil. Tangannya yang gemetar hebat seakan tak bisa diajak bekerja sama. Sejenak ia menarik napas dalam, berusaha menenangkan diri. Perlahan tangannya memutar kunci.
Klik.
-----
"Bangsat tuh anak!" ujar Triyo penuh emosi. Ia menatap tajam sosok Bagus yang berdiri di kejauhan. Ada perasaan marah yang memuncak begitu melihatnya justru ketemu di pintu desa.
Gara- gara orang satu ini, ia harus naik turun lereng selama berjam- jam di bawah hujan.
Gara- gara orang satu ini, ia harus mengalami hal- hal mengerikan.
Gara- gara orang satu ini, Pak Lutfi..
"Jancuk!" umpatnya.
Dengan langkah mantap ia berjalan menuju Bagus. Ia sudah lupa dengan kelelahannya. Ia sudah lupa dengan semua rasa sakit di badannya.
Kini hanya adrenalin yang mengontrol dirinya.
"GUS!!!" teriak Triyo. "SINI KAMU!!"
Bagus masih bergeming, berdiri di jalan desa.
"..."
Semakin emosi, Triyo hendak berlari berniat menerjangnya ketika tiba- tiba lampu mobil menyala terang.
Menyorot sosok Bagus yang berdiri beberapa jauh dari mobil hijau tersebut.
-----
"AAAAAH!!!!" Ajeng berteriak histeris sambil membenamkan wajahnya di punggung Putri. Tangannya mencengkeram lengan gadis itu erat- erat.
"Aduh!" seru Putri kesakitan. Dengan jengkel ia memandangi Ajeng yang meringkuk di belakangnya. Putri berusaha melepaskan lengannya. "Apaan sih, Jeng?"
"Itu.. itu!" suara Ajeng terdengar gemetar hebat. Tangannya menunjuk sesuatu.
Putri menoleh ke arah yang dituju Ajeng. Dan seketika itu ia menahan napas. Sekujur tubuhnya merinding. Jantungnya berdegup kencang seakan mau copot.
Beberapa jauh di depan mereka, di tengah jalan tanah yang disorot lampu mobil. Nampak sesosok mahluk yang berdiri diam tak bergeming. Mahluk itu menjulang tinggi hampir menyamai pepohonan di kiri kanannya. Seluruh tubuhnya terbungkus kain putih usang yang nampak kotor oleh tanah. Ada sebuah ikatan di atas kepala nya.
"P.. Poco.." Putri terbata.
"BRUUMM!!!" suara mesin diesel meraung bersamaan dengan gerakan kaki Pak Slamet.
-----
Suara mobil menggema di lereng yang sunyi itu.
Triyo tak bisa berpikir cepat. Ia melihat Bagus masih tetap saja berdiri di tengah jalan di depan mobil itu.
"GUUS!!" teriaknya memperingatkan. Namun tak ada reaksi.
Triyo hanya bisa menahan nafas ketika mendengar bunyi decitan ban yang berputar cepat menggasrak tanah sesaat.
Lalu dengan kecepatan tinggi, mobil itu melesat. Menghatam tubuh Bagus dengan tenaga setara badak.
Tubuh polisi itu terpelanting, terlempar dan bergulingan di tanah sebelum akhirnya membentur bebatuan di pinggir jalan.
"GILA!!" serunya tak percaya.
Triyo segera berlari mendekati Bagus.
-----
-BRAAAAKKKK!!!!
Putri dan Ajeng memejamkan matanya, menahan beban tubuh mereka pada sandaran kursi depan ketika mobil itu menghantam sosok menyeramkan di depan mereka.
Dengan diiringi suara decitan panjang, mobil itu berhenti setelah meluncur beberapa meter di tanah basah.
"Semua baik aja kan Mbak?" Pak Slamet memastikan keadaan dua penumpangnya.
Putri mengambil nafas cepat, berusaha menenangkan diri setelah apa yang terjadi.
"Sudah hilang kan?" Ajeng bertanya dengan suara bergetar.
Pak Slamet segera memasukkan perseneling lagi. Namun tangan Putri mencegahnya.
Dari dalam mobil, Putri melihat sesosok orang berlari dari kejauhan. Sangat tak asing baginya.
Sebab ia sangat mengenal topi rajutan berwarna merah jambu itu.
"ITU TRIYO!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
SEMALAM DI LAWANG KRAJAN [complete]
Horror[Horor- petualangan] Story #1 Not for Youtube. Lawangkrajan, sebuah desa kecil yang terletak di punggung gunung tertimpa bencana longsor. Sekelompok petugas dari desa terdekat, memutuskan untuk membentuk tim survey. Menjadi tim pertama yang akan ber...