prolog

8K 602 20
                                    

LawangKrajan - 01:11

Bulan di langit terlihat bersinar pucat, di tambah awan yang tebal menggelayut membuat malam itu terasa makin kelam. Rintik hujan masih terus saja mengguyur tanah pedesaan itu, menyeruak aroma basah yang menyegarkan. Suara serangga dan hewan malam terdengar bersahut- sahutan.

Di kejauhan, nampak seorang pria paruh baya dan dua perempuan muda berlarian dalam rinai hujan. Ketiganya begitu tergesa, tak mempedulikan genangan air dan lumpur di kaki. Mereka berlari menuju sebuah mobil double-cabin hijau bertuliskan TNI-AD yang terparkir di pinggir jalan.

-BRAAKKK!!

Putri membanting pintu mobil dengan nafas terengah. "Pak Slamet! Ayo Pak! Cepetan kita pergi dari sini!" serunya sambil menepuk- nepuk pundak pria di depannya dengan panik.

"Iya Pak, aku nggak mau di sini!!" setengah menangis Ajeng menggigiti bibir sambil menoleh kanan dan kiri.

"Baik Mbak, sebentar!" sahut Pak Slamet tak kalah panik. Berkali- kali ia gagal menancapkan kunci mobil. Tangannya yang gemetar hebat seakan tak bisa diajak bekerja sama. Sejenak ia menarik napas dalam, berusaha menenangkan diri. Perlahan tangannya memutar kunci.

Klik.

Mesin diesel 2400 cc terdengar menderu pelan. Pria itu tersenyum sumringah. Ia bisa segera pergi dari sini. Dengan sigap ia memutar tuas headlight mobil tersebut. Cahaya kuning terang menyala menyorot jalanan di depan mereka.

"AAAAAH!!!!" Ajeng berteriak histeris sambil membenamkan wajahnya di punggung Putri. Tangannya mencengkeram lengan gadis itu erat- erat.

"Aduh!" seru Putri kesakitan. Dengan jengkel ia memandangi Ajeng yang meringkuk di belakangnya. Putri berusaha melepaskan lengannya. "Apaan sih, Jeng?"

"Itu.. itu!" suara Ajeng terdengar gemetar hebat. Tangannya menunjuk sesuatu.

Putri menoleh ke arah yang dituju Ajeng. Dan seketika itu ia menahan napas. Sekujur tubuhnya merinding. Jantungnya berdegup kencang seakan mau copot.

Beberapa jauh di depan mereka, di tengah jalan tanah yang disorot lampu mobil. Nampak sesosok mahluk yang berdiri diam tak bergeming. Mahluk itu menjulang tinggi hampir menyamai pepohonan di kiri kanannya. Seluruh tubuhnya terbungkus kain putih usang yang nampak kotor oleh tanah. Ada sebuah ikatan di atas kepala nya.

"P.. Poco.." Putri terbata.

"BRUUMM!!!" suara mesin diesel meraung bersamaan dengan gerakan kaki Pak Slamet.

Pria itu mendengus keras. Ia menatap lekat- lekat mahluk yang berdiri mematung di tengah jalan. Tangannya mantap menggeser tuas perseneling ke posisi satu.

"Pegangan, Mbak!"

Lalu ia menjejak pedal gas dalam- dalam.

SEMALAM DI LAWANG KRAJAN [complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang