Pak Slameet.." Putri menggigiti bibirnya.
-SREEEEK SREEEEK
Terdengar suara dedaunan yang seperti terseret. Dari arah samping, di dekat mereka. Pak Slamet menyorot ke arah sebuah pohon dengan semak belukar yang lebat.
Suara itu semakin dekat.
Lalu dari balik rerimbunan dedaunan, muncul sesosok perempuan.
Pak Slamet dan Putri seketika memucat melihat sosok itu.
"Mbak Putrii!!" Ajeng berjalan keluar dari balik rimbunnya pepohonan. Wajahnya nampak marah. "Apa- apaan itu tadi!?? Kok teganya tinggalin orang sendirian di sini??"
Pak Slamet dan Putri sontak kaget, dan melangkah mundur dengan kemunculan Ajeng. Kepala mereka dipenuhi tanda tanya.
"SIAPA KAMU!?" Putri sedikit berlindung di belakang Pak Slamet, yang juga menjadi lebih awas.
Ajeng menyorotkan senternya ke wajah Putri dan memutar- mutarnya. Ia nampak bingung dengan pertanyaan Putri. "Ya, halo? Siapa lagi?"
Putri nampak ragu, mengamati sosok Ajeng itu dari atas sampai bawah. Tak ada cela, ini benar- benar seperti Ajeng. Kakinya menapak tanah kok.
Dengan sedikit gugup dalam diri, Putri melangkah mendekati Ajeng dengan tangan terentang. Pak Slamet hendak mencegahnya, namun gadis itu tak peduli.
Ajeng nampak kebingungan dengan tingkah Putri.
Dengan cepat Putri menyambar pipi Ajeng, dan menarik- nariknya naik turun.
"ADADAWW!!" Ajeng menepuk- nepuk tangan Putri kesakitan. "Mbak Put!??"
Putri menoleh ke arah Pak Slamet.
"Ini beneran Ajeng, Pak!"
-----
Triyo berlari sekuatnya menyusuri jalan setapak yang membelah kebun dan pepohonan.
Sedikit lagi.
Ia mengarahkan sorot senternya lurus ke depan. Ia bisa melihat siluet pedesaan itu dari atas sini.Triyo melompat, melempar dirinya ke atas tanah basah yang miring. Ia meluncur sepanjang sisa jalan becek itu, tak mempedulikan perih akibat goresan batu dan lainnya.
Triyo terhempas di rerumputan basah dengan suara debam yang keras.
"Asuuuu!!" sejenak ia berguling meringis merasai nyeri di sekujur tubuhnya. Nafasnya tersengal, pandangannya berkunang- kunang.
Tangannya merabai sekitar, mencari- cari senternya. Tak ada. Mungkin terjatuh saat ia meluncuri turunan tadi.
Nggak apa. Desanya udah di depan mata.
Dengan setengah memaksakan diri, Triyo bangkit dan kembali berlari.
-----
"Kamu kok bisa ada di situ?" Putri bertanya sambil bergegas mengikuti Pak Slamet.
Pak Slamet berjalan di depan, membuka jalan sambil menunjukkan mana- mana tempat yang aman di jadikan pijakan.
"Tadi kan, waktu pas habis aku pake toilet kamu tarik tanganku Mbak," Ajeng mengikut mereka berdua. Ia bercerita bahwa begitu keluar dari toilet, Putri langsung menariknya tanpa bicara. Ia membawa Ajeng berputar- putar tanpa arah, lalu meninggalkannya di hutan.
"..."
Perasaan Putri tak enak. Ia yakin akan ada sesuatu yang terjadi lagi.
"Ayo, sudah dekat!" Pak Slamet menunjuk ke arah rumah kayu yang berada di paling ujung.
Ketiganya berlari di bawah gerimis yang rapat. Kaki mereka membentuk jejak panjang di jalan tanah desa yang basah. Lalu mereka tiba di teras rumah.
Dengan segera Pak Slamet menarik pintu kayu yang tak terkunci.
"Mas Rong-" suara Pak Slamet seakan tercekat di kerongkongan.
Ajeng meremas tangan Putri karena apa yang ada di depan matanya.
Ruangan utama di rumah itu sudah tergenang oleh darah. Di tengah nya, Ronggo terbaring dengan mulut terbuka lebar dan mata yang terbelalak penuh ketakutan. Celananya terbuka hingga selutut, dan di antara kedua pahanya, hanya ada bekas cabikan besar dengan luka menganga.
Di dekatnya, berdiri sesosok wanita bungkuk dengan rambut putih yang menjuntai acak- acakan. Ia memakai kebaya dan jarik panjang. Kulitnya keriput berlendir seperti sudah lama terendam air. Wajahnya hitam berminyak, dengan rongga mata yang cekung dan mata berwarna kuning.
Ia nampak tengah mengunyah- ngunyah sesuatu. Penis Ronggo. Darah segar masih menetes- netes dari mulut nenek itu.
Nenek itu menatap mereka berdua, memiringkan kepalanya pelan dengan sudut yang tidak wajar.
Ia menyeringai lebar, memamerkan gigi tajam berwarna kemerahan oleh darah.
"Kulo nuwun," ucapnya parau.
"..."
"..."
"AAAAAAAAAAAAH!!!!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
SEMALAM DI LAWANG KRAJAN [complete]
Horror[Horor- petualangan] Story #1 Not for Youtube. Lawangkrajan, sebuah desa kecil yang terletak di punggung gunung tertimpa bencana longsor. Sekelompok petugas dari desa terdekat, memutuskan untuk membentuk tim survey. Menjadi tim pertama yang akan ber...