Chapter 5

287 42 3
                                    

Makasih yang udah vote and komen♡








'Jadi Pak Dirga beneran gak sengaja kan? Kalau gak sengaja sih gak papa, kalau ternyata dia bohong?'

Amel membatin, bola matanya bergerak-gerak hingga dapat terlihat walau masih terpejam. Dirga yang menyadarinya jadi aneh sendiri, seharusnya kalau tidak sadar kan itunya gak bergerak.

"Kamu udah sadar?"

'Mampus ketauan.'

Amel perlahan membuka matanya, berpura-pura sedikit meringis agar tidak curiga. Dirga membantu gadis itu memposisikan bantalnya agar nyaman.

"Bapak kok disini?" ceritanya lagi basa-basi bentar.

"Ya karena saya khawatir sama kamu."

Keduanya terdiam, mungkin Dirga sadar apa yang baru saja ia ucapkan. Manik keduanya turun memandang ke bawah, ke arah tangan mereka yang masih saling genggam. Lebih tepatnya Dirga belum melepaskan genggamannya.

"Maaf tidak sengaja."

Amel mengangguk, kini suasana kembali dingin. Masing-masing pada dunianya sendiri, gadis itu berusaha bangkit rasanya pegal sekali jika terus tiduran.

"Hati-hati." ucap Dirga membantu menyenderkan tubuh kecil itu di kepala tempat tidur rawat. Tak lupa memposisikan satu bantal di belakang punggungnya agar tidak sakit.

Hening.

Sesekali melirik lalu kembali membuang pandang. Amel memilih memejamkan matanya, ia sebenarnya tidak suka aroma rumah sakit tapi ya ... mau bagaimana lagi.

Dirga memandang tangannya sendiri, membuka tutup telapak tangannya beberapa kali seperti merasakan sesuatu.

"Lembut." lirihnya mengingat rasa bersentuhan dengan tangan Amel beberapa menit yang lalu.

Karena tidak ada percakapan, Dirga mengambil telepon genggam miliknya dari saku celana lalu mulai sibuk dengan itu. Amel membuka matanya, melirik jari-jari Dirga yang tampak lincah menari di atas layar pipih itu.

Selama ini ia belum pernah merasakan memiliki benda itu, mungkin hanya ia yang dikelas tidak mempunya alat pintar yang satu ini. Memang sih Johan sering mengajaknya memainkan beberapa game miliknya, namun tentu saja Amel merasa segan jika terus berbagi dengannya.

Dirga melirik, membuat Amel membuang tatapannya lalu menghembuskan nafas.

"Bosan? Mau saya pinjamkan ini?" tanya Dirga menunjuk handphone miliknya.

Amel menatapnya lama, lalu menggeleng.

Dirga tidak habis ide secepat itu, ia meng-klik sebuah aplikasi berwarna merah, dimana terdapat berbagai macam video disana. Cocok untuk menghibur diri karena jenuh.

Ia kembali mendekatkan layar hpnya pada Amel, menunjukkan film Mr Bean. Salah satu film lucu yang bisa membuat kita kelepasan dalam tertawa, tidak untuk Dirga. Tertawa=membuang waktu, ya seperti itulah dingin dan misterius.

Amel melihatnya sekilas, "kenapa Pak?"

"Tontonlah, ini salah satu film lucu cocok untuk menghibur diri. Kamu bosan kan?"

"I-iya, apa boleh?"

Dirga ingin sekali tersenyum melihat mata bulat yang terlihat polos, tapi gemes-gemes gimana gitu. "Boleh, ayo peganglah saya ingin ke toilet."

Dear Pak DIRGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang