Chapter 22

300 55 24
                                    





"Ini pakai kunci."

Amel menatap Dirga yang tampak begitu serius membuka rantainya, sementara ia hanya bisa pasrah. Ditambah bagian bawah tubuhnya sedikit kedinginan, hanya memakai celana pendek yang memang hanya itu tersisa.

"Kenapa kakimu?"

Ia menunjuk rok yang sudah tergeletak asal dilantai dengan jarinya, Dirga memandangnya sebentar lalu memungut perlahan. Pria itu berhasil membuka pengikat kakinya karena hanya berbahan tali tambang biasa.

"Ini pakai, nanti mereka melihatmu seperti ini."

Memakaikan rok panjang itu dengan tangannya sendiri, Amel terlihat canggung tapi Dirga tetap bersikeras. Tangannya melingkar hingga kebelakang untuk memasangkan rok itu, dan menarik resletingnya.

"Lihat, kamu kacau sekali."

Amel bertambah sedih, tidak dapat dibayangkannya kondisi wajah miliknya sekarang ini. Pasti sangat berantakan dan menyedihkan, Dirga saja tampak jijik. Hiks.

"S-saya jelek ya Pak?" lirihnya.

"Mata bengkak, seragam robek, dan ini. Apa ada nyamuk besar yang menggigit lehermu ha?"

'Sial, bekas dari Devan!!'

"I-itu ... itu tadi—"

"Sudahlah, saya tidak ingin mendengar apapun." Dirga tidak tahan jika harus mendengar langsung bahwa Amel sudah diperlakukan seperti itu dengan orang lain. Bukankah dirinya yang lebih berhak? Ah sudahlah.

Krak.

Amel terkejut saat rantai itu sudah lepas dari pergelangan tangannya, ia memandang wajah Dirga yang berkeringat banyak. Sejak kapan dia membukanya?

"Kenapa melihat saya begitu?"

"Bukankah tadi ini sulit dibuka?"

"Kamu terlalu banyak berfikir sehingga tak sempat melihatnya."

Amel mengerjap, mulutnya tampak menganga sedikit. Dirga mendengkus menyentak pergelangan tangannya lalu menyeret keluar rumah  itu.

Gadis itu mendudukkan dirinya disebelah kursi kemudi, bibirnya tak berhenti tersenyum. "Terima kasih ya Pak, udah mau nolongin saya."

Dirga menatapnya tajam dan sekali lagi menghembuskan napas tak suka, membuat Amel makin merasa bersalah. Pasti Dirga marah karena dirinya ceroboh, membuat pria itu harus kesusahan mencarinya malam-malam seperti ini.

'Bodoh, seharusnya aku mengucapkan maaf untuknya.'

Satu panggilan masuk, Dirga menjawab lalu berkata lega. Bocah itu tertangkap, dan Rendi akan membawanya ke kantor polisi malam ini juga. Disisi lain Amel asik memilin ujung seragamnya yang keluar berantakan, ingin sekali mengatakan maaf namun Dirga tampaknya masih sibuk.



*

"Mandilah dan ganti pakaianmu."

Amel mengangguk, bergegas mengambil handuk lalu masuk ke dalam kamar mandi. Dirga merentangkan kedua tangannya kemudian berjalan ke dapur, berencana ingin melanjutkan makan malamnya yang tertunda.

Saat menyuap pikirannya melayang jauh membayangkan kejadian yang baru saja terjadi. Dirinya benar-benar tidak suka terhadap Johan, pemuda itu sangat ceroboh dalam menjaga Amel, istrinya.

Bagaimana caranya agar dia dapat menjauhkan kedua menusia itu, hingga saling berjarak?

Dirga terperanjat saat Amel menarik kursi disebelah dirinya, gadis itu tersenyum kecil sepertinya ingin bergabung makan malam.

Dear Pak DIRGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang