Chapter 20

284 54 14
                                    




Brakk!


"Saya tidak mau tahu, malam ini kalian harus cari Amel sampai ketemu." para supir dan satpam itu hanya melongo, kemana mereka akan mencarinya.


"T-tapi Tuan, kemana kami akan me-men—"

"Saya tidak perduli!"

Mereka hanya mampu menelan ludah tidak ada pilihan lain. Bergegas pergi dan mengambil kendaraan masing-masing, Dirga akan menyuruh mereka dulu. Jika masih belum ada tanda-tanda ditemukannya Amel, ia akan mengerahkan para penjaganya yang lain.

"Dasar bocah sialan." pria itu menekan salah satu nomor dan terlihat mengobrol singkat. Siapapun itu, yang pasti Dirga akan mencari Johan sampai ketempat-tempat tersembunyi sekalipun.

Dengan terburu-buru ia mengambil kunci mobil, melajukan kendaraannya dengan kecepatan penuh menembus jalanan malam. "Pasti dia yang membawa Amel pergi, kau ingin main-main rupanya." Dirga tersenyum tipis, lagi menambah kecepatan mobilnya.

Dia sampai didepan sebuah rumah dengan cat berwarna hijau muda, entah dari siapa dia menemukan alamat itu yang pasti jika dalam keasaan terdesak ia pasti selalu mendapat info dengan mudah.

Tok! Tok!

Pintu terbuka perlahan, memunculkan pria paruh baya dari baliknya. Tidak mau berbasa-basi, Dirga langsung mengutarakan niatnya.

"Saya ingin berbicara dengan anak anda."

Ia mengernyit bingung. "Ada apa ya? Dan anda siapa?"

"Saya kepala sekolah Johan, anak anda. Bisa panggilkan dia kemari?"

Pria itu mengangguk mengerti lantas memanggil nama yang Dirga maksudkan. Johan datang dengan langkah santainya, mendadak tubuhnya menegang melihat siapa yang datang.

Kakinya berhenti dibelakang tubuh sang Ayah, enggan menampilkan sosoknya langsung. Dirga tersenyum, meminta agar ia diberi ruang berbicara hanya berdua. Mengatakan ini menyangkut soal sekolah. Ayahnya mengiyakan dan membiarkan mereka duduk diruang tamu, hanya berdua.

"Kamu tahukan tujuan saya kemari?"

Johan menggeleng lemah. "Tidak Pak."

Masih dengan tatapan datar dia terus berbicara tanpa melihat lawannya. "Katakan, apa yang sudah kamu lakukan."

"S-saya tidak mengerti apa maksud Bapak, s-say—"

"Dimana Amel?"

Deg.

Johan terdiam kaku, bukankah tadi siang sudah ada yang mengantarkannya pulang? Lalu pergi kemana, tidak mungkin mereka hilang dijalan. Devan padahal sempat mengirim pesan bahwa Amel sudah sampai, jadi kenapa sekarang ...

"Supir saya bilang, kamu bersamanya tadi siang. Kemana?!"

"Saya memang sempat bersama Amel Pak, tapi b-bukan saya yang mengantarnya melainkan orang lain."

Darahnya mendidih, penjelasan ini semakin berbelit-belit. Jika tidak bersama Johan kemana lagi dia akan mencari, Dirga lagi-lagi meremat rambutnya kesal.

"Tolong jangan main-main, asal kamu tahu. Amel tidak pulang hingga malam ini!"

"Saya serius Pak, bukan saya yang mengantarnya. Tapi Devan, anak basket dari tim lawan."

"Kenapa tidak kamu yang mengantarnya."

Johan dengan takut menceritakan semuanya, memang ini sudah menjadi kesalahannya. Andaikan saja ia tidak membiarkan Amel pulang dengan pria itu, mungkin sahabatnya sudah duduk tenang dirumahnya.

Dear Pak DIRGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang