Chapter 19

268 48 10
                                    



"Loh berhenti?"

Devan mengangguk pelan, menyuruh Amel untuk ikut turun sebentar. "Berenti bentar dulu ya."

Amel hanya menganggapnya biasa saja, mungkin Devan ada keperluan sebentar. Jangan bilang pria ini ingin buang air kecil, biasanya cowok kan seperti itu.

"Pinjam ponsel bentar, mau chat Johan."

Kening Amel berkerut bingung. "Punya aku?"

"Iya, punya gue mati habis daya. Bolehkan?"

Amel mengiyakan lalu menyerahkan ponsel mahal miliknya untuk Devan gunakan, pria itu tersenyum aneh. Amel melirik sebentar apa yang sedang ia lakukan, ternyata benar dia mengirim sebuah pesan agaknya. Tapi isinya apa Amel tidak terlalu pikirkan.

"Nih, makasih."

"Sama-sama. Ini kita lanjut lagi kan?"

Devan melamun sembari tersenyum-senyum aneh hingga Amel bergidik ngeri. Gadis itu kembali bertanya dan Devan tersadar lalu dengan gugup mengangguk.

"Iya, ayok!"

Motor miliknya melaju seperti biasa, Amel cukup nyaman pergi bersama pria yang diketahui sebagai teman sahabat lelakinya itu.  Jalanan disekitar daerah itu memang cukup sepi bahkan kendaraan yang lewat bisa dihitung jari.

Seperti sekarang, sebuah mobil pribadi berwarna hitam datang dari arah berlawanan. Amel hanya sibuk memperhatikan jalanan hingga tak sadar kini mereka telah berhenti kembali, anehnya mobil itu juga ikut berhenti.

Dua pria berbadan kekar turun dengan tatapan tajam bak pisau pemotong daging. Mereka menghampiri keduanya, Amel panas dingin sedangkan Devan tampaknya biasa saja.

"Bos?"

Devan mengangguk, memberi isyarat dengan alisnya.

Salah satu diantara mereka dengan cepat membekap Amel dengan sebuah kain yang telah dicampur obat. Gadis itu memberontak hingga hampir saja terjatuh dari motor. Mata jernihnya perlahan mulai sayu, sebelum ia kehilangan kesadaran. Amel mendengar gelak tawa nyaring kemudian matanya tertutup sempurna.

"Terimakasih Johan, gadis ini memang cantik. Aku akan membawanya pulang, ya. Akan kuantar ia pulang. Hahhaha!"



*

Di lain tempat Johan tampak frustasi, mengacak-acak rambutnya kesal karena sudah beberapa menit berlalu ia masih ditempat itu. Tak lama sebuah mobil putih berhenti tepat di depannya.

"Permisi Dek, ada lihat anak cewek sekolahan kayak kamu gak sekitaran sini? Tadi suruh jemput tapi gak kelihatan." ucap pria paruh baya memakai seragam khas supir pribadi itu.

"Oh Amel ya Pak namanya?"

"Iya!"

"Saya temannya Pak, tadi udah diantarin sama teman saya. Udah sampai rumah sepertinya Pak."

Bapak itu keluar lalu menghampiri Johan, raut wajahnya tampak kebingungan. "Loh, siapa ya?"

"Saya Johan teman Amel, tadi dia sudah diantarin pulang Pak. Mungkin udah sampai rumah."

"Oh gitu ya, yasudah terimakasih ya nak. Kenapa ini motornya?"

Johan mulai menceritakan kejadiannya. Supir tadi manggut-manggut lantas membantunya, ia  memanggil orang supaya membawakan beberapa liter bensin.



Dear Pak DIRGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang