Chapter 14

263 52 4
                                    

Maaf jika ada typo.








"Pak disini ada kain panjang tidak?"

Sang supir menoleh kebelakang lalu langsung mengangguk. "Ada Tuan, mau dipakai?"

"Iya, berikan pada saya Pak."

Dirga menatap Amel yang mulai banjir keringat dingin. Ia menerima kain mirip selendang yang cukup panjang, menarik salah satu pergelangan tangannya lalu mengikat kain itu ketangannya sendiri.

Amel menghembuskan nafas lega, dia pikir ia yang akan diikat.

Grep

Amel tersentak saat tangannya mendadak ditarik, dengan cekatan Dirga mengikat ujung kain lainnya pada pergelangan tangan Amel, hingga kedua tangan mereka saling tersambung.

"Apa-apaan ini, Pak?"

"Kamu tidak akan pergi kemanapun, hukuman kamu ikut saya sepanjang hari. Turun!"

Dirga membuka pintu mobil setelah supir tadi tidak menguncinya lagi, Amel juga melakukan hal sama pada sisi kirinya. Karena mereka keluar dari arah yang berbeda membuat keduanya tertarik.

"Dari sini!" bentak Dirga.

Amel menurut takut-takut, mereka berjalan beriringan. Setiap karyawan yang tak sengaja melintas, menundukkan hormat kepala mereka. Amel berjalan tak tentu dibelakang Dirga, langkah pria itu sungguh cepat membuat Amel yang tidak terbiasa harus kuwalahan.

Clek.

Dirga menarik gadis itu hingga masuk kedalam ruangan bekerjanya, kita bisa melihat dengan jelas kota yang ramai dari ketinggian 10 lantai. Seperti tidak membawa apapun, dengan santai Dirga duduk pada kursi kebesarannya dan mulai membuka laptop.

"Pak saya mau duduk, lepasin kainnya."

Dirga memandang istrinya lekat lalu menggeleng. "Termasuk hukuman. Kamu berdiri menemani saya disini."

"Tapi Pak, saya juga lelah." lirihnya.

Dirga berhenti sejenak, lalu menepuk pahanya. "Duduk disini?"

Mata Amel membulat lalu dengan cepat mengalihkan pandangan sementara pipinya menghangat. "Duduk di sana." tunjuknya pada sofa berwarna coklat tua.

"Tapi saya harus bekerja, dan kalau kamu kesana otomatis saya terikut. Sttt ... kain tidak boleh dilepas, kamu mengerti?"

"Saya berdiri aja dari pada duduk."

"Good!"

Hampir  30 menit lamanya Amel hanya berdiri tidak melakukan apapun, kakinya ia gerakkan sesekali karena sudah sangat lelah. Sementara jari-jari Dirga masih terus bergerak lincah, Amel tahu ia bekerja. Tapi apa harus menyiksanya juga?

Tok tok

"Masuk."

"Permisi Pak, ini berkas yang anda minta."

Dirga mengangguk, lalu menyuruh sang sekretaris meletakkan kertas itu diatas mejanya. Rendi memandang Amel dari atas sampai bawah, matanya sama sekali tidak berkedip.

"Kamu masih ada keperluan, Ren?"

"Ah, tidak-tidak. Kalau begitu saya permisi, Pak."

Mata Dirga memicing tajam lalu mengangguk pelan.

Rendi menunduk hormat seraya ikut tersenyum pada Amel, gadis itu hanya membalas dengan senyum tipis karena ia benar-benar sudah lelah dan fokusnya tidak kepada siapapun lagi.

Dear Pak DIRGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang